2. Mess

3.3K 296 3
                                    

Happy Reading
.
.
.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Bianca's POV

Perhatianku teralihkan pada sosok gadis yang sedang berbicara pada adik tingkatnya. Aku akui pesona gadis organisasi sangat keren. Dimulai dari tutur katanya yang terstruktur namun lembut, seperti aktivitas di depan sana. Citra, ya mahasiswa yang menarik perhatianku akhir akhir ini. Dia begitu lugas menjelaskan pada anak anak organisasinya.

Harus aku akui penampilannya hari ini keren, dengan kemeja PDH sebagai outer dan rambutnya yang diikat menyisakan beberapa anak rambut di dahinya. Perhatianku terpaku padanya lagi ketika aku hendak bertemu dengan dekan. Lagi dan lagi dia berbicara dengan lugas pada layanan dekanat. Aku tidak mendengarkan topik dan permasalahannya, aku hanya terfokus pada Citra.

Saat lift tertutup dan bergerak naik, aku tersenyum pada diriku sendiri yang telah konyol memikirkan mahasiswaku sendiri. Namun, Citra berbeda, ada sesuatu yang menarik dari dirinya. Kadang ceroboh, kadang berani, kadang annoying, kadang keren. Akan tetapi, ada satu hal yang membuatku betah ketika ia mencoba mendekat padaku. Pancaran childish dan feminimnya, selalu terlihat dimataku.

Hari ini adalah hari yang ku hindari. Melihat timeline acara Himatika dan under bow dapat di pastikan ruanganku akan kedatangan banyak tamu. Apalagi jika bukan meminta tanda tangan ?

Tok tok tok

"Masuk !"

Damn. Anak itu lagi.

"Permisi, Bu. Saya ingin meminta tanda tangan untuk peminjaman tempat," kata Citra.

Sebagai pembina yang baik, tentu saja aku harus berbasa basi menanyakan terkait acaranya.

"Acara apa ?" tanyaku dingin.

"Talkshow of Profession, Bu." jawabnya normal. Aku dapat melihat gerak geriknya menunjukkan bahwa ia sedang buru buru dan pressure tersendiri.

"Kapan ?" sialnya pertanyaanku kali ini tidak berbobot, padahal sudah ada di lembar ini.

"Ishh, bacalah Bu. Acaranya Minggu depan, ibu juga nanti diundang buat sambutan." ucapnya tidak terduga.

Alih alih tidak suka, aku justru melihatnya menggemaskan. Kasian, anak semuda ini memiliki pressure organisasi yang berat. Tentu saja aku mendengar berita pembatalan peminjaman tempatnya di dekanat. Ini menyenangkan.

"M-maaf, Bu." ucapnya lirih. Ia menunduk menyesal dan merutuki dirinya. Haha lucunya.

Tak langsung menandatanganinya, aku teringat janji yang sama di jam sekarang.

Tok tok tok

ini dia.

"Masuk !" ucapku.

Aku menyingkirkan map dan lembar miliknya ketika Rio masuk membawa map hendak meminta tanda tangan juga. Sebagai pembina yang baik, aku perlu mendahulukan siapa yang sudah membuat janji bukan ?

"Oh tanda tangan juga ? Kemarikan," ucapku sedikit ramah. Hal itu membuat tatapan kesal aku rasakan di ruangan ini.

"Baik, Bu. Terima kasih,"

"Eh Citra ? Minta tanda tangan Bu Bianca juga kah ?" tanya Rio.

"Ya menurut lo, gue ngapain ke sini kalo gak minta tanda tangan ?" balasnya sewot.

Ahh astaga anak ini. Benar benar memiliki mood swing dan menggemaskan.

"Ekhem... Sudah," kataku memberikan map Rio.

Perfect Wife (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang