Mentari sudah berada di ambang ketinggian, membuat beberapa makhluk hidup enggan terkena sinarnya, termasuk makhluk hidup yang bernama manusia.
Padahal jika dipikir-pikir sinar matahari ini merupakan rahmat yang Tuhan berikan kepada hambanya, agar mengingat pentingnya bersyukur.
Manusia itu aneh memang di beri musim panas ingin musim hujan, karena jika panas berkepanjangan takut akan kekeringan, katanya. Setelah di beri musim hujan ingin kembali ke musim panas. Takut air akan naik dan timbullah banjir, katanya juga itu.
****
Jam menunjukkan pukul 12.00 siang yang menandakan waktu jam istirahat kedua di SMA Tunas Bangsa. Para murid berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi keroncongan.
Berbeda dengan murid yang menghabiskan waktunya di kantin. Justru pria berambut cokelat itu malah pergi ke gerbang belakang sekolah, tak lupa ia pergi bersama kuda besinya.
Iya, pria itu adalah Tara. Ia meminta izin ke guru piket untuk tidak mengikuti mapel selanjutnya. Demi menemui seseorang yang penting, katanya.
Sembari menunggu sosok yang di tunggu. Tara merogoh saku dan membuka ponsel untuk menemani kejenuhan dirinya.
Tak butuh waktu lama akhirnya yang ditunggu-tunggu menampakkan sosoknya. Ternyata sosok itu adalah Ria, bukan tanpa alasan ia rela menunggu panas-panasan hanya untuk menemui gadis itu.
Tanpa basa-basi Tara langsung menyodorkan helm "Nih, pake!" titahnya.
Ria menerima helm tersebut dengan cukup kasar, dirinya masih kesal dengan kelakuan Tara waktu di kantin Ibu Sri tadi. Bayangkan saja pria itu terus menerus mengajak ngobrol ketika Ria juga sedang mengobrol dengan Ibu Sri. Apa so fun kah begitu?.
Dalihnya ingin meminta maaf, palingan juga maaf yang pria ngeselin itu maksud adalah uang yang akan diberikan kepada dirinya. Pikir Ria dengan penuh kenegatifan.
Dari situlah Ria kesal dan memberi pernyataan bahwa dirinya hanya memiliki waktu mengobrol ketika ia selesai menitipkan produk jualannya itu.
"Mau ngobrolin apa lagi sih?" tanyanya.
"Pake dulu itu helm. Atau, mau gue pakein?" tawar Tara sambil menaikkan alisnya, yang membuat Ria bergidik geli mendengar ucapan pria di depannya itu.
Pria berambut cokelat itu hanya terkekeh, seraya menggelengkan kepala ketika melihat kegelian yang ditunjukkan oleh gadis itu terhadapnya.
Pikir Tara jika ia tidak melontarkan kalimat tersebut, urusan dirinya kepada gadis itu tidak akan kunjung selesai. Hanya karena masalah memasangkan helm di kepala.
"Emangnya, lo mau ajak gue kemana? sampe maksa gue buat pake ini helm."
"Lo nurut aja kali. Oh iya, nama lo siapa?. Gue lupa" Sebenarnya Tara sudah tau jika nama gadis di hadapannya ini bernama Ria, Ia tahu saat Ibu Sri sedang berbincang dengan Ria di kantin tadi.
Tapi dengan gengsi yang setinggi langit Tara menjadi pura-pura tidak tahu bak orang yang mengalami amnesia.
Ria melirik dengan sudut mata yang malas "RIA!, udah to the point aja. Lo mau ajak gue kemana?!".
"Ikut aja. Nanti lo juga tau" ujar Tara sembari menaiki motornya.
Ria menghembuskan nafas kasar, setelah itu menaiki motor sesuai dengan penuturan Pria menjengkelkan di depannya.
****
"Nyampe!" ujar Tara dengan penuh kelegaan.
Ekspresi wajah Ria kian terheran-heran setelah sampai di lokasi tujuan dan melihat plang berisi tulisan 'PANTI PIJAT, MAK ATI'. Diluar prediksi memang, Tara membawa gadis lima belas tahun itu ke tukang urut.
"Lo?, ngajak gue kesini?."
"Iya lah" jawab Tara santai.
Ria berpikir dirinya di ajak ke sini karena Tara ingin menebus dosa beberapa hari yang lalu.
"Ga usah deh ya, lagian kaki gue udah sembuh kok."
Tara melirik ke arah kaki Ria yang sudah tidak terlihat tanda-tanda lecet ataupun cedera.
"Masa sih?" ucap Tara masih tak percaya.
"Iya. Lo telat ngajak gue kesini nya!"
Sekali lagi, Pria itu seperti terkena serangan ultimatum dari gadis di hadapannya ini.
Tara menunduk sekejap "Iya gue ngaku salah. Maafin gue"
"Beneran ini cowo minta maaf?" batin Ria bertanya-tanya.
Sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuknya, Ria tersenyum bak pemeran antagonis yang merencanakan sesuatu.
"Dimaafin gak ya?" goda Ria, yang membuat Tara membuang nafas pelan agar dirinya tak tersulut emosi.
"Oke, gini deh. Gue rela ngelakuin apapun demi nebus kesalahan gue ke lo"
Mimpi apa Ria semalam? seorang lelaki kaya yang songong, ngeselin, dan nyaris membuat Ria kehilangan nyawanya mengucapkan kalimat tersebut dengan satu tarikan nafas.
"kayaknya permintaan maaf dia tulus" batin Ria, kali ini batinnya tidak berpikir negatif justru Ria terlihat kasihan dengan muka melas yang ditunjukkan pria itu kepada dirinya.
"Y-yakin?" tanya Ria terbata-bata.
"Iya gue yakin. Gue gak mau dihantui oleh rasa bersalah" ujarnya.
"Oke, gue pegang omongan lo."
"Jadi?. Gue harus ngelakuin apa?" tanya Tara dengan sedikit ragu. Takut-takut jika dirinya disuruh menjadi badut jalanan dan uang yang dihasilkan di serahkan kepada gadis itu.
Mana mungkin Ria seperti yang dipikirkan oleh Tara. Tapi, kadang-kadang kelakuan Ria sering di luar prediksi penulis nih. Ya sudah lanjut..
"Lo harus jadi ojek pribadi gue. Kemana pun gue minta, lo harus siap. Gimana? setuju?."
"Oke. Gue setuju!" ujar Tara gentle man dan Ria pun mengangguk puas mendengarnya.
_______________________________________________
pengen ketemu cowo kayak tara juga nih jadinya, tapi gak dulu deh buat di adegan keserempet mah wkwk.
💗💗💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
A DREAMER
Teen FictionIni adalah sebuah kisah Ria lebih tepatnya Riantika Laurensia gadis remaja lima belas tahun yang putus sekolah, dan merelakan hidupnya menjadi seorang tulang punggung dengan berjualan kerupuk dan menjajakannya di kantin-kantin sekolah dan toko kelon...