"Turunin sebelum Kairos aja, nanti ada yang liat,"
Karang menyunggingkan senyum kecilnya. Melirik gemas kearah gadis berjaket kuning yang sedang melahap sandwichnya. Lagi-lagi Karang tetapi kukuh mengatakan Lara tak pernah tumbuh. Ia masih tetap bocah kecil yang masih suka kabur kalau ngambek. Dia hanya bertambah tinggi berapa senti dengan pipi yang makin berisi.
Pemuda itu sedang menyetir mobil dengan satu tangan yang menggegam sebelah tangan Lara yang juga terasa empuk dan berisi. Sepertinya lemak gadis itu hanya mau menghuni bagian tubuhnya yang tertentu saja. Ah, kenapa Karang merasa seperti manusia pedo?
"Heh hehhh hehhh, itu udah lewat!" Lara melotot, mengikuti arah pandang bangunan Kairos yang dilewati begitu saja.
Sedangkan Karang terkikik kecil. "Jauh, nanti jalan kaki cape," kata Karang masih fokus kearah depan menyetir. "Jangan di sekolah, nanti kalo orang liat gimana?" sergah Lara sedikit panik. Gadis itu tahu betul Karangga Elbar Hysi itu siapa. Satu sekolah mengenal lelaki itu. Bahkan sekecil apapun hal yang meyangkut Karang, semua akan menjadi topik pembicaraan satu sekolah. Apalagi jika dia tertangkap mengantar gadis berangkat sekolah satu mobil dengannya?
"Karang!" Lara frustasi, tapi hendak marah tapi percuma, mobil mereka sudah memasuki gerbang. Lara langsung merundukkan badan. Memasang tudung hoodienya cepat. Mobil Karang baru masuk saja semua siswa reflek menoleh, menghentikan langkah untuk menunggu si pemilik mobil keluar dari sana.
Diam-diam Lara memcaci Karang. Memukul lengan pemuda itu dengan posisi tubuh yang masih berusaha sembunyi. "Aku anter sampe kelas," tutur Karang memajukan wajahnya merunduk menyamai wajah Lara. Gadis itu semakin dibuat melotot. Reflek menyudul dengan keras kepala Karang di depannya sehingga pemuda itu langsung terpental ke belakang saking kerasnya.
Dukk
"ORANG GILA!" pekik Lara sebelum kabur membuka pintu mobil. Berlari merunduk cepat dengan dirinya yang masih berusaha menyembunyikan wajah. Meninggalkan Karang yang masih memegangi kepalanya yang terasa hendak pecah. Sumpah, kepala Lara kenapa sangat keras sekali?
"Hehh itu siapa yang turun dari mobilnya Karang?"
"Karang pacaran sama anak Swadaya? Siapa anjir?!"
"ITU SIAPA WOY?! KARANG PUNYA CEWEK?!"
"WOYY CEGAT! TANYAIN ANAK KELAS MANA!" pekikan heboh terdengar.
Meski terasa sakit, Karang menyempatkan melihat tubuh kecil yang berusaha sembunyi dari keramaian itu. "Arghhh, shit," umpat Karang malah terkikik kecil.
-
-
-
Lara membuang nafasnya panjang. Berhenti di depan kelas, menjadikan sebelah tangannya sebagai tumpuan pada tembok. Meminimalisir rasa lelahnya setelah berlari dari parkiran tadi. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia harus mencopot hoodienya agar tak menghilangkan jejak. Ia sadar sepanjang larinya tadi banyak yang memekik mempertanyakan siapa dirinya. Tado sempat ada yang menyetop juga, tapi untung dia gesit dengan tubuh kecilnya.
Gadis itu berdecak kesal. Masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangkunya. Dia seperti merasa keciduk dispatch kencan idol Korea. Pagi-pagi sudah lari-larian begini.
"Eh, itu absen 4 udah berangkat,"
"Ck, Damania anjir,"
"Hah siapa namanya tadi? Oh iya, Damania. Hai Damania," Belum sampai disitu, Lara dikejutkan dengan teman kelasnya yang heboh mendekat mengerubungi mejanya dengan wajah cerah. Ada yang sampai duduk di atas meja gadis itu. Membuat Lara mengernyit tak paham. Kenapa tiba-tiba mereka menyapa dia? Biasanya jangankan mengobrol, duduk di dekatnya saja pada tak sudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...