Sesuatu yang di singkirkan
Secara terpaksa, sakitnya
Tidak pernah sederhana–Kaatiya Aysele–
🦋🦋🦋🦋
🦋
Meera tengah merapikan tempat tidur sembari tersenyum senang, ternyata sesuatu yang sempat membuatnya takut dan khawatir kini malah memekuknya dengan erat dan bahagia. Kabar kehamilan Meera sudah terdengar satu pesantren, rasa-rasanya hari ini saja Meera banyak mendapatkan ucapan selamat dari para santri
“Hafidza, saya udah selesai jemur pakaian, saya izin mengajar ya?” Ucap Azzam dari balik pintu yang membuat Meera praktis menoleh
“Iya, makasih ya udah bantuin aku.”
Azzam mengangguk, ia melangkahkan kakinya ke arah Meera “Saya sudah pernah bilang kan sama kamu, kalau itu semu sebenarnya tugas suami, tugas saya, tetapi karena kebaikan istri, itu semua banyak dikerjakan oleh seorang istri, alhasil istri mendapatkan pahala yang banyak setiap melakukan pekerjaan rumah.”
Azzam mengelus puncak kepala Meera lembut “Jangan capek-capek ya, susu nya udah saya buatin, mau di bawa ke sini aja?”
“Nggak, nanti aku aja yang kesana”
Azzam mengulurkan tangannya untuk Meera jangkau, alih-alih meraih, Meera malah menciumnya membuat Azzam tersentak “eh, sayang, bukan, maksud saya ayo turun ke bawah bareng saya”
Azzam dan Meera sama-sama tergelak. Mereka turun ke bawah sambil bergandengan tangan membuat Imam yang saat itu tengah di meja makan mencibir “Gandengan terus kaya truk.”
Azzam lantas menyahut “Iyalah, truk aja gandengan masa Mas Imam enggak?”
Meera menyenggol lengan Azzam “Jangan begitu kak” ujar Meera. Perempuan itu lebih dulu duduk mengambil susu yang sudah Azzam buatkan tadi lalu meminumnya sampai habis
“Zam, hari ini temenin mas ya?”
“Kemana?”
******
Ini sudah malam kedua Maya melihat anaknya yang termenung di teras rumah dengan menatap rembulan yang sudah hampir tenggelam karena di baluti awan hitam. Masih dengan pertanyaan yang sama, baginya. Apakah karena Azzam? Apakah karena Azzam belum mau menikahinya?
“Bagaimana dengan aku, Zam? Kamu benar-benar udah berhenti berjuang? Aku nggak bisa..” ucapnya di akhiri dengan kepala yang menunduk, setetes air mata yang jatuh dari pipinya, namun dengan cepat ia menghapusnya karena mendengar suara Mama
“Tiya, sudah mau hujan, ayo masuk.”
“Duluan aja Ma, aku masih mau disini”
Maya berjalan ke arahnya, ia menghembuskan napasnya pelan dan berakhir duduk di sebelah anaknya “Tiya, kalo sekiranya kamu memiliki masalah yang gak sanggup kamu tanggung sendiri, kamu bisa cerita sama Mama, ada apa? Kali aja Mama bisa bantu, jangan di pendam sendiri, nanti jadi penyakit”
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAMEERA
Fiksi Remaja⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ ________ "Meera, harusnya saat ini, perempuan yang saya nikahin itu kaatiya, bukan kamu, perhiasan yang kamu gunakan itu harusnya di pakai kaatiya, bukan di pakai kamu, saya, menikahi kamu karena keinginan dari orang tua...