"Alezya!" panggil Ibu tirinya.
Malas rasanya Alezya menghampirinya, tapi jika tidak, entah perkataan buruk apa lagi yang nantinya akan ia dengar.
Lantas demikian, Alezya pun lekas bergegas dengan turut membawa sapu di tangannya. Biasanya, sapu itu akan ia peruntukkan sebagai suatu alasan, jika ibunya akan meminta yang bukan-bukan padanya.
Tak lama kemudian, kini ia pun telah saling berhadapan dengannya. "Ada apa, Bu? Alezya lagi nyapu. Apa ibu mau nyuruh Alezya belanja lagi?"
Hana Lestari, itulah nama ibu tirinya.
Sebab ucapannya Alezya barusan, Buk Hana pun lekas melipat kedua tangannya di atas dada, dan turut menatapnya dengan tajam. "Lupakan soal nyapu! Tentu! Sebentar lagi, Azka mau datang ke sini! Ibu nggak mau, kalau dia sampai lihat kamu! Ingat, ya! Azka itu udah mau nikah dengan Aliana! Kamu nggak bisa terus-terusan tebar pesona ke dia!" Buk Hana.
Ya Tuhan, bukan niatnya sama sekali dalam hal mencuri perhatiannya, bahkan sekarang pun masih terlalu pagi untuk ia pergi ke pasar.
"Tapi sekarang masih pagi, Bu. Jam segini, pastinya pasar pun belum buka." Alezya tak bisa banyak menyekal perkataannya.
"Alah! Ibu tahu niat kamu! Pastinya Aliana juga udah cerita, kan, ke kamu? Satu hal lagi! Jangan mentang-mentang kakak kamu itu baik hati dan pemaaf, kamu malah manfaatkan dia! Ibu juga nggak mau dengar kabar, kalau Azka malah sampai membatalkan rencana pernikahannya, hanya karena suka sama kamu!
"Ingat! Di sini itu kamu biang masalahnya! Pokoknya, Ibu nggak akan biarkan itu terjadi. Ibu maunya dalam waktu dekat ini, sebelum Azka dan Aliana akan resmi menikah, kamu juga udah punya pasangan! Ibu nggak mau tahu dari mana dia berasal, atau apa pun pangkatnya. Pokoknya, kamu harus bisa cari secepatnya!" Buk Hana terlihat sedang menekannya.
Mendengar hal itu membuat hatinya patah. Azka memang termasuk tipikal laki-laki idamannya, tapi tak sekalipun terbenak di hatinya untuk bisa merebut calon pengantin pria itu dari kakaknya.
Namun apalah dayanya, semenjak ayahnya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, semuanya perlahan berubah. Ia yang dulunya telah memiliki kuasa penuh dalam segala hal pun, kini harus menepi, dan mau tak mau ia pun harus mengikuti segala keinginan dari ibu tirinya itu.
***
Setelah kembali bercekcok ringan tadinya, akhirnya kini ia pun lebih memilih bersiap-siap. Tak peduli jika pasar belum buka sekalipun, tapi tiba-tiba ia berniat untuk bisa menghirup udara kebebasan di luar sana.
"Lihat aja. Nanti aku bakalan beli 10 es krim sekaligus! Semoga mood aku bisa segera balik," gumam Alezya yang kini masih melihat pantulan dirinya di depan cermin.
Beberapa saat kemudian.
Tap ... tap ... tap ....
Setelah selesai bersiap-siap, kini ia pun telah kembali melangkah.
Di luar sana begitu dingin, langit pun masih terlihat gelap.
Ada beberapa orang yang terlihat lalu lalang, sambil membawa sajadah ditangan mereka. Mendapati hal itu, Alezya pun lebih memilih untuk menepi sejenak.
Tak berselang lama, kini suara azan subuh yang merdu pun telah turut memenuhi pendengarannya.
Dengan langkah yang pasti, Alezya pun lekas memasuki ruang wudu, untuk bisa melakukan kewajibannya.
Tampak olehnya ada beberapa laki-laki yang cukup menarik perhatiannya. Namun kini bukanlah saatnya, ia harus lebih dulu mendahulukan niat baiknya sebagai seorang Muslimah yang taat, sebelum ia akan mendapatkan seorang pria idamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
United By The Past
ChickLitAlezya harus mendapatkan perlakuan tak enak dari keluarga tirinya, karena tanpa sengaja telah membuat kekasih dari Kakak tirinya terlanjur jatuh cinta kepadanya. Sebab hal ini, Ibu tirinya pun terus saja menekannya untuk bisa dengan segera menikah d...