20

3.1K 380 26
                                    

_L&O_

Di kamar Chika terus saja menangis memanggil nama suaminya. Itu terus saja terjadi di setiap hari. Hingga membuat Papa Chika jengah, akan tetapi di sisi lain ia tak tega melihat kondisi anaknya yang sudah mirip orang gila. Beberapa hari yang lalu, Papa Chika sudah melarang anaknya untuk tidak lagi mencari Zeeno, tapi justru yang terjadi adalah Chika kembali tantrum. Bahkan beberapa kali ingin melukai dirinya sendiri.

"Chika mau Zeeno, Ma," kata Chika di sela tangisannya. Sang Mama dengan setia dan penuh kasih sayang terus menemani anaknya itu. Hatinya terasa sakit melihat kondisi anaknya sekarang yang semakin hari semakin berbeda.

Sedangkan Papa Chika yang belum mengetahui kebenarannya mengumpat dalam hati, bersumpah ingin menghabisi Zeeno yang telah membuat anaknya seperti ini. "Awas kamu Zeen," ucapnya pelan.

"Tuan, dokter sudah datang." Bibi Han datang diikuti dokter yang memang diundang untuk datang memeriksa kondisi Chika. Orang tua Chika langsung memberikan ruang untuk dokter itu dalam memeriksa Chika.

Mama Chika mendekat pada suaminya ikut menangis merasakan kesedihan. "Mama ga tega lihat Chika, Pa. Apa tidak sebaiknya kita mencari Zeeno?"

"Jangan. Papa ga sudi lihat muka dia lagi," jawab suaminya dengan cepat.

"Tapi kondisi Chika seperti ini. Dia ingin suaminya."

"Tapi lelaki itu sama sekali tidak memikirkan keadaan Chika dan malah memilih perempuan lain. Sudahlah, Mama jangan terlalu baik kepadanya. Lihat apa yang terjadi sekarang? Dia melewati batasnya."

Dokter terlihat telah selesai memeriksa keadaan Chika. Chika pun kini sudah tertidur setelah dokter tadi menyuntikkan sesuatu. Ia membereskan peralatannya dan mendekat ke arah orang tua Chika untuk menjelaskan bagaimana keadaan Chika sekarang.

"Bagaimana dok?" tanya Mama Chika.

"Anak ibu mengalami depresi ringan. Stres yang berlebihan membuatnya jadi seperti ini. Saya sarankan ajak anak ibu liburan atau jangan terlalu memberi tekanan. Karna itu bisa berdampak lebih buruk kalau terus saja ditekan. Bla bla bla bla..." Dokter selesai menjelaskan apa saja yang Chika alami yang membuat orang tua Chika merasa sedih. Mereka tak menyangka anak mereka jadi seperti ini. Setelah dokter memberikan beberapa resep obat, ia pun pamit.

Kini Mama, Papa Chika berada di ruang tengah mendiskusikan tindakan apa yang baik untuk Chika. "Gimana Pa?"

"Papa juga bingung Ma," balas  Papa Chika.

"Papa ga tega lihat Chika kayak gitu."

"Semua ini gara-gara Zeeno!" Papa Chika masih saja terus menyalahkan Zeeno.

"Jangan terus saja menyalahkan Zeeno. Semua itu tidak ada gunanya. Lebih baik kita cari tau hal lain yang membuat Chika menjadi seperti ini," kata Mama Chika.

"Sudah jelas ini semua karna perselingkuhan Zeeno."

"Bisa saja ada faktor lain Pa."

"Permisi Nyonya, Tuan." Bibi Han datang membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan cemilan diatas piring. "Permisi." Bibi Han yang hendak kembali, tapi ditahan oleh Mama Chika.

"Bi tunggu sebentar."

"Iya Nyonya?"

"Saya mau bertanya sedikit. Mengenai rumah tangga Chika dan Zeeno. Bibi kan sudah cukup lama bekerja di rumah ini. Pasti meski sedikit Bibi tau apa yang mereka alami." Bibi Han mengangguk pelan, bersedia ditanya-tanya.

"Apa yang terjadi akhir-akhir ini di antara Zeeno dan Chika, Bi?" Pertanyaan pertama mulai diungkapkan oleh Mama Chika.

"Beberapa hari yang lalu Tuan Zeeno sempat tidak pulang lama Nyonya—"

"Itu pasti karna Zeeno sibuk bersama selingkuhannya," sela Papa Chika dengan tidak suka.

"Pa, dengerin dulu," peringat Mama Chika. Papa Chika hanya mendengus lalu menyeruput tehnya.

"Maaf Tuan, Tuan Zeeno waktu itu pergi setelah mengetahui perselingkuhan dari Nyonya Chika."

"Chika selingkuh?!" Kaget Mama Chika.

"I-iya Nyonya. Nyonya Chika sudah lama bermain di belakang Tuan Zeeno. Nyonya sudah sering kali membawa selingkuhannya kemari disaat Tuan Zeeno tidak ada. Terakhir kali kemarin, selingkuhan Nyonya Chika kembali datang dan sekarang Tuan Zeeno kembali pergi," ungkap Bibi Han.

"Bibi jangan membuat cerita sendiri. Jelas-jelas Zeeno yang selingkuh. Dia bilang sendiri ke kita," sahut Papa Chika.

"Maaf Tuan, saya tidak tau. Tapi yang saya katakan itu benar adanya. Setau saya Tuan Zeeno sangat menyayangi Nyonya, dia rela melakukan apa saja demi Nyonya. Dan yang selingkuh di sini adalah Nyonya. Satpam rumah juga tau soal ini. Kami sengaja tutup mulut karna ancaman dari Nyonya dulu," ungkap Bibi Han lagi. Mama Chika menutup mulutnya sendiri karena terkejut. Sedangkan Papa Chika mengusap dadanya yang tiba-tiba merasa sesak setelah mendengar cerita ini.

"Siapa selingkuan Chika?" tanya Papa Chika.

"Namanya Tian. Saya tidak tau selebihnya Tuan."

"Baik Bi terima kasih sudah memberi tau kita. Bibi bisa kembali," kata Mama Chika. Bibi Han langsung permisi pergi.

"Aku tak menyangka malah Chika yang melakukan ini. Anak kita. Kenapa dia berbuat seperti itu. Kita tidak pernah mengajarkan dia untuk berbuat hal buruk," kata Papa Chika.

"Kita tanyakan pada Chika nanti Pa setelah dia sadar."

"Aku merasa jadi ayah yang buruk sekarang." Mama Chika mengusap bahu suaminya, menenangkan.



















Noh udh tau benernya. Jan minta up lagi, atau gw bakal mogok up lagi lebih lama dari yg kmaren. Gw serius🗿 gw ga suka diteror.

Dah maap buat typo.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang