Arc 4 Chapter 19 : Konspirasi

471 78 4
                                    

[Raul PoV]

Kau berhasil Evans ...

Aku telah berhasil ...? Siapa yang mengatakan hal itu?

Kau menang ...

Ah ... Aku sedang berada di dalam gedung salah satu Fakultas yang ada di Kampus A—tempat dimana aku dan Liana—Wanita yang baru kukenal satu minggu yang lalu saat mengikuti seleksi masuk kampus ini.

Kalau tidak salah ini adalah lobi Fakultas dimana pengumuman mahasiswa baru yang lulus seleksi diumumkan.

Banyak orang-orang yang ada di sekitar sini untuk melihat hasil tes mereka masing-masing.

"Evans ... Kau tidak apa-apa?"

Mendengar namaku dipanggil, aku menoleh ke samping kiri.

Terlihat seorang wanita berambut hitam bagaikan malam yang gelap sedang menatapku nampak khawatir.

Dia adalah Liana—Wanita yang kukenal satu minggu yang lalu itu. Kami berdua mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi terkenal di fakultas yang sama. Setelah mengikuti tes seleksi, kami telah berjanji bertemu di Kampus A untuk melihat hasil tes yang kami ikuti bersama-sama.

Setelah melihat pengumuman yang ada di sini, hasilnya kami berdua lolos dan telah resmi menjadi mahasiswa baru kampus ini.

"Tidak apa-apa, Liana," jawabku mencoba menghilangkan kekhawatirannya. "Tadi aku terdiam karena tidak percaya aku lolos dan masuk ke Kampus yang terkenal ini."

Mendengar jawabanku Liana terlihat tersenyum, dia kemudian mengajakku ke suatu tempat untuk merayakan kelulusan kita. Namun, ketika sampai di tempat yang ia bicarakan, aku sedikit tercengang karena ia membawaku ke sebuah restoran mewah!

Uang yang kudapatkan dari hasil bekerja sebagai tukang Service alat elektronik selama satu bulan bahkan tidak akan cukup untuk membayar untuk makan di tempat ini!

"Ada apa, Evans?" tanya Liana dengan wajah penasaran.

"Ti-tidak apa-apa, Liana," jawabku padanya.

Apa yang harus kulakukan? Apa aku punya alasan yang bagus agar dapat keluar dari masalah ini? Sebenarnya aku tidak enak terhadap Liana karena sudah mengajakku untuk merayakan kelulusan ujian yang selalu menghantui pikiranku selama satu minggu terakhir ini.

Akan tetapi, saat aku sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba Liana memalingkan wajahnya ke samping membelakangi restoran yang hendak kami masuki.

"Hey Gavin, apa di jurusan kita nanti akan banyak wanita-wanita yang berprofesi sebagai model?"

"Hahaha! Kevan, lupakan saja mimpimu untuk memacari seorang Model! Semua wanita yang ada di jurusan kalian pasti hanya akan melirik ke arah Gavin! Dia tidak hanya kaya namun juga tampan dan seorang atlit Basket Nasional!"

Tiba-tiba, dari samping kiri aku dapat melihat tiga orang pemuda seusiaku sedang berbicara dengan cukup lantang sehingga aku yang berada sekitar 20an meter saja dapat mendengar pembicaraan mereka.

Namun, yang paling menarik perhatianku adalah seorang pria tampan berambut pirang yang ada di tengah-tengah kedua temannya yang sedang berbicara itu. Dia bagaikan seorang model yang sering muncul di iklan-iklan fashion Brand ternama di sebuah televisi.

"Liana ... Apa itu kau?"

Tiba-tiba, ekspresi pria tampan itu yang dingin nan santai berubah saat melihat wanita berambut hitam yang ada di sampingku.

Dia kemudian bergegas mendekat kemari, mengabaikanku seperti aku hanyalah seorang NPC yang tidak nyata.

"Ughhh ... Gavin, apa maumu?"

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang