“Rasa benci tidak akan datang bila kau bersikap baik!”
—Kanaya Hagiarna—
Happy Reading💙
Sinar matahari menusuk kulit pucat milik Kanaya. Mata lentik milik gadis itu mengerjap pelan. Ia mencoba duduk walaupun rasanya tubuhnya ini akan remuk. Pandangannya mengedar keseluruh arah. Ternyata ia masih didalam gudang.
Kanaya terisak kecil. Satu tangan gadis itu menutup mulutnya tak percaya. Ia masih diberi kesempatan untuk hidup. Kanaya rasa bahwa kemarin adalah hari terakhir ia melihat dunia yang penuh orang kejam ini. Tapi ternyata Tuhan masih berbaik hati memberinya kesempatan untuk hidup.
"T-terima k-kasih Tuhan, T-terima Kasih" Ucapnya dengan bibir bergetar.
Kanaya mencoba berdiri dan berjalan tertatih-tatih menuju pintu gudang. Tangannya yang lemah mencoba membuka sekali lagi pintu gudang. Nihil, ternyata pintu itu masih terkunci. Binar putus asa tersirat dimata Kanaya. Ia mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan kepalanya dipintu gudang.
"T-tuhan, datangkan s-seseorang untuk membantuku" Pintanya dengan mengangkat kedua tangan khas berdoa.
Mata Kanaya menatap kosong kearah barang-barang gudang. Setitik air mata meluncur dipipi gadis itu. Kenapa, kenapa Nando sampai setega itu kepadanya. Apa salah dari Kanaya? Ia hanya menyukai pemuda itu tetapi kenapa seolah-olah menyukai Nando adalah kesalahan terbesar untuk Kanaya. Nando pembawa luka dan cinta dihatinya.
Kanaya menangis ditemani keheningan. "G-gua benci lo. GUA BENCI LO NANDO!" Teriaknya diakhir kalimat dengan pandangan menajam.
Brak!
"Haloo? Ada orang didalam?" Teriak seseorang diluar sana. Kanaya tersentak, ia menghapus air matanya. Tangan mungil gadis itu mencoba menggedor pintu untuk memberitahu bahwa ada ia didalam sini.
"Tolong, gua kekunci didalam sini. Tolong keluarin gua" Teriak Kanaya.
Sedangkan orang diluar sana yang mendengar suara Kanaya terdiam sejenak, merasa tak asing dengan suara tersebut.
"Kanaya?" Panggil Zaki, ketua basket itu merasa tak yakin.
"Iya, ini gua, tolong bukain pintunya. Gua ngerasa sesak disini" Pinta Kanaya sekali lagi.
Sontak Zaki mencoba membuka pintu gudang itu. "Lo ngejauh sedikit dari pintu" Suruhnya.
Mendengar itu Kanaya menjauh dari pintu gudang dengan hati berharap.
Brak! Brak! Brak!
Bruk!
Zaki terjatuh di hadapan Kanaya yang tengah terkejut. Zaki segera berdiri dan merapikan seragamnya dengan salah tingkah. Ia berdeham yang menyadarkan Kanaya.
"E-eh, Zaki?"
"Ayo keluar" Ajak Zaki sambil menggenggam tangan Kanaya tanpa ia sadari. Kanaya hanya mengikuti langkah Zaki yang lebar. Sesekali Kanaya melirik tangan berurat milik Zaki yang menenggelamkan tangan mungil miliknya.
Langkah Zaki terhenti saat sampai di taman sekolah. Ia mendudukkan Kanaya dan ikut duduk disebelah gadis itu. Zaki menatap intens pada Kanaya yang membuat Kanaya heran sendiri.
"Kenapa?" Tanya Zaki membuat Kanaya bingung. Kenapa apanya? Pikir Kanaya.
"Apa?"
"Kenapa lo bisa di gudang?" Dengan rasa penasaran Zaki bertanya. Sontak Kanaya terdiam dengan mata yang menyimpan benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kodrat Kanaya: KK
JugendliteraturKodratnya perempuan adalah dikejar bukan mengejar. Seharusnya begitu tetapi berbeda dengan Kanaya Hagiarna, gadis cantik dengan mata sipit itu justru mengejar bukannya dikejar. Mengejar laki-laki yang tak pernah mencintainya balik. Perasaannya bert...