chap 11

2 0 0
                                    


______________________________________

R to R
______________________________________







































Haekal terkekeh mendengar itu membuatnya berpikir arah pembicaraan mereka berdua yang sebenarnya lelaki itu sudah jelas mengarah ke mana. Haekal mengusap kepala Ryujin dengan penuh kasih sayang lalu menghela pelan menatap sang adik perempuan satu-satunya. Dirinya hanya cemas dengan siapa adiknya nanti dijaga. Haekal menghela pendek lalu memegang pundak Ryujin dengan pelan seraya menatap manik legam adik perempuan kesayangan mereka semua.

Haekal tau. Sangat tau, seharusnya sebagai kakak dirinya hanya menjaga serta melindungi sang adik bukan ikut campur urusan pribadi apalagi masalah asmara ... Ryujin menepis lengan pemuda itu lalu berjalan dengan penuh kekesalan. Dan rupanya pertengkaran itu tak luput dari pandangan sang sulung. "Elo seharusnya gak usah sok ngide ngajak jalan adek. Kalo niat lo aja udah busuk mau mendekatkan adek sama cowo pilihan lo." Yuta melengos dengan tatapan datar dan itu membuat Haekal berpikir seribu kali mengenai ucapan sang sulung.

"Ya terus gimana sama elo? Elo juga kan pasti lagi cari waktu buat mempertemukan anak temen lo sama adek 'kan?" sarkas Haekal dengan telak.

"Gue gak sebodoh elo, Chan. Gue punya timing dan saat timing itu datang. Gue bakal gunakan sebaik mungkin."

"Renjun juga temen gue, bang. Dan bang Mark dukung mereka—" Yuta dengan cepat memangkas omongan Haekal dan membuat keduanya berdebat panjang akan masalah yang seharusnya keduanya akhiri.

"Seenggaknya Maraka gak bodoh kaya lo. Yang jodohin adeknya sendiri sama sepupu dari temennya sendiri." Yuta berlalu dan ucapan sang sulung menohok hingga relung hati Si lawan bicara. Tangan Haekal terkepal kuat membuat lelaki itu mengusap wajah kasar dan pergi begitu seraya meraih kunci motor.

Ryujin yang mendengar pertengkaran itu hanya diam dengan kepala tertunduk penuh kesedihan. Rasanya sesak apabila semua diatur oleh orang yang menganggapnya sebagai keluarga. Ryujin melengang duduk dipinggir kasur lalu meraih ponselnya, menatap gambar dirinya bersama Renjun. Gadis itu menghubungi Maraka namun panggilannya tak tersambung dan membuatnya berpikir menghubungi Renjun.

R to R

Renjun mengerutkan dahi heran saat melihat nama Ryujin tertera di dering ponselnya. "Siapa?" tanya Chen yang melihat Renjun tak langsung mengangkat telpon tersebut. Namun saat dering berikutnya pemuda yang duduk tak jauh dari kursi sang ayah bergegas mengangkatnya.

"Temen," ujarnya singkat dan pergi menjauh dari sana lalu mengangkat telpon tersebut. Renjun terdiam beberapa detik lalu bersuara, Ryujin terperangah ketika mendegar suara lelaki itu yang hanya mengatak dua kata saja.

Ryujin mengusir rasa bosannya dengan berbincang melalui telpon bersama Renjun hingga waktu berlalu begitu cepat. Suara pintu terketuk dari arah luar membuat Renjun menoleh sesaat lalu memandang wajah Chen yang terlihat penasaran. Chen begitu penasaran dengan sosok gadis yang sedang berbicara dengan kakak sepupunya itu. Renjun menatap Chen tak paham kenapa lelaki di depannya begitu penasaran dengan urusannya.

Chen mengulum bibirnya saat mendengar suara manis dari seberang sana. Lalu melengang pergi tanpa mengatakan apapun pada Renjun. "Mau kemana?" tegur Renjun yang memandang adiknya penuh kebingungan. Chen hanya diam lalu melengos tanpa mengatakan apa-apa lagi. Renjun memutuskan panggilan sepihak lalu berlari menyusul Chen.

Renjun berlari keluar kamar dan menahan lengan Chen. "Apa sih, Jun." Chen langsung menangkis pergelangan Renjun.

"Elo kenapa dha?"

"Gue gak apa-apa, cuma lagi menertawakan diri sendiri."

