31. Jawaban

38 12 2
                                    

Desi berjalan lambat menuju ke balkon rumah Galih kemudian menghentikan langkahnya di belakang pagar pembatas. Tatapannya sendiri mengarah lurus ke arah langit yang mulai gelap dengan sedikit cahaya oranye. Wajar, sekarang sudah hampir jam setengah enam sore.

Setelah dijelaskan secara rinci oleh Amaya, pada akhirnya Desi tahu juga alasan Sean dan Amaya mendadak menculiknya ke tempat ini. Ternyata mereka berdua ingin membahas soal Rin dan Dean. Pantas saja mereka berusaha menjauhkan Desi dari kafe. Mereka jelas tidak mau Rin dan Dean mengetahuinya.

Karenanya juga, Desi akhirnya tahu kalau selama ini Sean dan Amaya membentuk aliansi yang bukan saja bertujuan untuk mencari tahu perasaan Rin dan Dean, tapi juga menyatukan Rin dan Dean. Tidak heran juga jika keduanya mendadak akrab akhir-akhir ini.

Sean menatap punggung Desi dengan tatapan seriusnya. Sejak Amaya memulai menceritakan semuanya sampai dia selesai bercerita, Desi benar-benar total terdiam. Mereka tidak tahu alasannya kenapa. Tapi kemungkinan besar Desi terkejut karena Sean dan Amaya bertindak sampai seserius ini.

"Mbak, pasti Mas Dean pernah curhat kan sama Mbak? Paling enggak Mbak pasti pernah pancing Mas Dean, mungkin dengan nanyain soal status Mas Dean. Iya kan Mbak?"

Amaya menganggukkan kepalanya sekali, setuju dengan Sean. "iya Mbak. Mbak kan orang dewasa, jadi Mas Dean pasti terbuka sama Mbak"

Desi adalah satu-satunya harapan yang Sean dan Amaya punya sekarang. Mereka benar-benar berharap Desi bisa menjawab semua tanda tanya dikepala mereka.

Desi menghela napasnya panjang ketika pertanyaan yang serupa diajukan oleh Sean dan Amaya. Mereka benar-benar menaruh harapan yang terlalu berlebihan padanya.

"Dean tuh nggak pernah curhat sama Mbak" ucap Desi yang membuat Amaya dan Sean refleks menghela napasnya kecewa. Mereka pikir Desi akan menjadi sosok yang menjawab semua pertanyaan mereka, tapi nyatanya Dean pun setertutup itu pada Desi.

"Mbak itu juga kan sepupu jauhnya Dean dan Sean. Jadi Mbak deket sama Dean juga kan sejak Mbak kerja di kafe" lanjutnya. Desi tidak sedang berbohong sekarang. Nyatanya dia memang sepupu jauh Sean dan Dean, dalam artian mereka tidaklah sedekat itu, terlebih sebelumnya Dean tinggal di Jepang. Mereka dekat itu baru-baru ini saja semenjak Desi bekerja pada Dean. Itu pun tidak benar-benar memecahkan dinding tak kasat mata yang membuat mereka berjarak.

Lalu Desi membalikkan badannya, membuatnya bisa melihat dengan jelas kedua remaja itu yang kelihatannya mulai hilang harapan. Bahkan mereka seperti sudah tidak punya arah tujuan lagi.

"Tapi kalau tanya-tanya soal status Dean... Ya pasti pernah"

Sean dan Amaya kompakan mendongakkan kepalanya. Manik mata mereka pun langsung bertubrukan dengan manik mata Desi. Desi yang kini menyunggingkan senyuman tipisnya di sana. Kemudian Sean dan Amaya saling menatap dengan senyuman lebar yang terpatri di wajah mereka. Jawaban Desi membuat harapan mereka kembali muncul.

"Kalian yakin mau denger jawaban Dean?"

Sean dan Amaya kembali menoleh ke arah Desi lalu mereka pun menganggukkan kepalanya dengan tegas, "yakin Mbak" jawab mereka secara bersamaan.

Desi pun langsung melemparkan senyumannya. Sayangnya, bukan senyuman bangga karena Sean dan Amaya yang tampak antusias karena sebentar lagi akan memecahkan misi mereka, melainkan senyuman kecewa. Karena kalau boleh jujur, Desi lebih berharap Sean dan Amaya tidak pernah mendengar kejujuran Dean.

"Semuanya... karena Sean"

Senyuman Sean dan Amaya luntur dalam sekejap. Jawaban Desi berhasil membuat rasa antusias mereka berubah menjadi rasa bingung. Sekalipun mereka tidak pernah menduga kalau jawaban atas pertanyaan mereka sebenarnya tidak jauh dari mereka. Bahwa katanya, semuanya, karena Sean.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang