------------
PrologueKenyataan tidak selalu indah. Tapi harus dihadapi dengan berani. Nara, seorang siswi baru di SMA Rajawali. Ia telah melalui masa orentasi sekolah. Bertemu dengan teman baru. Menghadapi dunia bersama-sama.
Latar tempat: Kota Ponorogo
Negara Swetarohita, Asia TenggaraSumber foto sampul
IG: esterlynSumber foto ilustrasi
IG: ____putrii_sezilia____________
"PAaaaAAA, Nara bisa terlambat lho."
"Iya-iya. Sabar. Papa betulin ininya motor dulu."
"Papa Ah." gerutuku kesal.
Ini sudah jam berapa? Udah terlambat berapa kali. Motor papa gini terus. Papa sih, gak bawa ke bengkel dari kemarin. Coba kalu udah bawa dari kemarin. Kan gak bakal kayak gini. Tolonglah Tuhan. Berdiri di luar kelas itu malu lho.
"Papa, udah jam 7 paAaaa."
Brmmm, syukurlah.
"Yey!" teriakku senang.
"Naik cepat Nara."
Aku naik ke atas motor papa. Memeluknya sepanjang jalan. Wangi khas rokok tercampur sabun tercium dari bajunya. Uhmmm, mama kalu tahu ini. Mama pasti bakal marah. Ah, mama juga udah nyerah. Preman pension memang begini sudah.
Tiba di depan sekolah. Ada guru di depan sekolah. Wajahnya terlihat tidak senang. Bukan hanya baru sekali ini. Aku udah terlambat berkali-kali soalnya. Papa berhenti di dekatnya lagi. Kan bisa di jauh-jauh dikit.
"Salim dulu," ucap papa padaku lalu memberi senyum kepada guru.
"Pagi Pak Obed. Kok Nara terlambat lagi Pak?" tanya guruku padanya.
"Haha, maafkan kami Pak Darma. Motor saya mogok."
"Ohh begitu Pak. Yaudah, cepat masuk ya Nak."
Huft, untuk Pak Darma ijinkan aku masuk. Buru-buru ke kelas. Baru sampai di depan pintu. Aku langsung ditahan Pak Mono.
"Hei! Tunggu! Nara? Kamu terlambat lagi Nak?"
"Maaf Pak, tadi mogok. Nara saja udah gak sempat sarapan."
"Yaudah, kamu sini."
Pak Guru membawaku masuk ke dalam kelas. Baru saja mau belok ke mejaku.
Pak Guru panggil lagi, "Eit, ikut saya."
"Baik Pak," Aku menurut.
'Please, jangan berdiri di depan kelas,' pintaku sangat dalam hati.
Pak Mono mengambil satu jilid kopian buku. Lalu memberikannya padaku. Dengan senyum ragu dan sedikit menunduk, aku menerima kopian itu. 'Ini untuk apa?' tanyaku dalam hati. Aku mau tanya, tapi takut yaaa. Pak Mono membuka bacaan itu lalu melihatku.
"Tugas kamu. Baca ini lalu isi tiga kolom ini," tunjuknya pada kolom itu. Dia lanjut menjelaskan, "Kolom pertam ini. Ini nih. Judulnya orientation. Kamu isi tentang penokohan dan latarbelakang cerita. Kamu mengerti?"
Aku mengangguk pelan.
"Kamu mengerti?"
"Iya Pak, mengerti."
"Kolom ke dua, judulnya complication. Kamu isi tentang masalah apa saja yang terjadi. Masalah kecil pun wajib kamu tulis ya."
"Baik Pak," jawabku sambil mengannguk.
"Trus yang terakhir, resolution. Ini jadi tugas pertama untuk naratif tes kamu. Sudah paham Nak?"
"Sudah Pak."
"Kerjakan di kantin."
"Eh? Di kantin Pak?"
"Hukuman. Sekalian sarapan di sana."
"Janganlah Pak. Di kelas saja ya Pak. Pleaseee."
"Segera," tegasnya.
Buru-buru aku langsung pergi ke kantin. Masih menggandeng tas ransel dan memeluk buku jilid materi. Papa sih, pake acara mogok pagi-pagi lagi. Ah, sebel ah. Sampai di kantin sendiri. Duduk sebentar. Keluarkan pena dan buku. Lalu mulai mencatat kecil dulu. Naratif text ya? Susah ini. Panjang bacaannya. Mana habis kuota pula. Gak bisa google translate.
Baru lima menit, kepalaku udah mulai puyeng. Apa lagi ini artinya? Kosakata apalah ini. Tiba-tiba Mbok Ayu datang. Bawa teh manis dan roti tawar. Juga selai nanas. Aku langsung kaget pas sadar. Mbok letakin langsung di meja.
"Mbok taru di sini ya Nara."
"Mbok, ga usah Mbok, ah kan."
"Pak Mono yang SMS saya tadi."
"Pak Mono? Pak Mono bilang apa sama Mbok?"
"Katanya Nara tuh belum sarapan. Yaudah, Mbok buatin."
"Janganlah Mbok."
"Kamu itu udah diperhatiin. Jangan nolak."
"Aduh, makasih ya mbok ya."
"Jangan sungkan. Sarapan dulu. Katanya kamu di sini sampai jam istirahat kan?"
"Iya Mbok. Makasih ya."
Mbok Ayu tersenyum lalu kembali ke dapur kantin. Kruyuk, suara di perutku. Syukurlah ada orang baik. Makan dulu sebentar. Abis jam istirahat apa ya? Aduh, jam olahraga lagi, Tadi malam begadang. Periksa isi tas. Syukurlah aku bawa pakaian olahraga. Bisa dihukum kalau gak bawa.
Ambil selembar roti tawar. Pindahkan ke tangan kiri. Sendok kecil menggores atasan selai nanas. Lalu aku oleskan perlahan-lahan. Pleuk, hampir sendoknya jatoh. Oles lagi sampai full. Celup ke teh manis. Dan.
"Hap, hmm."
Enaknyaaaaaaa. Aku langsung berteriak ke Mbok.
"Mbok! Mbok Ayuuuu."
"Yaaaaa? Ada apa Naraaaaa?"
"MAKASIHHHHH MBOKKKUU!"
"Haha, iyaaaa sama-sama Nara canti."
Sambil sarapan, kembali menengok teks naratif. Hansel and Grethel? Ini kan sudah ada filmnya. Coba saja ada paket data, Bisa cari saja sinopsisnya. Sebentar lagi udah bel istirahat lagi. Baca sebentar saja sudah malas.
"MBOOOK, ADA JUALL PAKET GAAAAK? MBOOOK"
"HAAAA?"
Mbok Ayu keluar menemuiku.
"Ada paket data gak Mbok?"
"Ada Nara, mau beli berapa?"
"25.000"
"Oke, tunggu sebentar ya."
Bersambung!
Sabtu, 1 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky In Real Life
Historia CortaKenyataan tidak selalu indah. Tapi harus dihadapi dengan berani. Nara, seorang siswi baru di SMA Rajawali. Ia telah melalui masa orentasi sekolah. Bertemu dengan teman baru. Menghadapi dunia bersama-sama.