"Dianty meninggal."
Begitu kata yang di dengar oleh vina pertama kali dari mulut aldi. Vina membekap mulutnya sendiri. Vina tahu perasaan iqbaal sekarang. Buru-buru vina meminta aldi untuk mengantarnya pergi kerumah dianty karena vina tidak tahu dimana rumah dianty.
Ramai. Disana sudah ramai dengan orang-orang. Keluarga, sahabat, semua menangis. Terutama iqbaal. Vina menoleh ke aldi. Aldi menatap sedih mayat dianty yang tertutup dengan kain.
Vina bersandar pada bahu aldi. Biar begitu vina juga ikutan syok melihat dianty yang sudah tidak ada. Berbaring kaku di atas kasur.
---------
Pemakaman telah selesai. Vina, aldi, kiki, icha, dan salsha masih setia menemani iqbaal yang masih menangisi penuh penyesalan di makam dianty. Batu nisan di usap usap oleh iqbaal.
"Kita harus pulang." ucap kiki.
"Kalian duluan aja. Gue masih mau disini." ujar iqbaal.
Mereka menatap iqbaal prihatin. "Baal" ujar aldi.
"Gue bilang kalian pulang duluan aja. Gue masih mau disini!" nada bicara iqbaal naik satu oktaf.
Semua mengerti dan meninggalkan iqbaal di makam sendirian.
--------
Malam telah tiba. Vina menyeruput coklat hangat yang barusan ia buat. Gadis itu berdiri di balkon kamarnya. Matanya tertuju pada kamar iqbaal. Rumah iqbaal terlihat sepi. Tak lama mobil iqbaal datang. "Kak iqbaal." desis vina.
Iqbaal sempat menoleh ke rumah vina tapi tidak menyadari adanya vina di balkon kamarnya. "I love you so much kak." desisnya lagi.
--------
Sepuluh hari setelah kepergian dianty. Vina tidak bertemu dengan iqbaal. Dikantin, koridor atau dimana pun. Dirumahnya pun juga tidak bertemu dengan iqbaal. "Hei" seseorang duduk disebelah vina tiba-tiba. Itu bukan icha tapi aldi.
Akhir akhir ini aldi memang sering mendekatinya. Sering mengajaknya jalan tapi vina menolak dengan alasan yang bermacam-macam. "Hai kak." balas vina.
"Gak makan?" tanya aldi.
"Hm...enggak. Masih kenyang."
Aldi menganggukkan kepalanya dua kali. "Udah tau belom?" tanya aldi. Vina menoleh ke aldi. Lalu kepalanya menggeleng.
Aldi menghela nafasnya. "Iqbaal kan lagi deket sama anak baru."
Vina memang dengar ada berita kalau ada anak baru di angkatan nya. Dikiranya hanya rumor saja ternyata benar. "Oh ya?" raut wajah vina berubah jadi lebih bad dari sebelumnya.
"Iya." jawab aldi. "Lo gapapa kan?" tanya aldi lagi.
Vina menoleh. "Engga kok. Emangnya aku kenapa?"
"Kan lo pernah deket sama iqbaal juga. Lo gak cemburu gitu?"
Vina tertawa hambar. "Cemburu? Buat apa. Aku bukan siapa-siapa nya dia kak. Jadi dia berhak dong buat deket sama siapapun."
Aldi mengangguk dua kali. "Gue selalu ada buat lo kapanpun lo butuh." ujar aldi.
Vina jadi ingat ucapan iqbaal dulu. Iqbaal yang katanya gak mau di tinggalin sama vina. Basi.
"Makasih." jawab vina.
--------
Langkah vina terhenti. Iqbaal yang sedang tertawa bebas dengan seorang gadis berambut panjang dan lurus. "Namanya bella" aldi berbicara di telinganya. Vina sempat tersentak.