Hari senin pada pagi itu para murid Swadaya mulai ramai memasuki gerbang. Tak terkecuali geng anak hits yang digadang jarang berangkat serentak bersama. Tapi kali ini mereka datang membelah keramaian dengan motor mereka. Seperti ada lampu sorot, para mata memandang jadi menolehkan kepala begitu puluhan motor itu masuk kedalam gerbang. Dan yang paling mencolok dari adalah pemimpin dari kelompok ini, Avisena Daksa Mahavira yang membonceng seorang gadis di jok belakangnya.
Begitu memasuki parkiran, mereka turun. Aryan, si ketua OSIS yang menjadi circle geng cassanova begitu melepas helmnya langsung bergerak mendekat arah motor Avi. Membantu gadis itu melepaskan helmnya dan membantunya turun dari motor.
Damania Kalara adalah bintangnya pada hari ini. Tak ada lagi hoodie kuning yang menutupi wajah dan tubuhnya, terganti dengan cardigan pink soft yang nampak cantik untuknya. Rambut yang biasanya tergerai dan poni yang menutupi dahi, kini nampak sedikit curly dan poni yang terbelah rapi. Make up tipis tapi terkesan natural dan menambah kesan manis. Berterimakasih pada Rosa yang merelakan pagi buta untuk mendandani putri kita hari ini.
Tak sampai disitu, si kekar Bobi setelah turun dari motornya mengibaskan rambut. Langsung mendekat juga kearah Lara dan mengambil tas gadis itu untuk dibawakannya. Seluruh siswa siswi yang berada disitu seketika memekik heboh. Memotret secara terang-terangan, yang melintas tak jauh dari mereka seakan terkena serangan jantung dan tanpa sadar menarik nafas.
Kalara adalah cinderella dunia nyata. Gadis cantik yang terkurung setelah sekian lama.
"Aduh, ngga usah terusin kenapa sih?" Lara yang melihat siswa-siswi yang menatap mereka heboh ini jadi malu sendiri. Meruntuki diri kenapa harus senorak ini? Dikira Dilan apa?
Tapi Avisena malah tersenyum kecil, menepuk kepala gadis yang nampak mengerutkan kening itu gemas. "Udah diterima loh yupi sepuluh kotaknya," ucapnya.
Lara memejamkan mata, menggigit bawah bibirnya. Selanjutnya Avi malah menggiringnya untuk berjalan kearah gedung kelas sepuluh. Yang membuat Lara semakin melotot saat segerombolan teman-teman Avi juga mengikutinya dari belakang. "Heh, mau ngapain?!"
"Anter tuan putri," sahut Aryan santai.
Bayangkan, kini mereka jalan membelah koridor. Lara berada di depan dengan Avisena dan Aryan yang mengapitnya. Dan di belakang terdapat Alvin, Abim, Reksa, Taka, Jeva, Bobi dan anak hits lain Lara tak begitu kenal. Pemuda tampan dan keren yang biasa menjadi perbincangan kalangan murid Swadaya.
Seakan ada backsong lagu roman picisan yang mengiringi mereka, semua siswa-siswi yang berada di koridor bergerak minggir memberi jalan. Yang berada dalam kelas juga sampai keluar untuk melihat momen sekumpulan pemuda tampan sekolah kompak mengantarkan adik dari bosgengnya anak Swadaya.
Sementara di tempat yang sama, saat segerombolan itu berjalan menuju kelas Lara, Karang yang sedang mengobrol dengan pak Wahono terkait OSN seketika menoleh saat mendengar pekikan heboh tak jauh dari sana. Ia langsung mematung saat mengetahui gadis yang berjalan paling depan. Karang menatap Lara tak berkedip seperti orang bodoh. Dunia seakan slowmo dibuatnya.
Gadis itu nampak beda, tak seperti biasanya yang nampak bocah banget. Kali ini polesannya membuat sedikit kesan dewasa. "Ck, dulu bapak pas muda juga kaya gitu. Punya geng motor yang biasa ditaksir banyak siswi. Dulu bapak juga ganteng kaya Avisena, cuma udah agak tua jadi ketutup kerutan hehehe," Karang tersadar dari acara mengaguminya. Menatap pak Wahono yang sudah tertawa jenaka.
Apasih, malah Avisena.
Karang hanya merespon dengan anggukan canggung, kembali menoleh sudah agak menjauh. Diam-diam Karang tersenyum tipis. Cara Avisena sepertinya ampuh juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...