16- Kebenaran

911 125 43
                                    

Lorong rumah sakit riuh. Suasana tampak menegangkan.

Emergency bed membawa Taehyung yang tak sadarkan diri dengan darah menyelimuti tubuh dan kepalanya di dorong oleh beberapa suster, Jean dengan mata memanasnya juga  berseru keras untuk membawa sang kakak cepat di tangani.

"LEBIH CEPAT!!!!!!"

Jennie di samping Taehyung, menggenggam tangan pria yang berlumuran darah itu, tangisnya pecah dan tak berdaya melihat keadaan sang suami, menyeimbangi langkah semuanya menuju ICU.

"T-tae bertahan ya? Ku mohon..."

Napas Jennie pendek dan tercekat, matanya memanas.

Saat tiba di ICU. suster mencegah semuanya untuk masuk. Jennie menggeleng tegas.

"Tolong tunggu disini. Kami akan menangani Tuan V."

"Aku ikut..." lirih wanita itu tak berdaya.

Hatinya begitu sakit melihat Taehyung dalam kondisi seperti ini.

"Mohon maaf, Nona. Tapi tidak bisa."

Terpaksa, Rosé menarik Jennie untuk di peluknya. Membiarkan tangisan itu pecah.

Rosé mengelus surai Jennie menenangkan, "Tenang ya, Jane? V akan baik-baik saja."

"Katakan padaku jika Tae akan selamat, Rosie... Katakan padaku jika dia tidak akan meninggalkanku..." lirihnya dengan isak yang begitu menyesakkan.

Jean mengepal tangannya kuat. Matanya memanas menyiratkan emosi dan amarah yang tertahan.

Ini semua terlalu fana baginya. Bagaimana bisa sang kakak bisa mengalami kecelakaan telak begini. Sedangkan keluarga mereka benar-benar di didik untuk kuat dan menghindari bahaya.

"Iya Jane. V akan baik-baik saja. Sekarang tenang ya?"

Lisa juga memeluk Jennie dari sisi samping. Ia turut menenangkan.

Jean menatap tajam Rosé yang juga tengah menatapnya. Wanita itu seolah memberikan kode apa yang akan di lakukan oleh pria itu.

"Aku akan kembali, Rosie. Jaga Jane disini. Hubungi keluarganya," ujarnya penuh penekanan.

Wanita itu menyerahkan Jennie sebentar pada Lisa untuk di tenangkan. Kemudian kembali menatap Jean.

"Beri perhitungan pada mereka yang terlibat di balik semua ini, Jean."

Jean menggertak, tangannya mengepal kuat. "Tidak hanya ku beri perhitungan. Tapi akan ku bunuh."

Rosé menepuk pundak pria itu. "Take care. Ingat. Darah di balas darah."

"Tapi darah V harus di balas nyawa!"

Wanita itu mengangguk, "Pergilah."

Yang kemudian Jean langsung berlari dengan emosi yang membara. Meninggalkan ketiga wanita itu dari rumah sakit.

Rosé kembali menghampiri Jennie yang masih menangis tersedu.

"Dia pasti kesakitan, Rosie..." lirih Jennie.

"V akan bertahan, Jane. Dia tidak selemah itu. Dia masih memilikimu sebagai alasan untuk bertahan. V akan selamat, percayalah okey?" yakin Rosé.

Lisa mengusap pundak Jennie lembut.

"Seharusnya aku menemaninya untuk mengecek perlengkapan sebelum bertanding, tapi dia menyuruhku untuk ke tribun terlebih dahulu, kenapa aku membiarkannya sendiri, Rosie..." sesalnya penuh rasa bersalah.

"Seharusnya aku tidak membiarkannya bertanding dengan Kai. Seharusnya aku mencegah dia..."

Kata seharusnya terus terucap, penyesalan yang tidak bisa memutar balik waktu membuat Jennie hanya bisa meratapi kesedihannya.

PROMISE  | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang