36. Goyah

3K 171 13
                                    

Happy reading

-

-

Danau Taman Indah mungkin akan menjadi sebuah saksi kisah cinta Karang dan Lara. Ya pasalnya karena si wanita yang lebih menyukai keheningan dibanding keramaian lalu lalang orang. Seperti pada sore hari seperti ini. Kini keduanya duduk di bawah pohon rindah sembari menikmati langit yang mulai kuning keemasan.

Baiklah, Karang sekarang memiliki kesukaan baru yang akan menjadi prioritas dari semua favoritnya. Menikmati sore bersama gadis berhoodie kuning yang selalu mengisi energinya. Damania Kalara. Ah, menatap wajah gadis manis itu yang terpapar sinar sunset pun membuat Karang benar terpukau. Sungguh indah sekali.

Bahkan sekarang Karang masih setia menatap gadis di depannya yang nampak sedang asik berceloteh mengenai teman barunya, Rea. Gadis tomboy yang sudah seperti super hero bagi Lara hari ini.

"...Diangkat sama dia, sepeda ibunya yang masuk ke got. Cewek loh bayangin, kuat kan Rea?" ucap Lara masih menggebu menceritakan kejadian Rea yang membantu mengangkat sepeda ibu-ibu yang masuk ke got siang tadi.

Gadis itu masih berceloteh, sesekali membenarkan anak rambutnya yang jatuh dan di selinapkannya ke daun telinga. Karang yang menumpu dagunya menikmati wajah Lara itu seketika tergerak untuk mengelus kepala gadis itu. Membantu membenarkan rambut halus Lara.

Merasa Karang tak fokus ke ceritanya, Lara menepuk paha Karang, dan lelaki itu kembali mendengarkan cerita gadisnya.Sungguh, dalam hati Karang berdo'a agar matahari jangan dulu tenggelam. Ia ingin dunia berputar lebih pelan agar ia bisa menimkati keindahan wajah Lara lebih lama. Bahkan tangan pemuda sedari tadi tak lepas menggenggam dan mengelus tangan kecil gadisnya.

"...Terus katanya kapan-kapan aku mau diajak Rea main ke rumahnya," kata Lara diakhir ceritanya.

Mata Karang sedikit membulat. "Iyakah? Bagus dong. Mau aku temenin apa main sendiri?"

Lara seketika menyatukan alisnya. "Jangan, ini 'kan main antar cewek. Kamu ngga boleh ikut," protesnya.

Tawa Karang seketika pecah. "Iya-iya, aku ngga ikut. Tapi nanti kabari aku ya," gadis itu mengangguk kecil. Keduanya diam beberapa saat.

Suara nafas terengah Lara terdengar. Gadis itu juga mengalihkan pandangan menatap ujung sepatunya. Tak lama kemudian gadis itu tersenyum sendiri. Bibirnya membentuk lengkungan yang ia sendiri berusaha menahannya.

"Kenapa? Hm?" tanya Karang memajukan wajahnya. Lara melirik, menggelengkan kepalanya. Karang hanya terkekeh, tak ingin memaksa Lara bercerita. Melihat dia tersenyum saja sudah membuat Karang melayang.

"Ini pertama kalinya aku punya temen sekolah. Juga... pertama kalinya diajak main ke rumah temen," ungkap Lara tersipu, akhirnya mengutarakan.

Ya, mungkin ini adalah hal mendasar dan sangat normal. Tapi bagi Lara, ini seperti anugerah untuknya. Karang yang mendengra itu seketika hatinya bergetar. Senyumnya berubah nanar.

Ia sedikit terenyuh. Sesulit itukah komunikasi Lara sampai tidak pernah memiliki teman? Lagi-lagi Karang merasa bersalah karena belum sepenuhnya memahami gadis itu.

Dengan pelan, tangan Karang bergerak mengelus kepala Lara penuh kasih. "Have fun nanti pas main. Jangan nakal, kalo ada apa-apa bilang sama aku," pesan Karang. Gadis itu langsung menganggukkan wajahnya.

Miaw miaw...

Mata Lara yang menatap Karang itu tiba-tiba teralih. Membukat saat tahu apa yang ia lihat. "Eh, Pion," pekik Lara bergerak untuk mengambil kucing putih yang berada tak jauh dari mereka.

Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang