Setelah kurang lebih dua minggu aku tinggal di rumah ini, aku baru dekat dengan Liam, Calum, Bradley, Connor, Michael, Niall, dan Harry. Bicara soal Harry, tentang kejadian ketika dia mabuk itu, dia sudah meminta maaf padaku. Sebenarnya aku mengerti karena dia dalam keadaan mabuk kemarin. Tapi, Harry tetap bersikeras meminta maaf padaku. What a nice guy, right?
Untuk yang lainnya aku agak masih canggung ketika sedang bicara. Tentu butuh proses untuk dekat dengan seseorang. Tapi kurasa, prosesku ini sangatlah lambat. Bahkan orang lain bisa beradaptasi dengan orang baru sekitar tiga atau lima hari. Tapi kau taulah alasannya, orang baru yang kuhadapi ini bukan hanya sekedar orang baru. Orang baru ini adalah laki-laki tampan yang punya talenta dan populer. Itulah yang membuatku selalu gugup ketika di dekatnya. Apalagi aku bukanlah orang yang mudah bergaul.
"I got all I need when I got you and I
Cause I look around me and see a sweet life
I'm stuck in the dark but you're my flashlight
You're gettin me, gettinme, through the night
Can't stop my heart, when you shinin in my heart
Can't lie, it's a sweet life
I'm stuck in the dark,but you're my flashlight
You're gettin me through the night
Cause you're my flashlight."
"Suara yang bagus."
"Niall?" Aku terkejut Niall datang. Aku berada di balkon rumah sekarang, sendirian.
"What are you doing here?" Tanya Niall.
"Aku hanya rindu dengan Mom."
"Ooh, mau berduet denganku?"
"Hah? Ya, of course." Jawabku.
"Jadi, kau mau lagu apa?"Tanya Niall sambil mengambil gitarnya.
"Spaces, maybe."
Disini kami, di balkon rumah di tengah malam. Kami berlantun lagu dengan iringan gitar yang dimainkan oleh Niall. Yang terdengar hanya suara kami dan petikan gitar. Hari sudah larut malam. Tentu lingkungan di sekitar sudah sepi. Angin malam yang berhembus menusuk ke tubuhku. Tapi keadaan ini membuatku hangat. Karena ada Niall, dan kami bernyanyi bersama.
Angin yang membawa pasir-pasir kecil menimpaku. Mataku terkena pasir itu.
"Aduh." Rintihku.
"Kenapa, Gab?" Tanya Niall.
"Mataku kelilipan."
Seketika itu, Niall mendekat ke arahku. Menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Kemudian ia meniupkan udara di mataku. Aku merasa lebih baik setelahnya.
"Terimakasih." Ucapku canggung.
"Iya." Ucap Niall sambil menampakkan senyumnya. Hei, senyumannya manis sekali. Sampai-sampai aku tak sadar kalau bibirku juga sudah mengukir senyuman.
"Gab?"
"Ya?"
"Kalau kau bukan adikku,aku akan menembakmu sekarang juga."
Aku benar-benar terkejut Niall berkata seperti itu. Mulutku terbuka, mataku benar-benar membulat, jantungku berdetak kencang, kakiku gemetar. Aku tahu maksud yang dikatakan Niall. Kalimat itu sangat jelas.
"Um, lupakan perkataanku tadi. Aku masuk dulu." Ucap Niall kemudian masuk ke rumah.
Aku masih diam di tempat. Tidak berkutik sama sekali. Apa itu benar? Apa itu benar yang dikatakan Niall?Kenapa dia bicara seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers Conflict
Fiksi PenggemarWARNING : SEBAGIAN PART DI CERITA INI DI PRIVAT Bagaimana jika kamu mempunyai kakak-kakak yang ganteng dan terkenal? Inilah yang dialami salah seorang gadis yang merupakan anak bungsu dari keluarga musisi besar. Disinilah terjadi konflik persaudaraa...