Whispers of the Past

328 24 1
                                    

Apa yang kalian pikirkan jika bangun tidur kalian malah melihat kaki bergelantungan, "bangsat gue punya jantung kali" Hatinya beneran berdegup dengan sangat kuat setelah membuka mata bahkan hampir saja berhenti dalam beberapa detik. 

Terdengar ketukan berasal dari pintu "siapa" teriaknya memastikan kalo dibalik pintu tersebut ada manusia yang dia kenal bukan karena iseng dari makhluk dikamarnya. 

"Saya mas, Bi Surti. Maaf mas, saya cuma mau bilang sarapannya udah siap dan saya mau ngasih seragam mas yang baru di setrika ini" jawab dari pembantunya yang dikenal Bi Surti. 

Rolan beranjak dari kasurnya, menebus kaki yang bergelantungan tersebut, mencoba menghiraukan semua yang mengganggunya. Dia membuka pintunya, "Makasih, Bi. Maaf saya kira..." dia memberhentikan omongannya.

Makhluk gaib di kamarnya tidak tahu kalau anak pemilik mansion bisa melihat mereka, tetapi ada beberapa dari 'mereka' yang yakin kalau Rolan bisa melihat mereka karena beberapa refleks yang diberikannya jika ada yang iseng.

"Ehkem, saya kira papa maksudnya hooh itu," Rolan menyengir kaku.

Pembantunya hanya terdiam, "Tapi mas, bapak kan masih ada meeting di luar kota."

"Oh iya ya, saya lupa," Rolan menggaruk kaku tengkuk lehernya, lalu ia segera mengambil seragamnya. "Makasih, Bi, sebelumnya sudah siapin seragam saya. Saya mau prepare dulu kalau gitu."

Pembantunya menunduk untuk pamit, "Jangan lupa sarapan ya, mas. Motornya sudah dipanaskan oleh Pak Amran juga. Kalau gitu saya pamit."

Kepergian pembantunya membuat Rolan menutup kembali pintu kamarnya. Saat ia membalikkan badannya, dia melihat sosok ibu dan anak yang nampak seperti sehabis kecelakaan. Hatinya saat ini berdegup sangat kencang.

"Tolong ibu, nak..." suara lembut namun penuh dengan penderitaan terdengar.

Rolan terdiam sejenak, mencoba menenangkan diri. Dia tahu ini bukan pertama kalinya dia melihat mereka, tetapi hari ini dia memutuskan untuk mengabaikan mereka. Dia berpikir, "Gue nggak punya waktu untuk ini sekarang."

Rolan bergegas mengenakan seragamnya dan bersiap-siap. Dia mengambil tasnya dan memastikan semua perlengkapannya lengkap. Sesaat sebelum meninggalkan kamar, dia melirik sosok tersebut dan berkata dengan suara pelan, "Maaf, gue nggak bisa bantu sekarang."

Dia berusaha keras untuk tidak memikirkan apa yang barusan dia lihat dan mendengar. Setelah memastikan dirinya siap, Rolan keluar dari kamar dan menuju ruang makan. Dia mengambil sepotong roti dan segera bergegas ke garasi, di mana motor yang sudah dipanaskan oleh Pak Amran menunggunya.

Dengan cepat, dia mengendarai motornya menuju sekolah. Sepanjang perjalanan, dia berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi pagi dan fokus pada hari pertamanya di sekolah baru. Saat tiba di sekolah, dia segera mencari tempat parkir dan berjalan cepat menuju gedung utama.

Sesampainya di sekolah, dia melihat sekeliling untuk mencari kelasnya. Meskipun masih ada sedikit rasa gelisah dari pengalaman paginya, dia berusaha menyingkirkan pikiran tersebut dan fokus pada tujuan utamanya. "Oke, gue harus cari kelas 10-3," pikirnya sambil melihat denah sekolah di tangannya.

Di tengah keramaian siswa yang sedang menuju kelas masing-masing, Rolan akhirnya menemukan kelasnya. Dia menarik napas dalam-dalam dan masuk ke dalam kelas, siap memulai hari pertamanya di sekolah baru dengan penuh semangat dan harapan bahwa hari ini akan berjalan dengan baik.

Dikelas, ia mengambil bangku yang berada ditengah. Alasannya selain merasa aman, saat berhenti didepan pintu kelas, dia suka merasakan hawa gelap dibelakang terlebih dengan lemari itu walaupun rasa penasarannya meninggi, dia mencoba menahannya. 

Mata Kematian [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang