Netra itu terbuka, memperlihatkan sepasang bola mata yang indah namun sayu. Sedikit mengernyit saat merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Mengangkat tangan kanannya yang terasa nyeri seperti terkena sengatan, Yuta mendapati ada jarum infus menancap di sana. Memorinya kembali mengingat apa yang telah dialami sebelumnya. Membuat tubuhnya kembali bergetar dan sedikit sulit bernafas.
"Hei, hei, tenanglah... bernafas perlahan."
Bisikkan lembut yang disertai usapan sayang pada lengannya berangsur-angsur membuat Yuta mulai tenang. Matanya melirik pada Taeyong sedang duduk di sampingnya. Mata yang biasa menatap tajam itu kini terlihat memancarkan kelembutan. Yuta bisa merasakan punggung tangan kirinya diusap pelan, menyalurkan ketenangan.
"Taeyong.."
"Hm. Aku di sini."
Yuta merasa kedua matanya menghangat dan penglihatan mulai berkaca-kaca. Ia bersyukur karena bisa melihat tunangannya itu sekarang. Setelah sebelumnya merasa ketakutan yang begitu luar biasa. Menghadapi kejadian tak terduga hingga membuatnya harus menerima kekerasan, baik fisik maupun mentalnya.
"Ssstt.. jangan takut, hm? Aku di sisimu, kau sudah aman sekarang."
Kalimat yang terlontar begitu lembut terlontar. Yuta tak menyangka akan mendengar suara Taeyong yang bisa membuat segala perasaannya menjadi ketenangan meski masih ada bayang-bayang mengerikan dibaliknya.
"Sekarang waktunya makan siang. Tunggu di sini," katanya.
Namun sebelum Taeyong berdiri dari tempatnya, tangan Yuta telah lebih dulu menahan lengannya. Tidak membiarkannya pergi dari sana. Menghela nafas pelan, mengerti akan apa maksud dari tunangannya yang tak ingin ditinggal itu membuat Taeyong beralih mengambil ponselnya. Menghubungi nomor khusus bagian ruang dapur dan memberikan perintah agar membawa makan siang untuk Yuta.
Setelah menaruh kembali ponselnya di atas meja kecil samping ranjang, Taeyong beralih menggenggam tangan kecil Yuta. Mengusap-usapnya seakan menyampaikan bahwa semuanya baik-baik saja dan ia aman sekarang. Keduanya menikmati waktu dalam keheningan yang tercipta sebelum seseorang mengetuk pintu dan membukanya.
Seorang maid datang dengan membawakan makanan siang di atas nampan untuk tuan mereka. Taeyong mengambil alih semangkuk bubur yang berada dari nampan itu dan menaruh di atas meja kecil itu.
"Terima kasih. Kembali selesaikan tugasmu."
Maid perempuan itu mengangguk ragu. Karena baru kali ini telinganya mendengar tuan mereka mengucapkan kata yang terbilang 'keramat' untuk diucapkan bagi seorang Lee Taeyong pada para bawahannya. Dan tak urung membuat kedua sudut bibirnya membentuk senyuman tipis. Ternyata tuan muda manisnya membawa pengaruh dan perubahan yang baik.
"Ayo, kubantu duduk."
Taeyong membantu tunangan manisnya untuk bangkit. Saat ingin merubah sedikit posisinya, Yuta meringis sakit karena punggungnya.
"Maaf. Tahan sebentar ya."
Taeyong secepat mungkin menaruh bantal di belakang punggung Yuta agar tunangannya itu bisa duduk dengan nyaman. Menaruh 2 bantal yang cukup untuk melindungi punggung Yuta ketika bersandar.
"Pelan-pelan," ucapnya.
Semuanya itu membuat hati Yuta menghangat. Bagaimana cara Taeyong memperlakukannya begitu lembut dan penuh perhatian. Hal inilah yang selama ini diidamkan oleh Yuta. Setelah sekian lama menanti, pemuda manis itu akhirnya bisa merasakan bagaimana Taeyong memperlakukannya dengan baik. Meski dalam keadaan tak mengenakkan seperti ini.
"Karena dagumu terluka dan mengalami pembengkakkan, dokter menyarankan untuk sementara waktu makan bubur dulu."
Yuta mengerjapkan kedua mata sayunya dan mengangguk kecil. Ketika sesendok bubur itu Taeyong arahkan ke depan mulutnya, Yuta sebisa mungkin menahan rasa sakit dan menerima satu suapan. Meski tak terucap, Taeyong tahu jika Yuta merasa kesakitan karena ekspresinya tak bisa ditutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster 🔞
Fanfiction_ 4th TaeYu Fanfiction _ Yuta menyerah dengan hatinya bermaksud untuk membuat orang yang ia cintai selain keluarganya, merasa bebas dan bahagia. Tapi, justru keputusan itu menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Yuta tidak mengerti. --- * WARNING...