Go and Regret [bxb bxg gs]

172 2 0
                                    

Lee Jevan tersenyum miring melihat tubuh kekasihnya yang terbaring tak berdaya di ranjang. Tubuhnya sama sekali tidak tertutupi benang, tubuh putih dengan pinggang ramping itu terpampang jelas begitu saja. Kakinya terbuka lebar menampilkan vaginanya yang memerah. Ringisan kecil terus ia keluarkan dari bibirnya yang sedikit terluka. Bayangkan seberapa bringas Jevan mengagahi Verland?

Jevan yang hanya dibaluti handuk sebatas pinggang mendudukkan tubuhnya di birai kasur. Jevan usap rambut halus kekasihnya yang berusaha menahan tangisnya. Jevan iba, tapi ia tidak bisa melakukan apapun pada kekasihnya. Verland menggenggam erat pergelangan tangan Jevan dan memandang kekasihnya dengan sendu.

"Kenapa harus aku?" lirih Verland.

"Tidurlah."

"Aku akan tetap disini bersamamu, kau aman jika berada di dekatku sayang." Verland menghempaskan pergelangan tangan Jevan. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Dengan menahan seluruh rasa sakit yang menyerang tubuhnya, Verland mencoba menutup mata. Verland berdoa pada Tuhan agar ia tidak bangun di pagi hari lagi.

Dengan tatapan kosong Verland memandang pantulan tubuhnya di cermin. Terlihat Jevan yang sibuk memakaikan riasan di tubuhnya. Dress selutut itu membaluti tubuhnya dengan sangat baik. Terlihat mahal dan mewah, Jevan tersenyum lalu ia mencup singkat kening kekasihnya.

Pinggang rampingnya Jevan raih dan ia tarik hingga tubuh mereka saling bertautan. Jevan menyingkirkan helaian rambut sebahu Verland untuk tidak menghalangi pemandangan indahnya. Jevan terkekeh kecil dan mengecup singkat bibir sang kekasih.

"Kau selalu cantik."

"Sekarang aku sudah tidak cantik," ujar Verland dengan nada dingin. Jevan tersenyum miring dan terkekeh kecil. Jevan tarik lengan kekasihnya keluar dari kamar. Mereka berhenti di tangga, Jevan menggandeng lengan Verland dengan romantis. Dengan perlahan-lahan mereka melangkahkan kakinya turun menuju kerumunan orang yang yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Lihat, banyak orang yang akan melihat kita," bisik Jevan.

Melihat teman-teman Jevan yang mendekat Verland pun tersenyum. Semuanya menyapa dengan senyum yang tak kalah ramah. Pesta kecil milik Lee Jevan berjalan lancar. Tidak seperti pesta sebelumnya, pesta kali ini penuh dengan pujian.

Verland menahan air matanya yang akan meluncur. Dengan sebisa mungkin Verland menahan semua rasa sakit yang menusuk dadanya. Verland mengeratkan genggaman tangannya pada Jevan. Merasakan itu Jevan mengusap punggung kekasihnya dengan lembut.

"Kekasihmu cantik tuan Lee," puji seorang pria. Jevan tertawa kecil dan merangkul pinggang Verland.

"Kekasihku memang selalu cantik."

"Pesta ini terasa hidup karena kecantikannya."

"Kekasihmu cantik, tubuhnya juga sangat indah tuan," Jevan hanya mengangguk mendengar pujian seorang wanita pada Verland-nya.

"Terima kasih untuk semuanya, aku permisi ke toilet sebentar." Tanpa mendengar jawaban semua tamunya Verland segera pergi dari kerumunan orang-orang itu. Jevan tak tinggal diam, Jevan segera berpamitan untuk menyusul kekasihnya.

Sebelum memasuki toilet sebuah lengan menahan bahu Verland. Mendengar perilaku yang tidak mengenakan Verland berbalik dan menatap sinis pada wanita muda yang melipat tangannya di dada dengan angkuh. Wanita itu tak kalah sinis membalas tatapan Verland.

"Wajahmu belum berubah Verland! Aku masih bisa mengenalimu walau semua orang berhasil kau tipu," Verland berdecih tak suka pada wanita itu sebab ia dengan sengaja menyenggol bahunya saat pergi. Dengan perasaan marah dan kecewa Verland masuk ke dalam bilik toilet.

❀ 𝑩𝒖𝒕𝒕𝒆𝒓𝒇𝒍𝒚 ꕥTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang