BAB 84

391 35 5
                                    

Playlist_song by :
Ailee - Heaven

Happy Reading !!!

• • •

Hingga pagi menjelang, tidak ada satupun yang beranjak dari lorong tunggu UGD.

Semuanya masih memakai pakaian yang sama. Bahkan, Lauzy sendiri. Setidaknya dia bersyukur Devgas sudah kembali tenang. Namun sayang, raut dan tatapan tidak setenang dan sehangat sebelumnya.

Devgas duduk diam, namun kekosongan dan kegelapan seolah tersirat pada tatapan pria paruh baya tersebut.

Begitupun Sekretaris setia Zedd. Yang duduk dikursi tunggu tepat didepan sang Jenderal duduk. Wajah datar lelah sangat terbaca pada keriput diguratan raut wajahnya.

Tidak jauh, satu baris dengannya. Ayah Xillian, Tuan Besar Alpharus juga duduk diam termenung menatap kosong lantai lorong rumah sakit. Sedang istrinya, Ibu Xillian sedang diruangan inap lain akibat pingsan tidak bisa menahan keterkejutannya akan kondisi putra mereka.

Tidak ada percakan, tegur sapa atau semacamnya. Padahal mereka saling kenal satu sama lain. Namun, lorong dengan aroma obat yang menyengat terasa bagai neraka mereka.

Tanpa mereka tahu, jika didalam ruangan UGD tersebut. Amberly, Zedd, Xillian dan Robbin terbaring saling berampingan. Dengan Amberly dan Zedd ditengah, lalu Xillian disisi lain Zedd. Dan Robbin disisi lain Amberly.

Apakah efek samping dari darah Zedd? Jelas jawabannya bukan. Karena Xillian dan Robbin terkena dampaknya. Lalu, apa? Entahlah.

Srett!!
Jemari Amberly bergerak, bukan karena sadar. Tapi juga bukan berarti dia tidak akan sadar kembali. Namun,

Srakk!
Gerakan jemari yang bagai kejutan listrik itu, membuat tangannya terjatuh keluar dari brangkar ranjang tidurnya.

Srett,,
Entah bagaimana tangan Zedd ikut terjatuh keluar dari brangkar tidurnya. Hingga Infus dipunggung tangannya tertarik. Membuat bukan lagi cairan infusn yang memasuki tubuhnya. Namun, darahnya yang tersedot keluar memenuhi selang infus.

Tapi, bukan itu fokusnya. Dengan semua mata masih terpejam satu sama lain. Jemari Zedd dan Amberly bersentuhan tadi. Hingga,

Woushhh!!
Tanpa merubah pakaian. Bukan lagi sosok Amberly yang terbaring dibrangkar tersebut. Melainkan Elisabeth. Sentuhan ringan itu menarik hormon adrenalin dalam tubuh Amberly.

Tapi, sayangnya. Sekalipun mendominasi, kesadaran bagai harapan yang menguap. Mata Elisabeth tetap setia terpejam.

Cklekk!
Hingga pintu ruang UGD dibuka, sosok pria tua dengan uban hampir memenuhi kepalanya. Membelalakan mata, mendapati wajah yang jelas dia kenali.

Yeah, pria tua itu Sekretaris Zedd. Dengan tubuh berbalut pakain jenguk serba hijau bahkan bersama penutup kepala. Bergegas mendekat, dan memisahkan tangan Tuannya dengan kekasib Tuannya yang bersentuhan.

Woushhh!
Benar saja, Amberly kembali mengambil alih tubuh yang masih setia betah dengan mata terpejam itu.

Sedikit, membuat si Pria Tua itu bernafas lega. Dan kini, tatapan panik itu berlaih menjadi tatapan sendu. Menatap Tuannya dan kekasih Tuannya bergantian. Sebelum akhirnya menunduk, dengan bahu gemetar menangis dalam diam.

Pria tua dengan rambut dipenuhi uban itu, hancur sepenuhnya. Rapuh melihat kondisi yang diluar bayangannya.

* * *

Disaat yang sama, sosok Xavier terlihat berbalut pakaian formal tanpa jas. Berjalan diikuti sekretaris Kakeknya, menuju pintu utama Restaurant hendak keluar.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang