Chapter 18 - Asmodeus Sang Penguasa Kegelapan

2 0 0
                                    

Babak yang telah lama dinanti-nanti, babak final, akhirnya dimulai. Sorakan penonton menggema di seluruh arena, menciptakan gelombang semangat yang tak tertahankan. Setelah melewati berbagai rintangan dan pertarungan sengit dalam turnamen ini, Asahi berhasil mencapai final. Kini, ia berdiri di tengah arena, siap untuk menghadapi lawan terkuatnya, Luna. Detik-detik menjelang pertandingan terasa seperti waktu berhenti, dengan udara yang dipenuhi antisipasi dan energi yang membara. Ini adalah momen yang akan menentukan segalanya.

Tiba-tiba, suara komentator memecahkan keheningan dan ketegangan yang menyelimuti arena pertarungan. "Apa kalian sudah siap menantikan pertarungan terkuat ini ...!!" teriak sang komentator, suaranya menggema di setiap sudut arena. Sorakan penonton pun pecah, mengguncang seluruh penjuru arena dengan gelombang antusiasme dan semangat yang luar biasa. Suasana mendidih dengan adrenalin, semua mata tertuju pada dua sosok di tengah arena—Asahi dan Luna—yang kini siap untuk mengukir sejarah.

"Sebelum itu ada peraturan tambahan ... di babak final ini di perbolehkan saling membunuh jadi berhati hatilah ... siapapun yang terbunuh sebelum menyerah tidak akan kami tanggung ..." ucap salah satu pembuat peraturan.

Suasana menjadi hening, tidak mungkin seorang siswa saling membunuh satu sama lain hanya karena turnamen ini peraturannya seperti itu. 

"Mereka sedang memancing sesuatu... tapi apa yang sedang mereka pancing...?" gumam Asahi sambil memandang ke arah kursi VIP. Mata tajamnya menyapu deretan kursi kehormatan, lalu berhenti pada satu kursi yang kosong.

Kursi dengan label nama Asmodeus itu kosong. Seharusnya sang penguasa gelap itu berada di sana, menonton pertandingan ini. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaannya di arena. Hati Asahi berdebar, menyadari kejanggalan yang tak terelakkan.

"Luna," bisik Asahi kepada lawannya yang berdiri beberapa meter darinya. "Kau juga merasakannya, bukan? Ada yang aneh dengan pertarungan ini."

Luna, dengan tatapan dingin yang selalu ia miliki, mengangguk perlahan. "Aku tahu. Sejak awal, aku merasakan ada sesuatu yang disembunyikan. Mereka tidak sekadar mengatur pertandingan ini untuk kita."

Asahi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. "Apa kau berpikir ini ada hubungannya dengan Asmodeus?"

Luna mengerutkan kening. "Mungkin saja. Jika dia tidak hadir, ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di balik layar."

Tiba-tiba, sorakan penonton kembali menggema ketika sang komentator berbicara lagi. "Dan sekarang, tanpa penundaan lagi, mari kita mulai pertarungan yang akan menentukan segalanya!"

Asahi dan Luna saling bertukar pandang, masing-masing mengetahui bahwa mereka tidak hanya bertarung untuk kemenangan, tetapi juga untuk mengungkap kebenaran di balik kejanggalan ini. Mereka berdua bersiap, namun tetap waspada terhadap apa yang mungkin terjadi di luar kendali mereka.

Saat mereka bersiap-siap untuk memulai, Asahi menyelipkan satu kalimat kepada Luna. "Tetap fokus, Luna. Apa pun yang terjadi, kita harus siap menghadapinya bersama."

Luna mengangguk tegas, mata birunya bersinar penuh determinasi. "Kita selesaikan ini, Asahi. Bersama-sama."

Dan dengan itu, mereka maju, siap untuk menghadapi bukan hanya satu sama lain, tetapi juga misteri yang mengintai di balik bayang-bayang arena.

Saat gong pertandingan berbunyi, Asahi dan Luna melangkah maju, masing-masing dengan tekad yang membara. Arena dipenuhi dengan sorakan penonton yang semakin menguat. Kedua pejuang ini siap untuk memberikan segalanya dalam pertarungan yang akan mengukir sejarah.

Asahi adalah seorang ahli pedang yang tangkas dan gesit. Pedangnya, bernama "Hikari," bersinar dengan kilau yang memantulkan cahaya sekeliling. Luna, di sisi lain, adalah seorang penyihir ulung dengan pedang berlapis sihir. Pedangnya, "Nocturne," memancarkan aura gelap yang menggetarkan.

Reincarnator From the Past Alternative [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang