Awal Bertemu

12 1 0
                                    

Pada siang hari di ruangan OSIS, Narendra menyendiri benar benar bingung dan khawatir dengan Kayfa.
Dia masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, tak hanya itu sedari pagi mereka ~ Narendra dan Una ~ tidak melihat sosok Clara dan Felix.

Dia menyandarkan kepalanya pada kursi yang Ia duduki, lalu meraih ponsel yang tergelatak di atas meja depannya. Menelpon kontak dengan nama My darling❤️.
Tak lama kemudian seseorang mengangkat telepon dan berbicara terisak tangis.
'H-hallo, nak Narendra. I-ini Mamanya Kayfa...hiks..hiks..' ucap wanita yang merupakan Mama Kayfa diseberang telpon.
'I-iya Ma, kenapa nangis? Ada apa Ma?' tanya Narendra bertambah khawatir mendengarnya, detak jantungnya juga mulai tak terkendali.
'Kayfa meninggal Nak. Hiks..hiks..hiks'

Mendengar hal itu Membuat Narendra benar benar tak percaya, ponsel yang Ia pegang terjatuh ke lantai, bersamaan dengan derasnya air mata. Hatinya dicabik-cabik oleh kenyataan pahit ini.
Ia lantas berlari menuju parkiran dan segera mengendarai kuda besi yang terparkir di sana. Melesat di atas tikar aspal itu.

Setibanya di rumah Kayfa.....

Di depan rumah itu, beberapa orang tampak sedang melayat. Lalu Narendra menepis orang orang tersebut dan masuk ke dalam sebuah ruangan yang dimana seorang wanita yang amat Ia cinta, terbujur kaku.
"Naren..." Batin Clara yang sejak tadi menemani orangtua Kayfa. Dia dan Felix tak masuk sekolah karena mereka melayat gadis kutubuku itu.

Dalam ruangan itu juga terdengar rontahan sang Ibu yang tak kuasa ditinggal pergi oleh sang anak.
"Kayfa... Bangun nak...hu..hu..hu.." Ibu Kayfa tampak ditenangkan oleh kerabat di sana. Sedangkan si Ayah berada di samping putrinya yang hanya tinggal nama itu.
"Nak, kamu baik baik ya di sana," lirih si Ayah sembari menahan tangis yang amat mendalam.

Sedangkan Narendra mematung di ambang pintu dengan wajah menangis, walau tak bersuara air matanya terus mengalir. Wajahnya sembab akibat terus menangis.
Lalu berjalan lirih mendekati jasad Kayfa yang telah dingin sekujur tubuhnya.
"Kay... Kay... Kamu jangan tinggalin aku, ingat kita udah janji buat liburan kan Minggu besok. K-kita udah janji buat bareng slamanya."
Narendra memegangi tangan putih Kayfa sembari menangis dalam dalam.
"Maafin Naren, Pah. Ini semua karena Naren yang ga bisa jaga Kayfa," ucapnya dengan wajah masih tertunduk pada sang Ayah.
"Ini bukan salah kamu kok Nak," ujar Ayah menenangkan, bagaimana pun Narendra adalah orang yang paling tahu dengan Kayfa. Orangtua terkadang selalu sibuk kerja hingga tak punya waktu bersama sang Anak.

Di saat pukul 14.00 WIB, pemakaman dilaksanakan keluarga dan kerabat termasuk Narendra, Clara, dan Felix ikut mengantar Kayfa ke peristirahatan terakhir.

"Ditinggal orang tercinta itu emang berat, tapi kita harus kuat menjalaninya," seorang perempuan yang juga melayat duduk di samping Narendra di bangku teras.
Perawatan memang tidak seperti orang lokal, dia tampak seperti orang Jepang. Dan usianya mungkin sebaya dengan mereka.
Tapi apa yang dilakukan dirinya di sini?
"Yah... Makasih," Narendra berusaha menegakkan kepalanya, lalu tertawa kecil mengingat awal pertemuannya dengan Kayfa. "Dulu awal ketemu gua sama dia di Pantai Ancol....."

Flashback on.

Seorang pria berjalan di tengah hamparan pasir, mengenakan kaos oversize dan celana pendek yang senada. Tak lupa dengan kacamata hitam yang Ia kenakan. Ya, dia adalah Narendra yang sedang menikmati liburnya.
Di pantai tersebut juga terlihat rombongan lulusan anak SMP, yang mungkin sedang darmawisata. Di antara mereka juga terlihat siswi yang berbeda dengan teman temannya.

Berlibur ke pantai namun selalu membawa buku yang Ia apit di kedua lengannya, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Jalannya juga tampak kikuk hingga tertinggal dari yang lain.
"Tuh cewek absurd banget klakuannya, bawa buku ke pantai. Buat apaan coba," gumam Narendra yang terkekeh melihat Kayfa dari kejauhan.
"Siren head!!!" Teriak Kevin ~ teman SMP Narendra ~ sembari melambaikan tangannya. Disampingnya juga ada Arya yang mengekori Kevin.
"Anak bangsat datang juga"
"Ga setia kawan lu, main pergi dluan aja," Kevin merangkul bahu kiri Narendra.

Setelah beberapa saat mengobrol mereka bertiga memutuskan untuk berjalan menuju sebuah gazebo yang tak jauh dari mereka.
"Lu udh tau kan mau lanjut kemana?" Tanya Kevin pada dua temannya itu.
"Gua ke SMA Ibu Pertiwi."
"Gua juga, gua ngikut Narendra," ucap Arya melihatkan cengir kudanya.

Tak lama kemudian Narendra berdiri dan berlari kecil menuju sebuah kamar kecil yang entah dimana, rasa buang air kecil yang sudah tak tertahankan.
Meninggalkan Arya dan Kevin yang sedang berada di gazebo.
"Mana sih toilet di sini?" Narendra berdecak kesal. Hingga tak memerhatikan orang di sekitarnya.

Auhh...

Narendra terjatuh bersamaan dengan Kayfa yang Ia senggol. Buku dan kacamata Kayfa juga ikut terjatuh, Ia berusaha bangun saat netranya bertemu dengan milik Narendra.
Mata mereka saling tatap, Narendra saat ini melihat sisi lain dari Kayfa, jauh dari kata cewek culun dan semacamnya. Kayfa tampak sangat cantik tanpa kacamata yang Ia gunakan.
"S-sorry, gua ga sengaja," Narendra mengulurkan tangannya hendak  membantu Kayfa bangun.
"I-iya gapapa bang, biasa kalo kesenggol gini," ucap Kayfa malu malu dengan tertunduk, menutupi bagian wajahnya. Walau tadi Narendra sudah melihat.
"Aku pergi duluan ya, bang. Makasih," lanjutnya.
"Busett... Cantik bet tuh cewek ga kayak yang gua bayangin."

Setelah kejadian itu, Narendra kembali mencari toilet. Dan kembali ke gazebo dimana yang lain berada.
Tampak Kevin dan Arya sedang meminum minuman dingin yang mereka beli barusan.

Pukul 18.05 WIB....

Ini adalah waktunya sunset, waktu dimana matahari terbenam di ufuk barat. Kevin dan Arya sudah pulang duluan, meninggalkan Narendra sendirian.
Sedangkan di sisi lain, mereka yang sedang darmawisata sedang sibuk mengabadikan sunset tersebut. Termasuk Kayfa yang terpisah dari yang lain.
"Hai."
"Oh, hai... K-kamu yang tadi ya?" Tanya Kayfa setengah kaget dengan Narendra yang tiba tiba menghampirinya.
"Iya...hehe. Boleh kenalan?"

Mereka akhirnya berkenalan dan mengobrol sebelum rombongan Kayfa pergi meninggalkan Pantai Ancol.
Sunset menjadi saksi pertemuan dan awal cinta Narendra dan Kayfa.

Flashback off.

Perempuan yang sedari tadi mendengarkan cerita itu, mangut mangut paham.
"Begitu ya? Pertemuan yang indah," ucapnya.
"Ya... kurasa juga begitu,"

Narendra meninggalkan perempuan itu, lalu melangkah masuk ke dalam rumah dengan warna oranye yang menyelimutinya. Pergi menemui kedua orangtua Kayfa yang sedang bersama Clara dan Felix.

               ===========

Di SMA Ibu Pertiwi, seorang guru berjalan di ikuti oleh seorang murid laki laki di belakangnya. Menuju lapangan yang terletak di barat daya sekolah.

Di sana terlihat Una yang sedang sibuk berlatih. Lalu mereka menghampiri alpha female tersebut.
"Ekhm... Una kemari sebentar!" Dehem sang guru olahraga tersebut, di sampingnya berdiri Alvaro.
"Ya pak, ada apa?" Una berjalan menghampiri tanpa melirik sedikitpun ke arah Alvaro.
"Mulai besok kalian berdua akan menjadi pasangan ganda campuran bulutangkis sekolah kita."
Mendengar hal itu membuat Una kaget dan mengarahkan netranya pada Alvaro.

"Hah!?"





Three Girls and Their Boyfriends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang