Evan memilih mengalah untuk menyembunyikan hubungannya dengan Kirani di kantornya sendiri. Padahal dia ingin sekali mengumumkan pada dunia bahwa Kirani sudah menjadi miliknya, agar para lelaki hidung belang tidak berlaku genit di depan kekasihnya itu. Hatinya panas, terlebih ketika dia mendengar sendiri beberapa pria membicarakan Kirani.
Hari berikutnya Evan memberanikan diri mengajak Kirani untuk menikah, sehingga mereka bisa tinggal bersama dan mengumumkan status mereka di kantor.
"Hish! Baru pacaran dua hari udah ngajak nikah, kamu gila ya?" tolak Kirani sambil melotot.
"Kayaknya kamu enggak afdol ya kalau enggak nolak aku."
Kirani berdecak sambil menghela napasnya, "Kamu pikir nikah itu gampang ya?"
"Lho, tinggal ke KUA kan? Kamu single, aku single, apa susahnya?"
Ck dasar pikiran bocil, batin Kirani mengacuhkan permintaan Evan.
"Menikah itu melibatkan keluarga besar, Van. Terlebih aku udah ada Harry, karena itu menikah akan menjadi lebih sulit lagi. Keluarga kamu belum tentu setuju, sementara perasaan Harry juga perlu dipertimbangkan—"
"Harry itu setuju banget kalo aku jadi papanya, coba aja kamu tanya dia. Dia pasti jadi orang pertama yang setuju kalo kita nikah," kata Evan penuh percaya diri.
"Sok tau."
"Taruhan?"
"Issh... ini soal kontrak mati, enggak ada taruhan-taruhan!"
"Kontrak mati?"
"Kalau kita menikah, artinya kita sudah saling menandatangani kontrak mati. Hanya maut yang bisa memisahkan kita berdua, Van. Dan artinya lagi, kita sama-sama harus yakin bahwa pasangan kita adalah pasangan seumur hidup. Kamu tahu seumur hidup itu berapa lama? Itu lama Van. Terlebih lagi aku yang sudah pernah menikah, aku jelas mempunyai batasan dan tolak ukur tentang bagaimana aku mau menjalani kehidupan rumah tanggaku yang kedua." Kirani menarik napas dalam sambil menatap Evan lekat-lekat, "kalau boleh terus terang, aku masih belum terlalu yakin untuk menikah sama kamu...," tandas Kirani membuat Evan tertunduk lesu. "Sekalipun Harry sangat menginginkan itu, aku tetap harus memikirkan hal lainnya, Van. Tolong mengerti itu...."
"Enggak bisakah kamu hanya mikirin kebutuhan Harry akan sosok Papa seperti aku ini, Kira?"
"Seandainya semudah itu...."
Evan menelan ludahnya getir dengen ekspresi sedih. Lagi-lagi penolakan yang dia dapati. "Oke. Untuk sementara aku enggak akan ngomongin perrnikahan, tapi aku enggak akan nyerah." Tidak ada pilihan lain kecuali mengalah saat ini.
"Aku itu cuma enggak mau denger orang ngomongin kamu dan berebut cari perhatian kamu, Ra. Ya karena mereka enggak tau kamu itu punya siapa."
"Mereka ribut cari perhatian aku, tapi kamu lupa kalo cuma kamu yang dapetin perhatian aku??" Hati Evan meleyot, dia menatap lurus mata kekasihnya dan mendekatkan kepalanya. Namun, Kirani mendorong lagi kepala Evan, karena mereka sedang berada di lampu merah. "Lampunya udah ijooo... jalaan," sembur Kirani sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANI, JANDA CANTIK ITU
RomanceKirani Luna tidak menyangka akan jatuh cinta pada pria yang menyebabkan anaknya menjadi anak yatim. Hidupnya tidaklah mudah bahkan setelah bertemu dengan pria bernama Evan Barry Onneil yang begitu lengket dengan anaknya. Bagaimana Kirani mengatasi...