Renjun menghela nafas gusar merasa gak enak dengan adik sepupunya. Seberusaha mungkin Renjun gak mengungkit masalah Winny dan Jaeran padahal banyak hal yang ingin dirinya tanyakan pada Chen ... kedua lelaki keturunan china itu saling mengalihkan pandangan jika boleh jujur Chen sedikit kesal dengan interaksi mereka. Sesungguhnya Chen tau siapa gadis yang menelpon Renjun.

Renjun mengalihkan pembicaraan saat sedang membahas Ryujin, "besok anak dream mau kumpul lo ngikut gak?" Uh, iya, sudah lama sekali mereka gak main bareng karena kesibukan masing-masing.

"Gue... kayanya ada urusan."

Setelah mengatakan itu Chen buru-buru pergi dan mengambil jaket. Chen bahkan meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa tanpa pemberitahuan apapun terhadap orang rumah. Renjun mengerut bingung dengan tingkah sepupunya dan berencana akan menemui teman-temannya sendirian. Lelaki itu hanya berpikir sedikit tentang alasan perubahan sikap Chen terhadapnya.

Renjun melangkah pelan lalu merebahkan kembali punggungnya pada sofa. Pemuda itu menutup wajah dengan lengan lalu menghela panjang membuat Renjun menggusar rambutnya kasar lalu menelpon Maraka: akan tetapi sayangnya gak ke angkat. Membuat Renjun mendesah kesal lalu menghela pendek, perasaannya buruk dan memiliki firasat jelek tentang gadisnya.

Renjun melangkah cepat dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pemuda itu melaju ke arah rumah Ryujin dan membuat pikiran dipenuhi oleh sang gadis. Terlalu mendadak jika merindukan tingkah bar-bar Ryujin di saat seperti ini. Renjun menatap Maraka yang baru datang dari arah luar dengan setelan kantor.

"Ningrum ya?" tebak Maraka yang diiringi kekehan kecil di akhir kata. Renjun menghela lalu mengangguk cepat kemudian menoleh ke arah atas menatap kamar Ryujin yang masih tertutup rapat. Ryujin yang keluar dari kamar terlihat sumringah begitu melihat kedatangan Renjun di rumahnya.

Ryujin berjalan dengan cepat menuruni tangga lalu memeluk tubuh pemuda itu yang mematung ditempat. Ryujin terlihat begitu merindukan sosoknya terlihat dari pelukannya yang erat, sore itu gadis tersebut mencerita seluruh kekesalannya pada Renjun namun diam-diam Sang pemuda turut mengepalkan tangan kesal juga. Ryujin gak berniat menyebutkan nama dari pemuda yang berusaha dijodohkan padanya sama Haekal.

Renjun mengusap surai rambut gadis itu dengan lembut lalu menatap manik obsidian itu secara lekat dalam, ada tatapan penuh kasih yang Renjun berikan pada gadis yang tengah menemaninya saat ini. Ryujin hanya sibuk bermain ponsel disaat lelaki itu datang untuk menghampirinya, namun, gak membuat Si pemuda merasa kesal atau bahkan jenuh.

Ryujin mengulum bibirnya tipis lalu tersenyum tipis dengan gadis disampingnya saat ini, "cantik," pujinya pelan dan gak terdengar. Rasanya Renjun hampir gila jika sudah menyangkut tentang gadis bar-bar ini, cara gadis itu datang kepadanya saja sudah membuat lelaki itu cemas karena takut Ryujin jatuh atau mendapatkan luka.

"Kak Injun, bisa temani aku ke tempat Lian gak?"

"Bisa," Renjun menukik alis heran saat mendengar permintaan gadisnya itu akan tetapi dirinya gak bisa menolak keinginan tersebut.

Membuat Ryujin tersenyum senang lalu berlarian ke arah kamar agar segera bersiap; karena hari ini pasti 'kan menjadi hari yang sangat menyenangkan apalagi Renjun bersedia mengantarnya ke rumah Lian.
Dengan secepat kilat gadis itu bersiap tanpa mandi dan membuat Renjun menggaruk tengkuknya yang gak gatal dan sontak saja semua tingkah gadis itu dalam pengawasan Sang tetua.


























































_____________________________________

Continue....
_____________________________________

_____________________________________

Click ⭐ vote
commendnya 💬
_____________________________________

R To RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang