1: Petir di Siang Bolong

1.1K 95 5
                                    

### Episode 1: Petir di Siang Bolong

#### Shani Indira: Kebahagiaan yang Terganggu

Shani Indira, seorang wanita muda berusia 25 tahun, baru saja menyelesaikan studi S2-nya di bidang Manajemen Bisnis. Sebagai putri dari keluarga Natio yang kaya raya dan harmonis, dia selalu dijunjung tinggi oleh keluarganya. Hari itu, Shani pulang ke rumah dengan perasaan lega dan bahagia, membawa gelar barunya sebagai lulusan terbaik di kampusnya.

Rumah keluarga Natio, sebuah mansion mewah di kawasan elit Jakarta, dipenuhi oleh kegembiraan. Ayah Shani, Dewa Natio, menyambutnya dengan pelukan hangat. "Selamat, sayang. Papa bangga banget sama kamu," kata Kynal sambil tersenyum.

"Iya, Pa. Terima kasih untuk semua dukungannya," jawab Shani dengan senyum lebar.

Namun, kebahagiaan itu seketika terganggu saat ibunya, Veranda Natio, mengajukan pertanyaan yang mengejutkan. "Shan, kan sudah lulus nih kuliahnya, kapan nikahnya?" Pertanyaan itu meluncur seperti petir di siang bolong.

Shani terdiam sejenak, kaget dengan pertanyaan ibunya. "Nikah? Mama serius?" tanyanya dengan nada bingung.

"Iya, Shan. Kamu sudah selesai kuliah, karir kamu sudah bagus, sekarang saatnya memikirkan masa depan. Mama pengen lihat kamu bahagia, menikah, dan punya keluarga sendiri," kata Ve dengan penuh harap.

Shani yang selalu tenang dan kalem dalam menghadapi masalah apapun, kali ini merasa kalang kabut. Dia tidak pernah membayangkan akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari ibunya, terutama di hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya.

"Uh, Ma, Shani belum kepikiran ke situ. Shani masih mau fokus kerja dulu," jawab Shani mencoba menenangkan diri.

"Tapi, Shan, umur kamu sudah cukup, masa mau terus kerja tanpa ada pasangan? Mama cuma khawatir aja, kamu terlalu sibuk sampai lupa soal kehidupan pribadi," kata Ve sambil menatap putrinya dengan penuh perhatian.

Shani hanya bisa mengangguk pelan, sementara pikirannya mulai dipenuhi oleh berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Dalam hatinya, dia tahu bahwa mencari pasangan bukanlah hal yang mudah, terutama dengan sifat perfeksionis dan cemburuannya yang sering kali menjadi hambatan.

#### Gito: Kehidupan yang Berat

Di tempat lain, di sebuah apartemen sederhana di pinggiran Jakarta, Gito atau Gistavo, seorang mahasiswa tampan yang selalu sibuk bekerja paruh waktu, tengah menjalani hari-harinya yang penuh kesibukan. Gito memiliki moto hidup "simple simple aja," namun kehidupannya jauh dari sederhana.

Setelah menyelesaikan shift kerjanya di sebuah kafe, Gito segera bergegas pulang. Apartemen kecil yang ditempatinya bersama ibunya selalu menjadi tempatnya merasa tenang, meskipun penuh dengan beban dan tanggung jawab.

Gito membuka pintu apartemen dan langsung disambut oleh ibunya, Lila. "Gito, kamu sudah pulang? Capek, ya?" tanya Lila dengan suara lembut.

"Nggak apa-apa, Bu. Yang penting Ibu sehat," jawab Gito sambil tersenyum.

Lila, seorang wanita yang penuh kasih sayang, memiliki penyakit jantung yang belum lama ini diketahui oleh Gito. Penyakit ini menjadi rahasia yang ia simpan rapat-rapat, bahkan dari sahabat-sahabatnya, Onil dan Olla. Gito merasa bahwa merawat ibunya adalah tanggung jawabnya, sebuah amanat dari mendiang ayahnya yang ia pegang teguh.

"Bu, istirahat aja ya. Biar Gito yang masak malam ini," kata Gito sambil mengantar ibunya ke kamar. Lila hanya mengangguk pelan dan berbaring di tempat tidur, wajahnya menunjukkan kelelahan.

Setelah memastikan ibunya beristirahat dengan nyaman, Gito menuju dapur kecil mereka. Dia mulai memasak sambil memikirkan berbagai hal. Kehidupan yang berat ini tidak pernah membuatnya mengeluh. Baginya, kebahagiaan ibunya adalah segalanya.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang