1. Insiden

8.2K 329 2
                                    

Happy Reading
.
.
.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Citra pov

"Biar gue aja yang anterin tugas kalian ke meja Bu Bianca," kataku merebut lembar lembar tugas dari komting kelasku.

"Beneran ?" tanya Rio selaku komting rombel.

"Beneran. D7 lantai 2 kan ?" Rio mengangguk dan tersenyum sumringah.

"Baiklah. Makasih ya Cit. Hati hati, dosennya dingin."

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Siapa yang akan menolak pesona dosen muda bernama Bianca itu ? Banyak mahasiswa yang tergila gila dengan dosen primadona kampus, termasuk aku yang sedang mengantarkan tugas ini. Aku mengakui bahwa beliau memang cantik dan cerdas, pesona wanita matang dan dingin. Ughhh, sangat tipeku.

Tak terasa tubuhku telah menaiki lift, setelah denting lift dan pintu terbuka, aku melangkahkan kakiku ke ruangannya.

"Masuk," ucapnya setelah aku mengetuk pintu ruangannya.

"Permisi, Bu. Saya hendak mengumpulkan tugas rombel saya." ucapku.

Tatapannya dingin yang awalnya berkutat dengan laptop, kini menatapku dengan lirikan matanya. Ah, mata tajamnya sangat terlihat didukung oleh eyeliner dan bulu mata yang lentiknya. Tanpa sadar aku tersenyum untuk mengurangi gugupku.

"Taruh saja disitu," balasnya singkat.

"Baik,"

Aku merasakan ia menatapku dengan lekat ketika aku mengeluarkan lembar tugas milik teman teman dari map. Suasana sangat canggung, hingga dia berkata, "Semuanya sudah mengumpulkan dengan lengkap ?"

Aku mendongak dan tatapan kita bertemu. "Em, saya kira sudah,Bu." jawabku tidak yakin karena aku tidak menghitungnya.

"Saya tidak menerima semuanya jika masih ada mahasiswa yang belum mengumpulkan." ucapnya.

Aku refleks menghitung lembarnya. Sial, kurang satu anak belum mengumpulkan. Siapa yang belum ? Alih alih panik, aku justru berbohong jika semuanya sudah terkumpul.

"Sudah semua kok, Bu." jawabku.

"Benarkah ?"

Aku mengangguk yakin dan menampilkan senyum bahagiaku karena mendapat momen satu ruangan hanya berdua dengan beliau. Ah, lucunya.

"Bagus. Jika ada yang kurang, kamu yang bertanggung jawab." ujarnya, cukup menarik bagiku.

"Eh, kalo kurang saya mau diapain, Bu ?" refleks aku mengatakan itu membuatnya mengernyit.

"Emangnya ini kurang ? Tadi katanya lengkap," tanyanya mengintimidasiku.

Aku melirik lembar tugas itu. Lalu menjawab, "Ya, enggak kurang sih Bu. Saya nanya aja, kali aja saya yang salah ngitung."

"Saya gak peduli. Siapa nama kamu ?" tanyanya tiba tiba.

"Citra Bu. Gak sekalian nanya nomor handphone saya Bu ?" ucapku tiba tiba.

Krik krik krik

Sialnya yang tertawa hanya aku, si Dosen dingin itu tidak mengerti jokes yang ku buat. huh

"Dingin amat," gerutuku. Mungkin terdengar olehnya.

"Pintu keluar di sebelah sana ya. Silahkan, saya mau lanjut ngajar via Zoom." usirnya dengan lembut. Lembut lembut mematikan ini mah.

Aku keluar setelah mengucapkan terima kasih. Perasaanku campur aduk setelah keluar ruangannya. Senang karena dapat berinteraksi dengannya, dan was was karena aku berbohong. Semoga ke depannya tidak dipersulit. Jujurly agak panik dan khawatir nilaiku E. Tapi ini menantang, mengingat tatapannya sangat tidak biasa untuk ukuran wanita straight.

Perfect Wife (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang