Beberapa minggu telah berlalu setelah festival sekolah. Mereka lulus begitu saja, dan saat ini, mereka tengah difokuskan setelah menyelesaikan ujian masuk universitas.Banyak yang telah terjadi, dari sedih maupun bahagia.
Seperti; Natta dan Hilmy yang pamit untuk melanjutkan pendidikan mereka ke Kanada. Perpisahan mereka terjadi dengan cara yang berbeda.
1 Minggu setelah festival sekolah ...
"Biru, aku ternyata harus pergi lebih cepat dari yang aku jadwalin ke kamu. Maaf, karena belum bisa nurutin wishlist kamu yang lain, aku janji buat lakuin semua wishlist itu kalau aku udah selesai nanti!"
Nabiru tak menjawab, gadis itu sibuk menangis. Kedua tangan mereka kaitkan bersama. Natta tidak bisa melihat gadisnya menangis, ia memeluk Nabiru dekap ke pelukannya.
"Maafin aku ..." Lirih Natta, dirinya juga ingin menangis, namun tertahan.
"Kamu janji buat baik-baik aja di sana ... Kamu ... Harus janji buat gak sakit ... Kamu ..."
"Iya, aku janji," Natta menghentikan apa yang akan Nabiru katakan, sebab, sudah berkali-kali Nabiru mengatakan hal itu, dari saat suasana hatinya senang dan saat dirinya menangis seperti sekarang.
Natta semakin mengelus surai Nabiru.
Dirinya sekarang berada di bandara, Nabiru juga ikut mengantar kepergian Natta untuk bertahun-tahun lamanya. Nabiru tidak sanggup melepaskan, tapi, ini yang terbaik untuk Natta dan keluarganya.
"Biru?"
Nabiru semakin mengeratkan pelukannya, berharap bahwa yang akan Natta katakan adalah hal yang membuat tangisnya berhenti, seperti Natta yang tiba-tiba berubah pikiran.
Tapi, sayangnya, harapan itu tak pernah terjadi. Pengumuman keberangkatan ke Kanada sudah terdengar, menjadi akhir dari cerita mereka berdua.
"Nabiru, tatap aku," ujar Natta yang akhirnya mendorong pelan bahu Nabiru untuk lepas dari pelukannya. Kedua mata mereka bertemu.
Bahkan Nabiru tak peduli dengan wajah menangisnya di hadapan Natta.
Semua kenangan yang mereka buat, hal kecil hingga besar, hal yang menyakitkan hingga hal yang membuatnya menangis sejadi-jadinya.
Nabiru takut, tapi bahagia.
Nabiru khawatir, bahkan lebih besar membuatnya ingin terus dekat bersama Natta.
Nabiru masih ingin bersama, tapi, takdir berkata lain.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya memaksakan senyumnya yang bahkan tak bisa ia paksa.
"Aku janji bakal kabarin kamu biar kamu gak terus-terusan nangis seperti sekarang. Persetan dengan perbedaan jam, persetan dengan 365 hari yang bakal kita lalui selama bertahun-tahun. Aku, Nattanael Zevano, yang cintanya akan selalu habis untuk seorang Nabiru Ivana." Nabiru tertawa lembut ditengah tangisnya.
"Alay." Katanya sembari memukul pelan dada Natta membuat pemuda itu ikut terkekeh geli.
"Aku beneran harus pergi. Jangan ganti nomor, ya? Aku yang bakal telfon kamu lebih dulu."
Nabiru mengangguk paham, lalu, Natta berjalan menuju tujuannya sendiri meninggalkan gadis yang hanya bisa menatap punggung sedih seorang Natta.
Ia menangis lagi.
2 Minggu setelah kepergian Natta ...
Nabiru masih sibuk menelfon dengan Natta, sepertinya, Natta menepati janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys