Tiga bulan berlalu sejak Minho meninggalkan Chan. Pemuda itu tampak seperti mayat hidup, dan teman-temannya pun mulai merasa kesulitan mengurusnya.
Sungguh, ini pertama kalinya mereka melihat Chan seperti ini.
Namun entah kenapa hari ini Chan memilih untuk keluar rumah dan pergi ke suatu tempat. Sebenarnya dia tidak yakin apakah ia harus melakukan hal ini atau tidak, tapi ia memilih untuk datang ke sebuah tempat yang pernah ia dan Minho datangi sebelumnya. Hanya berdua.
Tempat itu adalah Evemoon Cafe.
Tempat itu adalah saksi bisu dari kedua orang yang pernah saling mengungkapkan rasa. Chan kembali ke sana bukan tanpa alasan, ia ingin kembali mengingat sosok Minho yang kini jauh darinya.
- Two Faced -
Chan mengabaikan sejumlah pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Karena terasa mengganggu, ia pun mematikan ponselnya agar tidak ada lagi pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Chan menatap sungai Han dalam keheningan. Dia bahkan tak tau kenapa dirinya bisa sampai di sini.
"Mau mengatakan sesuatu?" tanya Changbin yang entah sejak kapan duduk di sebelahnya.
Chan diam tak merespon sama sekali. Melirik pun tidak.
"Aku ingat dulu aku dan Minho pernah berbicara di sini. Sepertinya saat itu ia sedang berada di fase yang sama denganmu, dan responnya sama denganmu,"
Chan melirik Changbin dan kemudian menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya.
"Kalian benar-benar mirip," komentarnya
Chan mengangkat pandangannya membuat setengah wajahnya terlihat dari depan.
"Kalau kau ingin menangis, silahkan saja. Aku tau pasti sulit untukmu menghadapinya, terlebih lagi kau telah berjanji padanya. Kau bisa menangis kalau kau mau, seperti Minho waktu itu," ucapnya.
Dan tanpa perlu mengatakannya dua kali, Changbin bisa langsung menyadari kalau bahu Chan bergetar, tanda jika ia tengah menangis. Namun Chan nenahan isakannya, sebab Changbin tak mendengar suara apapun.
"Keluarkan saja suaramu,"
Dan lagi, Chan langsung mengeluarkan semua isakan yang ia tahan sejak tadi.
- Two Faced -
"Merasa lebih baik?" tanya Changbin.
"Sedikit.."
"Tak apa, lama-lama kau akan terbiasa tanpanya,"
"Hm,"
"Mau pulang?"
"Tidak, kau duluan saja,"
"Aku takkan meninggalkanmu. Kalau kau sampai hilang lagi, aku akan kesulitan.
"Ya sudah,"
Dan setelahnya hening menyelimuti mereka hingga Changbin berteriak..
"MINHO!! KALAU KAU MENDENGARNYA, DATANG YA KE MIMPI CHAN HYUNG!!"
Chan menatap horor ke arah Changbin yang dengan tidak tahu malunya berteriak. Untung saja keadaan sedang sepi saat ini.
"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan, sih?"
"Begini, kalau kau bertemu Minho di mimpimu nanti malam, bisa jadi ia sudah benar-benar pergi atau sedang sekarat. Tapi kalau kau tidak bertemu dengannya, itu artinya dia masih hidup, namun di suatu tempat yang bahkan kita sendiri tidak tau. Kau paham?"
Chan mengangguk pelan.
"Lalu kau mau melakukan apa sekarang?" tanya Changbin.
"Aku.. Mau beli minum,"
"Oke, aku akan menunggu,"
"Maksudnya?"
"Aku ikut denganmu, kau pikir aku kesini naik apa?"
Chan menatap Changbin sinis. Bisa-bisanya dia lupa kalau Changbin terlalu malas membawa kendaraan. Padahal dia sendiri punya mobil. Dan kendaraan itu tak pernah lagi ia gunakan sejak mengenal Chan.
"Biar aku yang bawa mobilnya," ucap Changbin.
"Memangnya kau bisa menyetir?"
"Kau meremehkanku?"
"Tidak, hanya bertanya. Kau kan tidak pernah memakai mobilmu,"
"Tidak pernah bukan berarti tidak bisa. Sudahlah, ke mana tujuannya?"
"Evemoon,"
"Lagi?"
"Kau membuntutiku?" tanya Chan sinis.
"Begitulah,"
"Astaga, sudahlah, ayo,"
-
To Be Continued
[Saturday, May 25 2024]
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Faced • Banginho [✓]
FanfictionSemua orang bermuka dua. Tidak ada seorangpun yang benar-benar bisa dipercaya di dunia ini. Termasuk Lee Minho, seorang laki-laki yang kini jadi rekan satu tim Chan untuk menjalani misinya beberapa bulan ke depan. warn!! - fiction ≠ real - harsh wor...