16. Rescue Mission

155 25 2
                                    

Semua yang dikatakan Renjun memanglah benar. Bahwa dia adalah orang yang lemah dan tidak bisa berlaku kejam pada makhluk apapun.

Jaemin dan Jeno telah mengacaukan pesta Haechan dengan cara yang keren. Bak seorang pahlawan mereka menebas dan menusuk setiap musuh yang melintas.

Namun lain halnya dengan Huang Renjun. Lelaki itu telah kehilangan kepercayaan dirinya sejak awal dia datang. Dia tetap menggunakan amore sebagai senjatanya namun bukannya mati, orang-orang yang yang dia panah malah saling jatuh cinta satu sama lain.

"Udah cukup mengacaunya, ayo cari Miyuki. " Kata Jaemin.

Renjun menurut saja pada lelaki itu. Dia berjalan berdasarkan insting seorang dewa dan meninggalkan Jeno yang mengamuk di lantai dansa. Dan.. yah... Dia datang di saat yang tepat.

Haechan berada di sebuah kamar, bersama Miyuki yang setengah telanjang terkungkung di bawah tubuhnya.

"Ouh.. maan.. mataku ternodai." Kata Jaemin. Lelaki itu sesekali mencuri pandang ke arah tubuh setengah telanjang Miyuki sebelum dirinya berhadapan dengan Haechan.

"Jangan dilihat bego!!" Renjun mengumpatinya.

"Shit!! Dasar pengawal bodoh. Bisa-bisanya dewa-dewa gila ini masuk. " Haechan menggerutu. Dia meninggalkan tubuh Miyuki dengan enggan.

"Renjun, bawa Miyuki pergi, biar aku yang lawan dia."

Oke.. itu perintah yang bagus. Sekali lagi Renjun sangat enggan terlibat dalam pertarungan apapun. Lelaki itu berjalan menghampiri Miyuki selagi Jaemin bertukar serangan dengan Haechan.

"Miyuki ini aku." Renjun berusaha memastikan jika Miyuki masih sadar.

Tubuh gadis itu dingin dan gemetar. Renjun melepaskan tali yang membelenggu tubuh Miyuki lalu menggendong gadis itu. Dia melompat keluar jendela dan terbang meninggalkan rekan-rekannya untuk berjuang seorang diri.

"Ren..jun... " Miyuki meringis dalam dekapannya.

"Hm??"

"Dingin.."

Ow..ow.. Renjun lupa menutupi tubuh setengah telanjang Miyuki dengan kain sprei disana.

"Sabar ya, aku akan memelukmu biar hangat." Dan lelaki itu mendekap Miyuki dengan lebih erat, memastikan gadis itu merasa aman bersamanya.

Renjun mendarat dengan buru-buru ke balkon kamarnya. Sialnya sayapnya sempat tersangkut di pintu dan membuat Miyuki nyaris terjatuh dari tangannya.

"Ah.. sial bulu sayapku jadi rontok." Renjun menggerutu ketika membaringkan Miyuki di ranjangnya.

Gadis itu tertidur karena kehilangan banyak darah. Renjun memandangi tubuh setengah telanjang Miyuki yang pucat lalu dia buru-buru menyelimutinya dengan mata terpejam.

'sadarlah Huang Renjun, bukan saatnya terangsang sekarang.'


"Tolong aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong aku."

Huang Renjun seorang dewa independen yang jarang sekali mau merepotkan orang lain, hari ini untuk pertamakalinya dia berkata tolong pada orang lain.

"Hm? Tumben?"

"Ini terpaksa, keadaannya darurat." Jelas Renjun.

Laki-laki yang sedang berlari kecil mengejar bola basket itu berhenti sejenak, membiarkan bolanya memantul-mantul di lapangan dan perlahan menjauh.

"Bilang aja langsung ga usah basa-basi."

"Zhong Chenle, aku butuh uang."

"Ya kerja dong." Laki-laki bernama Chenle itu mengedikkan bahu acuh lalu kembali berlari untuk mengambil bolanya. Dia menuntun bola seiring pergerakan kakinya.

"Ayolah.. ini darurat. Kamu kan dewa kekayaan, ga boleh pelit dong." Renjun berkacak pinggang, menatap kesal pada orang di hadapannya.

Sementara Zhong Chenle berdecak dengan kedua alis nyaris menyatu. Lelaki itu membuang bola basketnya asal sebelum berjalan mendekati Renjun lagi.

"Aku memang dewa kekayaan, tapi aku cuma mau membagi hartaku untuk orang-orang yang bekerja keras."

"Ayolah.. aku kan temanmu.. aku butuh uang."

"Aku bukan bank penyedia pinjaman ya. Cari aja orang lain." Chenle mengibaskan tangannya menyuruh Renjun agar pergi.

"Miyuki di rumah sakit. Aku bingung mau bayar pakai apa."

Lelaki itu hendak mengambil kembali bola basketnya tapi berhenti karena ucapan Renjun.

"Miyuki?? Cewe aneh yang tinggal di apart mu ??"

Renjun mengangguk-angguk. Dua sudut bibirnya mengarah kebawah menunjukkan betapa sedihnya dia kini.

"Sakit apa ?"

"Kamu ga tau??" Renjun menatap Chenle keheranan.

Bagaimana bisa seorang dewa sepertinya tidak tau peristiwa besar kemarin malam? Bahkan seluruh makhluk hidup merasakan aura negatifnya semalam. Kenapa Chenle tidak?

"Enggak. Ada apa memangnya?"

"Aish... Kamu jadi dewa ngapain aja sih? Bisa-bisanya ga tau peristiwa besar. "

Chenle yang merasa di remehkan menatap Renjun tidak terima. Tangannya telah bertengger angkuh di pinggang, bersiap membela diri.

"Aku sibuk memperkaya diri, bukan kayak kamu yang ga mau kerja keras."

Demi kerang ajaib, Zhong Chenle itu dewa kekayaan, buat apa dia memperkaya diri lagi?
Dasar makhluk serakah !!!

Renjun menghela nafas. Dia pikir hidupnya sebagai seorang dewa akan selangkah lebih mudah dari manusia. Tapi ternyata sama saja.

"Akan aku ceritakan detailnya, tapi pinjami aku uang ya."

Chaisen (Dewa Kekayaan) - Zhong Chenle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chaisen (Dewa Kekayaan) - Zhong Chenle

Chaisen (Dewa Kekayaan) - Zhong Chenle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Legendary Virgin  | Huang Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang