1O

38 16 0
                                    

“KI!” siang itu di ruang praktek—renjani menaruh kepalanya di pangkuan kirana sembari mengunyah roti tawarnya. “apa sih?”

anu hehe..” kirana menunggu renjani melanjutkan kalimatnya sambil mengulurkan tangan untuk mengambil sedikit roti tawar milik temannya itu. “gue penasaran doang sih..” kirana merasa renjani akan mengucapkan sesuatu yang berada di luar ambang batas kewajaran manusia.

“lo pasti udah begituan kan sama sadewa?”

goblok?”

“lah kenapa ngatain?” ucap renjani.

“...”

“jangan bilang malah ngga pernah sama sekali?” kirana terdiam selama beberapa saat sebelum menganggukkan kepalanya.

“kok bisa?”

“sebenernya gue pernah mimpi sih pas gue sama sadewa dateng ke villa ayah buat ngurus sesuatu.” renjani mendudukkan diri bersiap untuk menyimak cerita kirana. “gue mimpi ciuman sama sadewa.” gadis itu menutup mulutnya tidak percaya. “TERUS?”

“ngga inget.”

“ih plot twist bukan mimpi.” kirana menyisir rambutnya sebelum menghembuskan napas kasar karena sebenarnya dia merasa janggal dengan mimpinya waktu itu.

kirana :
“jadi jemput ngga?”

sadewa :
on my way.”

kirana :
“hati hati.”

🕊

setelah menunggu selama beberapa saat akhirnya kirana datang dengan dua cup kopi di tangannya. “sorry!” sadewa tersenyum tipis sembari mengusap rambut istrinya perlahan.

setelah berbincang; mereka berdua memutuskan untuk mampir ke rumah orang tua kirana terlebih dahulu sebelum pulang karena ada hal yang katanya ingin dibicarakan oleh sang ibunda.

“nanti jangan bilang yang aneh aneh yaa!”

sadewa mengalihkan pandangannya, “contoh aneh menurut lo itu yang kaya gimana?”

“kirana eksperimen makanan terus gosong gitu deh pokoknya..”

laki laki itu menganggukkan kepalanya. “iya.”

“rill ngga sih ini apa fek fek?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

rill ngga sih ini apa fek fek?”

alay,”

“ngga mau biar ayah sama bunda yang berangkat.” ucap bunda sambil mengambil tiket itu dari tangannya. “ayah mana mauu!”

“mau.” ucap ayah sangat serius.

“ih ayah..” bunda memeluk lengan ayah; sombong karena ayah memihak kepadanya.

kirana menoleh menatap sadewa yang hanya tersenyum seolah laki laki itu sudah tau tentang apa yang terjadi hari ini.

“malem ini nginep dulu, besok pagi bunda kembalikan tiketnya.”

“sadewa ngga—”

deal nda.” sadewa menjabat tangan ibu mertuanya tanpa ragu.

5391.

5391Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang