Maafkan aku yang baru nongol ini ya teman -teman..
hehe
~
Setelah sarapan bersama selesai, aku bersiap untuk berangkat kerja dengan mobil yang di siapkan Paman Amato. Sebenarnya dia berniat mengantarku dengan supir supaya tidak membuatku kelelahan, tapi karena sebuah alasan aku menolaknya dan memilih untuk menggunakan mobil itu dan mengemudikannya sendiri.
Sebenarnya alasannya karena aku mau mengkeren aja dengan menyetir sendiri menggunakan super car milik Paman Amato hehe. Dan ingin menghabiskan waktu berdua dengan Halilintar tentunya, untuk misi mencairkan hati kecilnya yang sedingin kulkas 25 pintu.
"Paman, biar nanti Hali aku yang antar juga ke sekolahnya ya." Ucapanku yang tiba tiba itu membuat Halilintar menoleh memandangku dengan wajah tak percaya dan tatapan tidak senangnya itu. Aku yang menyadari itu hanya memasang senyum manisku menunggu persetujuan Paman Amato dan mengabaikan tatapan maut bocah itu.
"Kamu tidak akan terlambat ke kantor?" Tanya paman.
"Tidak. Aku masih punya waktu satu setengah jam untuk berangkat ke kantor tepat waktu kok." Jawabku.
"Yasudah terserah selagi tidak mengganggu jam kerjamu." Akhirnya Paman Amato memberi keputusan sesuai jawaban yang aku harapkan.
"Tidak masalah kan hali?" Tanya Paman Amato meminta persetujuan kepada anaknya.
Halilintar yang sudah memasang muka cemberut tetap tidak bisa berbuat apa-apa karena sebenarnya pertanyaan itu seolah bernada seperti ancaman yang akan membuat Mclaren kesayangannya lepas di jual ayahnya bersama dengan fasilitas lainnya di sita selama lebih dari 2 minggu.
"Iya Ayah." Kata Halilintar dengan merenggut sebal. Astaga anak itu suka sekali ya cemberut. Aku jadi terbiasa saking seringnya melihat anak itu cemberut.
Tapi aku hanya bisa memandangnya dengan senyum kemenangan dan Halilintar yang melihat ekspresi wajah kemenanganku itu semakin di buat cemberut.
Aku pun langsung mengambil tas kerjaku dan menyambar salam ke Paman Amato. Aku mencium tangannya dan berpamitan dengannya lalu berjalan ke luar menuju bagasi mobil.
"Kalau gitu kami berangkat duluan ya, Paman Amato." Kataku.
"Ayo Halilintar." Kataku pada bocah songong itu dan pergi duluan meninggalkannya. Aku harus pergi mengambil mobil.
"Hati-hati kalian." Ucap Paman Amato setelah mendapat ciuman di tangan dari si Halilintar.
Setelah aku sampai di bagasi mobil, aku melihat-lihat sambil memilah milih mobil mana yang paling oke untuk aku bawa pergi ke kantor dan mengantar bocah itu ke sekolahnya. Bisa ku lihat di sederet mobil-mobil keren yang menarik perhatianku itu diantaranya terdapat Gtr R35, Ferrari 296 gtb, Lamborghini Aventador, Bugatti Veyron, Porsche Boxter, Aston Martin Db11 dan juga Mclaren 765lt yang pasti milik si bocah dengan tempramen buruk itu.
Aku sedang memikirkan mobil mana yang akan ku bawa ke kantor sekalian mengantar Halilintar dengan tangan yang terlipat di depan dada. Sepertinya aku akan memutuskan membawa Aventador itu. Karena selain Mclaren milik Halilintar, mataku juga terus tertuju pada aventador yang terparkir bersampingan dengan Mclaren Halilintar. Jadi sepertinya aku memutuskan membawa Aventador yang keren dan sangat berkelas itu, walau tidak sekeren Mclaren 765lt.
Walau yah sejujurnya aku penasaran dan ingin mencoba mengemudikan Mclaren milik Halilintar. Tapi aku yakin bocah itu sepertinya tidak akan suka jika aku meminjamnya. Jangankan mengijinkanku mengemudikannya, numpang duduk di kursi kemudinya saja aku rasa dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Yang ada justru aku bisa di tendang keluar. Serem sekali tiap membayangkan betapa bocah itu menjadi kasar padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halilintar X Reader | His Obssession
Novela Juvenil"Aku sama sekali tidak pernah menduga kalau akan begini jadinya. Sudah sejak kapan kau seperti ini?" (Nama). "Tidak perlu tau. Terlambat untuk kamu menyesalinya, (Nama)." Halilintar. Ia benar-benar menyesali segala keputusannya yang berhungungan ten...