19

2.5K 333 18
                                    

_L&O_

BUGH!

BUGH!

BUGH!

"MATI AJA LO BAJINGAN MATI!"

"KENAPA LO TERUS AJA JADI PARASIT DI DALAM RUMAH TANGGA GUA!"

Zeeno dengan membabi buta memukuli Tian sampai lemas tak berdaya. Dia terlampau emosi melihat pemandangan Tian yang memeluk Chika. Perasaan khawatir hilang sekejab diganti dengan emosi bak dikuasai setan. Kalaupun ini adalah film, mungkin aura Zeeno berubah warna merah dan bisa saja muncul tanduk kematian di kepalanya.

Chika? Dia sudah menangis ketakutan melihat Zeeno yang menyeramkan itu. Zeeno sudah seperti monster. Jujur Chika sudah menghindar tadi, tapi Tian yang kurang ajar terus saja mendekat dan memeluknya. Apesnya lagi bertepatan Zeeno datang. Semua mendadak kacau.

Tak lama kemudian penjaga rumahnya datang bersama Bibi Han. Ia langsung membantu memisahkan Zeeno dari Tian yang sudah setengah sadar itu. "Sudah Pak, sudah. Pak Zeeno bisa saja membunuhnya," kata sang penjaga.

"Biarkan saya membunuhnya. Saya sudah muak melihat bajingan sepertinya!"

"Jangan gegabah Pak. Redam emosi bapak." Penjaga itu menarik Zeeno keluar kamar. Setelah memastikan Zeeno terkendali, ia kembali masuk ke dalam kamar dan membantu Tian.

Zeeno menetralkan pikirannya. Kepalanya terasa pusing, banyak pikiran, gatal, runyam, campur aduk pokoknya. Dia meremas rambutnya sendiri. Dia lelah dengan kondisi seperti ini. Rumah tangganya sudah seperti tidak sehat. Mereka seperti saling membuat luka satu sama lain. Luka yang teramat menyakitkan.

"Permisi Tuan, Nyonya mencari Tuan," kata Bibi Han pada Zeeno. Zeeno mengangguk menanggapi kemudian beranjak menuju kamarnya.

Di kamar, Chika duduk di atas kasur memeluk lututnya sendiri. Dia masih menangis ketakutan. Zeeno dengan perasaan nyeri menghampiri Chika. Chika yang menyadari kehadiran suaminya sontak merentangkan kedua tangannya meminta dipeluk. Zeeno dengan perhatian menerima pelukan itu. Meskipun perasaanya sangat sakit, tapi dia selalu tak tega ketika melihat air mata mengalir dari mata indah istrinya.

"A-aku ga tau dia ke sini. Aku sama sekali tidak memintanya datang. A-aku sudah menghindarinya, tapi dia terus mendekat. Aku takut. Dia menakutkan. Jangan tinggalkan aku, Zeeno," dengan napas sesak Chika menjelaskan sejujurnya pada Zeeno. Namun, Zeeno hanya diam tak merespon. Pikirannya bergelud, sibuk mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka berdua.

"Zeeno jangan diem aja. Kamu ga percaya?" tanya Chika sedih.

"Lebih baik kamu tidur saja. Kamu pasti cape," kata Zeeno.

"Tapi kamu percayakan?" Zeeno tersenyum kecil dan mengangguk. Kemudian dia menidurkan Chika. Mengingat Chika tadi juga tak enak badan. Lebih baik Chika istirahat sekarang. Tak membutuhkan waktu lama untuk Chika tertidur.

Zeeno memandang kosong ke arah langit-langit kamar sembari tangannya terus mengusap kepala Chika. Tak lama kemudian dia dengan hati-hati bangkit, tetap memastikan kalau Chika tidak terbangun. Zeeno keluar kamar sembari menghubungi seseorang. Dia terlihat berbincang serius, tapi tatapannya sendu.

_L&O_

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus dipipi Zeeno. Sampai-sampai sudut bibirnya itu berdarah. Zeeno hanya diam menerima perlakuan dari ayah mertuanya.

"Dasar menantu tidak tau untung! Jika memang tidak serius dengan anak saya! Lebih baik sedari dulu jangan kamu nikahi dia. Lihat kan Ma, kelakuan menantu kesayangan kamu sekarang?!" Papa Chika semakin murka pada Zeeno. Mendengar dari mulut Zeeno kalau dia serius ingin menceraikan Chika. Papa Chika yang tau alasannya adalah Zeeno lebih memilih selingkuhannya dibuat marah semarah marahnya.

"Sudah Pa." Meski merasa kecewa Mama Chika tetap berusaha melindungi Zeeno dari amukan suaminya itu.

"Jangan terus saja membela dia! Lelaki bajingan ini sudah jelas salah! Kurang apa putriku sampai kamu mencari perempuan lain ha?!" Zeeno hanya diam menunduk. Dia menerima cacian dari mertuanya meskipun apa yang mereka tau itu tidak benar.

"Maaf Pa, Ma," ucap Zeeno pelan.

"Bereskan semua barangmu dan pergi dari rumah ini! Aku tak sudi anakku terus-terusan bersama denganmu! Akupun tak mau melihat wajah tak tau malumu itu!" Usir Papa Chika. Zeeno mengangguk menurut.

Tanpa banyaj membawa barang, hanya sedikit barang keperluan dia akhirnya memilih keluar. Namun sebelum itu dia mendekati Chika yang masih terlelap dalan tidurnya. "Maafkan aku, Chika. Semoga setelah ini kamu bisa hidup lebih baik lagi." Zeeno meninggalkan sebuah kecupan dikening Chika sebelum benar-benar pergi.
















Semakin puanassssssssss

Dah maap buat typo.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang