Waktu itu, malam di ujung minggu rasanya muram
Memoarnya tak segan bersinggah dan berjejak
Bahkan, masih kuingat jelas seringai ranumnya
Atau tatapan setenang telaga miliknya
Waktu itu, dalam lowongnya sukma pemilik hati
Penghuni lama tak segan melepas hadir
Menyisakan sunyi yang berdebu
Karena atmanya yang tak lagi menyatu
Malam itu, kamu hadir
menyisipkan senyum terakhir
kemudian berpamitan dengan tenang
sementara kepalaku menolak tidak tenang
—