- Chapter 2 -

12 2 0
                                    

☁ happy reading ☁

Masih di hari yang sama disaat semua siswa dan siswi SMA 1 Merah Putih berlomba-lomba keluar kelas setelah bunyi bel tanda istirahat berdering.

Sebagian besar dari mereka berbondong-bondong menuju kantin demi memenuhi perut yang lapar.

Namun tidak dengan Cakrawala. Pemuda itu memilih perpustakaan sekolah daripada kantin saat istirahat tiba.
Bukannya tak punya uang, hanya saja Cakrawala tak suka tempat ramai. Ia memilih berdiam diri di perpustakaan yang minim manusia.

Cakrawala menganggukkan kepala menyapa petugas perpustakaan yang sudah sangat hafal dengan kebiasaan berkunjung Cakrawala.

Pemuda itu memilih tempat paling pojok dekat jendela. Sebelumnya ia membawa buku kecil dari kelas yang biasa ia pakai untuk menyalurkan hobi menggambarnya.

Cakrawala memang suka menggambar. Apapun pemuda itu gambar selagi ia mampu. Mulai dari pemandangan, benda, dan hewan. Sejauh ini ia jarang menggambar manusia. Bukan tidak bisa, melainkan ia tak punya objek untuk di gambar.

Sret sret srett

Suara goresan pensil beradu dengan kertas kecil tersebut. Cakrawala khas dengan wajah datarnya tengah menggambar suasana perpustakan versi kecil di bukunya. Ia menggambar rak yang berisi buku-buku serta meja kursi sebagai pelengkapanya.

Drrt

Ponselnya bergetar pendek tanda pesan masuk. Cakrawala berhenti menggambar sejenak. Ia meraih ponsel dari saku celananya.

Lo gak ke kantin lagi?
Lo gak laper?

Dua buble chat dari saudaranya, membuatnya memutar bola matanya malas. Sejurus ia mengetik membalas chat tersebut.

Mls

Singkat, padat, dan jelas. Cakrawala tipe orang yang malas berinteraksi.

Drrt.

Nanti lo sakit Cak.

Balasan saudaranya itu membuat Cakrawala mendengus pelan. Ia kembali membalas chat tersebut.

Peduli ap lo?

Setelah mengirimkan chat tersebut, Cakrawala memilih me-mode heningkan ponselnya. Ia tak mau kegiatan bersantai nya di ganggu.

Pemuda itu merapatkan tudung hoodienya dan kembali fokus menggambar. Mengabaikan suara pelan para siswa di sekitarnya.

Ya, selalu begitu. Hubungan Cakrawala dengan sang kakak sedikit tak baik. Mereka sudah lama jarang bertegur sapa. Seringkali kakaknya yang memulai bicara. Namun tetap saja balasan Cakrawala selalu singkat. Entah sampai kapan akan seperti itu. 'Peristiwa itu' benar-benar merenggut kepribadian hangat Cakrawala.

🌥🌥🌥

Krrringggg!!

Bel tanda masuk kembali berbunyi. Para siswa lantas kembali ke kelas mereka masing-masing.

Senja juga dalam perjalanannya ke kelas. Ia tak bersama Aiko karena gadis itu sudah lebih dulu ke kelas.


"Senja. Nak Senja," panggil seseorang dari arah belakang.

Senja menoleh. Di lihatnya ibu Rani selaku guru sejarah memanggilnya. Senja lantas mendekat.

"Iya bu. Ibu manggil saya?"

Senja bersama Cakrawala [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang