4 : Antara Kebahagiaan dan Dusta

735 76 9
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi itu, Shani terbangun dengan mata masih mengantuk. Sinar matahari yang menyelinap melalui celah-celah tirai kamarnya membuatnya merasa hangat dan nyaman. Tanpa sadar, dia meregangkan tubuh dan bangun dari tempat tidurnya, merasa nyamannya tempat tidur itu.

Setelah bangun, Shani berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, dia turun ke lantai bawah, mencari-cari keberadaan ibunya seperti biasanya.

"Morning, Ma," sapa Shani dengan suara manja yang khas, menghampiri ibunya yang sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan.

Veranda menoleh dan tersenyum melihat putrinya. "Morning, sayang. Tumben bangun pagi."

Shani mengangguk sambil mengambil segelas air dari meja dapur. Dia duduk di kursi sambil menikmati sarapan yang telah disiapkan mamanya. Namun, seiring berjalannya waktu, Shani merasa ada sesuatu yang aneh. Seperti ada yang hilang dari pikirannya. Dia mengerutkan kening, berusaha mengingat-ingat kejadian semalam.

Tiba-tiba, ingatannya mulai kembali. "Ahh... Gito... Aduh, kemana dia!" pikirnya dalam hati. Dia tersadar bahwa dirinya sudah menikah dengan Gito, dan kebingungannya semakin bertambah.

Veranda yang melihat ekspresi bingung putrinya, memutuskan untuk bertanya. "Kenapa tuh muka Shan, kok kayak bingung gitu?" tanya Veranda sambil menahan senyum.

Shani menatap mamanya dengan mata yang sedikit panik. "Ma, Gito kemana ya? Shani nggak liat dia dari tadi".

Ibunya mengerutkan dahi dan menatap Shani dengan tatapan aneh. "Siapa Gito, Shan? Kamu mimpi apalagi?" balas ibunya sambil melanjutkan memasak.

Shani tertawa kecil. "Mami, jangan bercanda deh. Gito suami aku, masa lupa?" ujarnya, merasa lucu dengan reaksi ibunya.

Ibunya berhenti sejenak, menatap Shani dengan tatapan bingung. "Suami? Kapan kamu nikah? Orang masak aja gak bisa, cowok mana yang mau sama anak manja kayak kamu?" goda ibunya dengan nada serius tapi bercanda.

Shani mulai merasa ada yang aneh. "Mi, serius. Aku nikah sama Gito kemarin," kata Shani, mencoba memastikan kebenaran ingatannya.

Ibunya tertawa terbahak-bahak. "Shan, kamu mungkin kebanyakan baca novel. Mana mungkin kamu nikah tanpa Mama tahu. Kamu tuh suka ngelamun ya," ujarnya sambil terus tertawa.

Shani mengernyitkan alisnya, mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin. "Masa iya gue mimpi?" gumamnya pelan, bingung.

"Mi, aku serius. Aku nikah sama Gito kemarin. Dia ada di sini, aku nggak ngimpi," tegas Shani, kini dengan nada lebih panik.

Ibunya menepuk bahu Shani dengan lembut, masih tertawa. "Shan, kamu ini memang suka kebanyakan mikir. Coba deh, makan dulu, biar nggak ngelamun terus," katanya sambil menyiapkan sarapan.

Shani merasa seperti sedang terjebak dalam mimpi yang aneh. "Apa yang terjadi? Kok Mama bisa lupa?" pikirnya dalam hati. "Mi, serius ini. Aku nikah sama Gito kemarin. Dia ada di sini," tegasnya sekali lagi.

Shani akhirnya menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Mungkin memang aku lagi kebanyakan mikir," pikirnya, meskipun perasaannya masih campur aduk. Ia mencoba menikmati sarapannya sambil berusaha mencari cara untuk memastikan bahwa semua yang terjadi memang nyata.

Saat ia selesai makan dan ingin bersantai di sofa, lalu ia sedar ia melihat 2 orangyang tak asing.

"Hah? Gito?" Shani berdiri dengan cepat dan berlari ke arah pintu menuju halaman belakang. Ia merasa seperti menemukan kunci jawaban dari kebingungannya.

Ketika sampai di halaman belakang, Shani melihat Gito dan papanya yang sedang tertawa bersama. Ayahnya melambai ketika melihat Shani. "Shani, sini," katanya.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang