Grade

12 2 0
                                    

"Gimana hasil rapotnya Lisa, ma?"

Satu ritual semesteran yang tak bisa dihindari siapapun di kediaman itu. Ritual pada malam setelah pembagian hasil belajar di sekolah. Laporan isi raport selama satu semester pada dua kepala negara, Noah dan Mitena.

Biasanya habit tersebut dilakukan pada malam hari sepulangnya Noah dari kantor. Tapi untuk pertama kalinya, seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tengah sebelum matahari terbenam. Tidak biasanya juga Mitena langsung pulang bersama Elysa. Pada semester-semester sebelumnya, dua perempuan itu akan menghabiskan waktu untuk melakukan berbagai hal. Berbelanja, bermain di amusement park, apapun yang bisa menguras rekening Noah tanpa sedikitpun mengundang amarah dari si empu.

Untuk Noah, pria itu biasanya akan berkeliling mengontrol seluruh kantor cabang sebelum mengambil cuti untuk bisa berlibur dengan keluarga. Itulah kenapa ia biasa pulang malam, bahkan lebih lambat daripada hari biasa. Tapi semenjak Sorin lulus dengan gelar S3 tahun lalu, pekerjaan Noah banyak berkurang. Pemuda itu mengambil alih sebagian besar tugas Noah dengan sebuah kelebihan yang tidak Noah miliki, membagi waktu untuk keenam adiknya.

Pagi-pagi sekali, Biru dan Hunter sudah berpakaian rapi tatkala turun untuk sarapan. Padahal, keduanya sudah menyelesaikan skripsi dan tinggal menunggu wisuda beberapa minggu lagi. Sejak dulu, memang Noah maupun Mitena tidak ada yang sudi sekedar untuk mendatangi kelas Aghamora dan Nathan sebagai wali. Hanya beberapa kali, tidak lebih dari jumlah penahanan raport. Oleh karena itu, seringkali Sorin harus datang sebagai pendamping meski usianya baru lima belas tahun.

Satu hal yang tidak mereka sadari, pesona dua orang pemuda berusia diatas 20 tahun tetap menarik perhatian para gadis remaja. Entah karena taste of man mereka memang lima tahun lebih tua atau di sekolah itu tidak ada yang lebih menarik dari Nathan. Terpikirkan atau tidak, tapi jika anak perusahaan saja menjadi most wanted sekolah, bagaimana dengan perusahaan pusat atau perusahaan cabang yang lebih tinggi?

Selama berjalan di koridor, puluhan pasang mata sama sekali tidak berkedip memandang mereka. Yah, memang ini pertama kalinya untuk Biru dan Hunter datang ke sekolah duo bontot. Tapi, apa sebegitu besarnya hadiah bagi orang asing?

Bukan hanya para gadis berseragam saja yang menganga, tapi juga banyak wali muda yang turut andil dalam pertemuan para wali tersebut. Beruntung tidak ada yang menawari mereka menjadi mantu.

"Bagus kok, pa! Ada kemajuan pesat, malah! Elysa masuk urutan lima teratas di kelasnya"

Elysa yang duduk disebelah Noah hanya tertunduk malu. Memang kabar bagus mendapati sesuatu yang baru untuk pertama kalinya terjadi dalam hidup.

Tersenyum bangga, Noah mengusak surai sang putri lembut

"Keren anak papa!"

"Eits...anakku juga, dong!"

Lingkaran itu tertawa bahagia

"Nah, karena Lisa udah bikin papa bangga, papa mau kasih hadiah buat Lisa!"

Noah merogoh bagian dalam jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berbalut pita merah mengelilinginya. Dengan mata berbinar, Elysa menerima kubus tersebut.

"Ini beneran buat Lisa, pa?"

"Iya dong!"

"Ayo buka hadiahnya!"

Menuruti apa yang dikatakan Mitena, si gadis segera mengurai ikatan tali pita agar bisa membuka isi kubus tersebut. Binar di matanya semakin berkilau tatkala mendapati sebuah airpods keluaran merek ternama berwarna lilac didalamnya.

"Wah...makasih, pa!"

Tanpa aba-aba, gadis itu langsung menghambur ke dalam pelukan ayahnya meninggalkan tujuh insan disebrang sana yang hanya menyaksikan tanpa berani berkomentar. Setidaknya sampai salah satu yang termuda diantara mereka akhirnya membuka suara.

"Pa, Nathan juga dapet peringkat satu di kelas, Aghamora malah masuk lima besar angkatan" – Nathan

"Terus? Kalian udah seharusnya dapetin itu kalo gak mau jadi anak gak tau diuntung!" – Noah

"Itu berarti Nathan sama Mora udah berusaha lebih keras dari Lisa. Papa mama juga belom ngasih selamat buat Tristan dan Zayan yang berhasil bawa medali baru dari bidang nonakademis" – Tristan

"Sebegitu pentingnya ucapan selamat dari kita? Kalo emang berusaha, ya usaha aja! Toh, kemauan kalian juga buat ikut loma-lomba itu!" – Mitena

"Apresiasi bisa berarti banyak buat usaha kita kedepannya. 'Kan nanti penghargaannya bawa nama keluarga kita jug-" – Zayan

"Berani ngajarin orangtua, kamu?! Mending sekarang kamu diam kalo gak bisa ikut epresiasi kerja keras Elysa sejauh ini!" – Noah

Tidak ada yang merasa bersalah atau ketakutan atas gertakkan Noah barusan. Mereka diam karena mereka sadar akan posisi, apa yang akan terjadi jika tidak ada mereka dalam keluarga itu? Jawabannya tidak akan terjadi apa-apa.

Merasa hawa tidak nyaman menyeruak dari relung hati adik-adiknya, Sorin maju untuk mengelus surai dua termuda dari tujuh disana.

"Kalian hebat, persis kayak abangnya"

Zayan menjatuhkan diri, menghambur untuk bersandar pada bahu sang kakak sementara Tristan tersenyum miris disebelahnya. Mereka tahu, Sorin tidak ingin ada pertumpahan air mata disana. Jadi sekuat tenaga, mereka berusaha mengenyahkan rasa kecewa dan terfokus pada aura nyaman yang ketiga tetua disana pancarkan.

Biru menarik Tristan ke dalam rengkuhan. Ia tahu, adiknya satu itu adalah yang paling vokal sebagai perwakilan dari saudara-saudaranya, tapi juga merupakan sasaran paling empuk. Yang lebih muda membalas dekapan itu, berusaha mencari kenyamanan lebih intens.

"Bang, percaya gak Mora dapet peringkat keempat dari 300 siswa?" – Hunter

"Empat?? Gak pake puluh?" – Sorin

"Enggaklah! Itu sih Zayan!" – Biru

"Yeu...itukan baru peringkat dari ujian, belom diakumulasiin sama nilai-nilai harian" – Zayan

"Emang naik berapa lu? Lima?" – Nathan

"Belas" – Zayan

Gelak tawa mengisi ruangan

"Buat yang udah kerja keras, mau hadiah?"

"Apa??"

Sorin meletakkan jari telunjuknya di dagu. Tak lama, pemuda itu tersenyum penuh arti menatap satu per satu adiknya.

"Amusement? "

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang