Di sebuah tempat yang sunyi, tampak seorang terombang-ambing di sesuatu yang tidak dikenali. Dia berputar-putar dan seperti melayang pada sesuatu. Tempatnya gelap dan tidak ada titik cahaya sedikit pun. Terkadang beberapa suara terdengar memenuhi kepala orang itu hingga dia tidak kuat menahan suara itu.
"Tolong... ada siapa di sana?" teriaknya dengan suara gemetar, mencoba melawan rasa takut yang semakin mencekam. Suara-suara di kepalanya semakin keras, seperti ribuan bisikan yang menggema tanpa henti.
"Tolong!" teriaknya sekali lagi, kali ini dengan nada putus asa.
Tiba-tiba, suara lain yang lebih jelas terdengar, "Pedang penghancur Astaroth telah menghabisi iblis dan dewa waktu ..."
Dia berusaha mencari sumber suara itu, namun hanya kegelapan yang menyambut pandangannya. "Siapa kamu? Di mana aku?"
Suara itu menjawab, "Berbahagialah menjadi debu yang berterbangan ... kau telah melawan orang yang bahkan bisa menghabisimu dalam sekejap ..."
Orang itu terperanjat di sebuah arena yang sangat dia kenali sebelumnya. Dia menatap sekeliling, melihat gadis berambut perak serta pria berambut hitam. Dia memejamkan mata sekali lagi dan menatap mereka, terlihat pria itu membawa sebuah pedang hitam yang mengerikan.
"Tidak mungkin... ini tempat itu," gumamnya, mencoba memahami situasi aneh yang dihadapinya.
Gadis berambut perak melangkah maju, matanya penuh kekhawatiran. "Kau kembali," katanya pelan namun jelas. "Bagaimana rasanya mati sekali ...?" ucap seorang pria.
Seketika, dia berlutut di depan pria berambut hitam itu, dengan hati yang dipenuhi rasa takut dan penyesalan. Tangannya gemetar saat dia merapatkan telapak tangannya, memohon ampun. "Ampuni aku," suaranya parau dan penuh keputusasaan. Air mata mengalir di pipinya, mencerminkan rasa bersalah yang tak tertahankan. Di balik kilatan pedang hitam yang mengerikan, pria itu menatapnya dengan mata dingin, menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Gadis berambut perak hanya bisa menyaksikan dengan cemas, menyadari betapa pentingnya momen ini bagi nasib mereka semua. Suasana tegang seakan membeku dalam keheningan, menunggu keputusan yang akan mengubah segalanya.
"Angkat kepalamu, wahai bawahanku yang membelot..." ucap Asahi dengan tatapan dingin.
"Hamba mohon maaf, sepertinya ada yang telah memanipulasi saya..." ucap Asmodeus dengan suara lirih.
"Apa yang terjadi?" tanya Asahi dengan tegas.
"Sepertinya saya telah dikendalikan, tapi saya tidak bertemu siapa pun sejak August Anda bunuh. Saat itu, saya ada di dekat sana..." jawab Asmodeus.
"Ini aneh, kenapa kamu bisa dikendalikan?" Asahi bertanya dengan kecurigaan.
"Mungkin pihak musuh tidak ingin Anda tahu siapa mereka, jadi mereka mungkin mencabut kembali kendalinya," ucap Auriel sambil berjalan ke arah mereka.
"Auriel, kau..." gumam Asmodeus.
"Tidak seperti kamu, aku tidak pernah melupakan Tuanku," ucap Auriel dengan dingin.
Asahi menatap keduanya dengan tajam, mencoba memahami situasi yang semakin rumit. "Kita harus menemukan siapa yang bertanggung jawab atas ini," katanya tegas. "Auriel, pastikan tidak ada lagi yang dikendalikan di antara kita. Asmodeus, buktikan kesetiaanmu dengan membantu kami mengungkap dalang di balik semua ini."
Asmodeus mengangguk dengan penuh tekad, meskipun rasa bersalah masih membayangi hatinya. "Saya akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahan saya, Tuan."
Auriel menghela napas pelan sebelum menambahkan, "Kita harus bergerak cepat. Musuh kita semakin pintar dan licik. Jika kita lengah, mereka akan memanfaatkan setiap celah yang ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnator From the Past Alternative [Completed]
FantasiaSeri Cerita Alternatif dari "Reincarnator From the Past", menceritakan seorang raja iblis yang bereinkarnasi setelah 2000 tahun. Dia bereinkarnasi menjadi manusia setengah iblis di kerajaan Manusia. Dia menjadi anak pertama bangsawan bergelar Viscou...