𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟓 🥀 𝐆𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡 𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡.

54 12 6
                                    

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" tanya Jimin dengan tatapan yang tajam, menembus pandangan Aruna yang begitu tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" tanya Jimin dengan tatapan yang tajam, menembus pandangan Aruna yang begitu tenang.

Aruna tidak segera menjawab, ia menenggak winenya perlahan, lalu bibir merahnya tertarik dengan senyum tipis yang penuh arti.

"Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat" jawbanya, mendekatkan wajahnya ke Jimin, matanya penuh pesona yang menantang.

"Bercinta denganmu... dan menjadikanmu milikku" suara Aruna terdengar manis, namun berbahaya. Kalimat itu membuat Jimin terdiam, nafasnya terasa berat sesaat. Jemari lembut Aruna menyentuh bibir bawahnya, mengusap perlahan, seolah menguji pria di depannya.

"Hentikan Nonna!" Jimin memalingkan wajahnya, menahan diri. Tapi itu hanya membuat Aruna tertawa kecil. Dia mundur, menarik diri dengan langkah anggun, senyum nakalnya masih tersisa di wajahnya.

"Aku tau kau bukan pria yang mudah Mike." nama itu keluar dari bibirnya dengan lancar, meski dihadapannya adalah Jimin, "Aku hanya ingin mengujimu" Aruna tersenyum, seolah menikmati permainan ini.

"Aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam," kata Aruna, sambil duduk di samping Jimin.

Jimin tetap diam, menatap Aruna dengan tatapan yang penuh pertanyaan. Ia menarik napas pelan, lalu meraih gelasnya.

"Kita akan minum bersama sesuai keinginanmu, Nona,"ujarnya sambil meneguk wine.

Aruna tersenyum, merasa ada perbedaan mencolok antara Jimin yang dingin yang ia temui malam itu dan pria di depannya sekarang.
"Tatapannya lembut, suaranya yang ramah membuatku semakin penasaran," pikirnya. Ia terus menatap Jimin dengan senyum yang tak pudar.

"Panggil saja aku Aruna, Mike. Tidak perlu bersikap sopan di depanku. Aku lebih suka dirimu yang sebenarnya,"kata Aruna dengan senyuman lembut.

"Lagipula, tak ada orang lain di sini. Jadilah dirimu sendiri," tambahnya dengan tawa kecil.

Jimin menarik napas berat, merasakan tekanan yang berat. Bagaimana mungkin ia bisa bersikap seperti Mike, yang sifatnya berbanding terbalik dari dirinya sendiri?"

Jimin menarik senyum yang terkesan dipaksakan. "Oke, Aruna, aku tidak suka berbasa-basi. Langsung saja ke intinya, apa yang kau lakukan setelah malam itu?"tanyanya, berusaha memancing Aruna agar mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Aruna menghela napas kasar, meneguk wine-nya sejenak, lalu menatap Jimin dengan tajam.

"Menurutmu, apa yang bisa kulakukan setelah kau meninggalkanku dengan jasad itu?"tanyanya, suaranya mengandung kemarahan.

"Jelas aku pergi setelah itu. Aku tidak ingin terlibat dalam aksi gilamu!" sambung Aruna.

Aruna nampak sedikit kesal, namun tetap terlihat anggun. Sementara itu, Jimin diam sejenak, menyadari bahwa ia terlambat untuk menghapus jejak kematian malam itu. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan penyesalan mendalam atas segala sesuatu yang terjadi di luar kendalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐉𝐢𝐦𝐢𝐧 & 𝐌𝐢𝐤𝐞 - 𝐒𝟐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang