2 - Tawaran.

29 6 0
                                    

Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!





*





"Buset tuh helm lucu amat."

Anicel yang baru sampe di kelas langsung mendudukan tubuhnya disalah satu bangku kosong. Ia lelah hari ini dengan semua kejadian yang terjadi.

"Ni--"

"Shutt! Biarin gue napas dulu bisa nggak?"

Anicel melepas helm yang masih ia pakai di kepalanya. Iya dari gerbang masuk kampus sampe masuk kelas. Dirinya benar-benar apes hari ini tapi juga beruntung bisa menyelamatkan orang lain.

"Bjir, lo beli helm baru kaga ngajak gue!"

Anicel menutup kedua telinganya, ia merasakan aura mencekam dari manusia yang berteriak barusan.

Yerchim, buntut dari Anciel. Iya karena hampir apapun yang Anciel lakukan, Yerchim berusaha bisa, kecuali hobi.

Anicel menatap Yerchim, lalu menghelai nafas panjang. "Gue beli aja dadakan. Lo tau, gue hampir kena tilang tadi, makanya gue beli helm."

Yerchim melipat kedua tangannya di depan dada, menunjukkan ekspresi ga percaya pada penjelasan Anicel yang ga logis. "Apaan, sejak kapan naik bus harus pake helm?"

Bangke. Anicel cuma bisa ngumpat dalam hati, tolong siapa aja tarik dirinya pergi dari situasi yang menyeramkan ini.

"Yer, gini--"

"Pak Dosen dateng!" seru salah satu mahasiswa berlari menuju mejanya.

Anicel pengin sujud syukur karena dosennya dateng di waktu yang tepat. Seenggaknya ia bisa menghindar siang ini, ga tau deh nanti.

Selesai kelas, tatapan Yerchim ke Anicel ga berubah sama sekali. Ya lagian mana ada manusia yang menerima penjelasan ga logis, naik bus pake helm?

Yerchim beranjak begitu saja melewati bangku Anicel, walaupun dikenal dekat sebagai sahabat karib tapi Anicel tetep kadang ga bisa memahami dengan baik sosok bernama Yerchim.

"Chim, lo ga mau nungguin gue?" kali ini Anicel negur duluan melihat Yerchim keluar dari kelas gitu aja. Emang bjir tu bocah.

Yang merasa diajak ngomong berhenti lalu menatap arloji dilengan kirinya, "Daddy gue udah nunggu, kalo mau ikut cepetan anjir!"

Anicel langsung bergegas beranjak ngikutin Yerchim, kan udah dibilang Anicel tetep ga bisa memahami Yerchim. Walaupun tadi menatapnya dengan sinis tapi di waktu yang sama juga tetep perduli. Pusing deh Anicel.

Anicel menunjukkan ekspresi kecutnya melihat manusia asing yang Yerchim sebut 'daddy' itu. "Chim, ini yang mana lagi?"

"Yang baruu!"

"Gue kira beneran bapak lo, anjir!"

"Gue mana punya bapak anjir! Ngarang lo!"

Kadang Anicel melupakan hal yang harusnya ia tanam diotaknya, alias INI DIRINYA MINTA MAAF GA, YA!

Ya walaupun begitu Yerchim tetep satu-satunya manusia yang bisa diandalkan. Anicel akhirnya cuma tersenyum pasrah melihat cowok yang dipanggil Yerchim 'daddy'.

"Anicel, teman Yerchim." Anicel memperkenalkan diri dengan sopan begitu pula sebaliknya. "Sean, teman Yerchim."

Anicel langsung memasang ekspresi wajah bingung lalu melirik mematap Yerchim yang ternyata lagi nyengir.

"DADDY MATA LO!"

Yang diteriaki cuma ketawa sambil masuk ke mobil. Udah berapa kali Anicel dibohongi dan tetep kena?

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang