Chapter 2: "I Can Fix It"

41 8 1
                                    

Gelapnya ruang diselingi gemerlap lampu disko yang menjadi ciri khas tempat nightclub kegemaran para manusia penyuka kebebasan berekspresi. Jangan pertanyakan para remaja tiga 'S'– Satoru, Suguru, dan Shoko sudah duduk anteng di sofa bar sambil dikelilingi botol-botol minuman berkadar alkohol sedang.

Satu botol menjadi pusat perhatian mereka saat pergerakannya terhenti dan memperhatikan kemana arah ujung botol menunjuk. Satoru memasang muka masam, sementara dua temannya tertawa puas.

"Truth."

"Lagi?"

"Berisik! Cepat tanyakan!"

Shoko yang sedari tadi sudah menunggu momen ini pun tersenyum sumringah dengan seribu satu pertanyaan liciknya. Gadis bersurai coklat tua itu berdehem sejenak sebelum mengeluarkan satu pertanyaan. "Bagaimana rasanya mencium primadona sekolah?"

Salah satu alis Satoru terangkat, mencoba mengingat-ingat beberapa perempuan yang pernah dia cium sebelumnya. Kemudian mulutnya membulat terbuka dan mengangguk-angguk pelan, seolah menyadari siapa yang Shoko maksud.

"Mei Mei? Not bad, she's a good kisser overall." Begitu jawabnya sebelum mengangkat botol alkohol dan meneguk isinya.

"Hanya itu?"

"Mhm... Ada kejadian unik sebenarnya."

Selamat kepada Gojo Satoru karena berhasil membuat Shoko mencondongkan tubuhnya demi menyimak cerita itu. Suguru bahkan memiringkan kepala dan menunggu dengan sabar.

Satoru menghela nafas dengan mata menyipit, mencoba mengingat-ingat kembali kejadian kemarin saat di sekolah. "Kami melakukannya di toilet perempuan, tak ada yang berani masuk kecuali gadis itu."

Sudut bibir Shoko sedikit terangkat, sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Siapa dia?" Suguru bertanya dengan polos, hingga satu senggolan menyentak pinggangnya. Shoko membisikkan sesuatu sebelum kembali mendengarkan pemuda permata biru itu melakukan story telling.

"Aku tidak tahu, yang pasti gadis itu punya penyimpangan seksual. Yeah, lesbian bitches, Mei Mei said."

Pekikan Shoko yang penuh kegirangan dan kemenangan mengudara seketika. Beberapa pengunjung club melirik sekilas dan mengumpat mendengar kerusuhan dari remaja-remaja nakal itu.

Usai puas menghebohkan suasana, Shoko kembali ke mode awal. Menyulut ujung rokok dengan pemantik api sebelum menyesap dalam-dalam, seringai geli masih terpampang nyata di bibir berpoles lipstiknya.

Lagi-lagi Satoru hanya mampu menatap bingung bak manusia paling polos sedunia. Beralih melirik pemuda berambut man bun untuk meminta penjelasan lebih lanjut tentang arti pekikan tersebut.

Tapi, sepertinya Suguru tak mampu memuaskan dahaga penasaran sobat karibnya itu. "Has a crush on fucking lesbian, huh?"

Kekehan kecil terdengar dari arah lain. "I once tasted her lips."

"Fuck you, Shoko."

--

Jikalau ada gadis yang mampu menarik Satoru dengan sekali tatapan tajamnya, maka katakan itu pada [Name] dengan lantang. Mengingat betapa hebatnya perjaka satu ini menggoda banyak gadis-gadis di luar sana, namun sisi itu mendadak bersembunyi malu setiap kali [Name] berada di sekitar.

Satu fakta lain selanjutnya, Satoru bahkan sudah berdiri di halte yang sama dengan gadis pujaan hati, padahal Ducati hitamnya masih terparkir di halaman sekolah.

Halte tampak kosong melompong, hanya menghadirkan dua sejoli yang tak saling mengenal ini. Iris biru kemilau Satoru melirik eksistensi sang dara, menelisik dan menganalisa dengan kemampuan teknik yang ia beri nama Plan A, langkah pertama sebelum mendekat dan memberi godaan maut khasnya.

Kefokusan [Name] berpusat pada ponsel, entah memang tak menyadari atau sengaja mengabaikan kehadiran lain di sebelahnya. Lirikan tajam dilayangkan dari samping ketika si marga Gojo bergeser lebih dekat. Membuat dengusan kecil keluar sebelum ikut bergeser menjauh.

"Kenapa menjauh?" tanya Satoru tidak terima.

Salah satu alis [Name] terangkat dengan sinis, seolah mempertanyakan balik pertanyaan yang diberi si pemilik suara. Tak lama gadis itu kembali menatap ponselnya lagi tanpa mempedulikan reaksi lawan bicara.

"[Name], kan?" Hela nafas dikeluarkan, Satoru menyilang tangan di dadanya sambil menatap lurus ke depan. "Kau berani sekali waktu itu. Benar-benar berbeda dari kebanyakan gadis yang pernah kutemui. So freakin interesting you know?"

Kesunyian melanda selama beberapa saat, hanya diisi dengan deru kendaraan yang melintas sesekali. [Name] menjentikkan lidahnya dengan kesal, dia berdiri setelah beberapa saat menunggu– akhirnya bis tiba di halte tersebut.

"I like girls."

"I can fix it." Satoru turut bangkit seraya menyusupkan kedua tangannya ke dalam saku celana seragam. Menyipit dengan seringai khas yang menyebalkan saat menatap sang gadis.

Dengan acuh tak acuh [Name] melangkah masuk melalui pintu bis yang terbuka lebar, duduk di kursi kosong sambil menyumpal telinga dengan earphone. Sementara mata Satoru masih mengikuti pergerakannya tanpa terlepas sedetikpun.

Jantung si pemuda semakin berdetak cepat setelah mendengar kata-kata terakhir [Name] sebelum gadis itu masuk ke dalam kendaraan umum. Tatkala [Name] dengan santainya menjawab, "Try it."

Bagai sebuah tantangan manis yang dengan senang hati akan dia terima meski memakan waktu seumur hidupnya.

--

[!] DEVIANT GIRL [!]
25/05/2024

Deviant Girl | Gojo S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang