8. SALUT D'AMOUR (SALAM CINTA) PART 1

30 3 24
                                    

Mandala Adhyaksa

Bagaimana rasanya menjadi pasangan Sarasvati Kusuma? Seorang wanita matang, cantik, berasal dari salah satu keluarga konglomerat di Pulau Jawa yang terkenal dengan usaha perkebunannya, anggun, dan jangan lupakan ekspresi penghayatannya ketika memainkan violin. Aku belum menyebutkan bahwa dia alumni sekolah musik Julliard yang terkenal itu, dan menghabiskan sebagian masa kecilnya di Australia.

Aku berkenalan dengannya ketika ditugaskan ke salah satu desa terpencil di Sumba. Dia sudah beberapa bulan menjadi relawan sebagai guru bahasa Inggris di sekolah tempat tersebut.

"Sarasvati," ujarnya memperkenalkan diri. Aku mungkin akan mematung jika saja Yosef, salah satu bintara yang menemaniku, tidak menyikut lenganku.

"Oh, uhm ... saya Mandala. Kapten Mandala Adhyaksa dari Kodim 1670/Sumbawa." Aku segera bersikap profesional kembali saat membalas jabat tangannya.

Aku belum mengetahui latar belakangnya saat itu. Namun, aku tahu, dia bukan wanita biasa. Sarasvati seperti seorang putri yang membaur dengan rakyatnya. Dia tahu bagaimana cara berbicara dan menghadapi anak-anak yang aktif dan terkadang jail.

Kami akrab dengan cepat. Karena aku sering terjun langsung ke desa tersebut untuk mengawasi program-program TNI, dan terkadang membantu para relawan jika mereka kekurangan tenaga. Kedekatan kami terjadi, ketika suatu hari, aku secara kebetulan melihatnya sedang memainkan satu komposisi klasik di tepi pantai. Saat itu sore hari, ombak sangat tenang, dan tidak banyak anak-anak bermain. Di atas sebuah batang pohon tumbang, Sarasvati khusyuk menggesek biolanya.

 Di atas sebuah batang pohon tumbang, Sarasvati khusyuk menggesek biolanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sarasvati yang sedang main biola)

(Komposisi yang dimainkan Sarasvati)

Aku berdiri  di belakangnya, menyimak dengan khidmat. Begitu dia selesai, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertepuk tangan. Aksi itu seketika membuat Sarasvati menoleh dan tersenyum malu melihat kehadiranku.

"Sejak kapan Kapten di situ?" tanya Sarasvati seraya menyimpan biolanya.

"Sejak tadi," jawabku seraya menghampirinya. "Johann Sebastian Bach. Air on the G. Benar?"

"Kapten Mandala tahu musik klasik?" Sarasvati bertanya dengan takjub.

"Nggak banyak. Hanya yang umum." Kini aku duduk di sebelah Sarasvati. "Mbak Sara main biolanya jago," pujiku.

"Terima kasih." Lagi-lagi Sarasvati tersenyum malu. Sangat khas gadis Jawa yang pemalu dan kalem.

"Mbak Sara kursus atau ...?"

Noona, You're So Pretty (Short Stories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang