Awal

2 1 0
                                    

SMA elit terpampang megah di kota yang paling elit, terlihat seorang gadis cantik mengendarai sepeda menuju sekolahnya.

Baju SMA dan rompinya juga sangat cantik, gadis itu mengepang satu rambutnya seperti biasa dengan jepitan kupu-kupu berwarna putih. Butuh waktu 15 menit bagi Deluna untuk pergi ke sekolahnya itu.

Tahun ini sebentar lagi ia akan genap berusia 16 tahun, tahun pertama di sekolahnya berjalan dengan tidak baik yang seringkali membuatnya menangis sendiri.

Yah sudah satu semester ia bersekolah di sini, ia hanya mendapatkan caci dan makian. Serta ia tidak memiliki teman yang mau di ajak bercerita.

Tin... Tin... Tin...

Suara mobil mengejutkan Deluna dari belakang sehingga ia pun terjatuh dari sepedanya.

"Hahaha... Kasian banget lu cupu, " tawa seorang gadis di balik mobil itu. Dia adalah Alfira yang selalu suka membully nya bahkan tak segan-segan mencaci maki nya.

Mobil sport putih itu pun memasuki gerbang, gadis itu tanpa merasa bersalah telah mengejutkan Deluna yang sampai terjatuh dari sepedanya.

Deluna pun kembali menaiki sepeda nya dan kembali mengayuh nya masuk ke gerbang lalu ke parkiran paling belakang.

Tin... Tin... Tin...

Deluna kembali di kejutkan kali ini oleh seorang pemuda yang dengan gagah mengendarai motor mahalnya.

Dia adalah Sadewa si preman serta si penguasa di sekolah ini.

"Apa lu liat-liat? Awas ini parkiran gw, " ujar pemuda itu dengan kasar.

Deluna hanya menunduk malu ia kembali memarkirkan sepedanya sedikit lebih jauh. Biasanya ia parkir di tempat Sadewa karena Sadewa selalu membawa mobil.

"Huftt..., " hela Deluna ia sudah dia kali di kejutkan, untung saja jantungnya kuat.

Serta jantungnya juga tidak mau berhenti berdegup karena sempat ber pas-pasan dengan Sadewa si pangeran sekolah.

Siapa yang tidak jatuh cinta dengan ciptaan Tuhan sesempurna itu?

Sadewa memang pantas di gelari pangeran. Wajahnya yang tampan, mata sipit, hidung mancung serta kulit putih yang bersih.

Pipi Deluna memerah seketika, walaupun Sadewa menghardiknya tadi tapi setidaknya ia mendapatkan bonus dengan dekat melihat wajah yang tampan itu.

Deluna segera menggelengkan kepalanya dan kembali sadar, bahwa ia hanya rakyat jelata tidak pantas bersanding dengan pangeran setampan itu.

Deluna memasuki kelasnya, dan pergi duduk ke bangku pojok paling belakang. Yah teman-teman kelasnya selalu menganggapnya tidak ada dan hanya makhluk gaib.

Deluna tidak mempersalahkan itu, ia mengeluarkan buku pelajaran nya serta menghafal materi yang akan ia pelajari nanti.

Pelajaran pun di mulai, Deluna sangat suka mencuri-curi pandang terhadap Sadewa yang duduk di depan di ujung sana.

Ketika Sadewa melirik nya dengan berang, Deluna segera mengalihkan pandangannya.

Entah kenapa Sadewa merasa risih selalu di pandangi oleh gadis miskin itu, itu membuat Sadewa jijik.

"Lu napa dah? " tanya Zain yang melihat Sadewa sedikit risih.

"Ituh si miskin mandangin gw mulu, " ujarnya malas.

"Yah wajarlah, lu kan ganteng bukan dia aja yang lirik lu kan cewe-cewe semua rata-rata mandangin lu. Gw jadi iri huft..., " keluh Ritan.

"Cih, gw jijik kalau dia yang mandangin gw, " ujar Sadewa bertingkah jijik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang