Gyumin membalikkan tubuhnya dengan lambaian rambut hitamnya yang tergerai, mata cokelatnya bersinar dalam cahaya senja yang merona di sekitar mereka. Senyumnya yang hangat terpancar, seolah menyiratkan sesuatu yang lebih dalam dari kata-kata yang diucapkannya.
"Gyumin," panggilku dengan suara yang lembut namun tegas, sambil merogoh saku celana dengan gesit.
"Kunci mobilmu! Aku akan mengirim Securityku untuk mengembalikannya besok."Gyumin memandang Manda dengan tatapan tidak percaya. Hatinya berdebar keras. Menolak tawaran itu tanpa menunjukkan keraguan yang tersimpan di dalamnya.
"Itu akan berguna untukmu, jangan mengembalikannya!" serunya, berusaha mempertahankan sikap teguhnya."Tidak perlu," sahut Manda, wajahnya tetap datar meski hatinya berkecamuk dalam pertarungan batinnya.
Gyumin mendekatinya dengan langkah yang pasti, tatapannya tajam seakan memilah setiap kata yang keluar dari bibir Manda.
"Ada apa denganmu?" desaknya, mencoba menembus dinding yang telah dibangun oleh Manda.Manda tergagap, lidahnya terasa kelu seolah terjebak dalam kebingungan yang mendalam.
"Aku... aku memang tidak memerlukan ini!" jawab Manda akhirnya, suaranya gemetar mengungkapkan ketidakpastian yang memayungi pikiran."Bisakah kau menerima apa yang ku inginkan?" tanya Gyumin, dahinya mengerut dalam pertanyaan yang mengandung lebih dari sekadar permintaan.
Manda mengalihkan pandangannya dari Gyumin, matanya meluncur ke arah langit malam.
"Baik, aku akan menerimanya," ucapnya pelan, mencoba meredakan kekacauan emosinya sendiri."Mengapa kau begitu sangat berubah? Dulu kau begitu sangat manis dan mencintaiku," ujar Gyumin dengan nada penuh kebingungan, mencoba mencari jawaban dari Manda yang tersembunyi di balik kata-kata dan sikapnya yang baru.
Manda menatap tajam ke arah Gyumin, mencoba menahan amarah yang mulai memuncak di dalam dirinya.
"Kau memulainya lagi, apa kau tahu? Betapa lelahnya aku dengan semua ini," desisnya, suaranya dipenuhi dengan rasa lelah dan keputusasaan yang sulit disembunyikan.Gyumin tersenyum sedikit, tetapi senyumnya tidak mencapai matanya yang mengeluarkan ketegangan yang sama.
"Kau jelas tidak mencintaiku!" ucapnya pelan, sebelum masuk ke dalam mobil dan membiarkan mesinnya menggeram pelan saat kendaraannya melaju menjauh.Manda menghela napas beratnya, menatap jauh kepergian Gyumin.
"Bagaiman bisa aku mencintai tiga Pria sekaligus! Kau adalah Wanita yang Aneh!" Gerutunya pada diri sendiri, lalu memasuki rumah dan menuju kamar.Kediaman keluarga Hwang In Yeop, Kamar.
In Yeop duduk di sudut kamar, pandangannya terpaku pada ponsel Manda yang tergeletak di meja. Cahaya lampu kamar yang redup menciptakan bayangan di wajahnya yang tampak ragu-ragu. Dia menggigit bibirnya, berpikir keras.
"Aku sangat penasaran dengan isi dari ponsel ini. Jika aku membuka paksa ponsel ini... Ah tidak! Tidak! Itu jelas tidak baik," kata In yeop pelan, suaranya bergetar. Dia mengambil ponsel itu, merasakan dinginnya permukaan metalik di tangannya.
"Mungkin dia tidak akan menyadarinya jika aku sedikit membuka privasinya," gumamnya lagi, lebih kepada dirinya sendiri.Tekadnya mulai terbentuk, In Yeop menghubungi seseorang yang Ia kenal dapat membantunya untuk membuka ponsel tersebut.
"Datanglah!" perintah In yeop singkat melalui telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...