24. Kedatangan

23 5 5
                                    

.

Dua insan berbeda usia tengah mengarungi memory kesedihan yang telah diperbuat oleh si sulung mereka. Nyonya ahn memandang jalanan diluar sana dengan tatapan kosong, ia sama sekali tak menikmati perjalanannya. Sedangkan putra bungsunya tengah membagi konsentrasi untuk mengendalikan mobil yang tengah ia kendarai. Terhitung sudah satu minggu sejak terbongkarnya penghianatan hoseok, hari ini nyonya ahn berniat untuk mengunjungi kediaman keluarga nam selaku orang tua rosse.

"Eomma, kita sudah sampai. Eomma yakin tidak apa-apa kita masuk ?".

Lamunannya terhenti saat mendengar interupsi putra bungsunya, ia mencoba menarik nafas dalam sebelum menjawab.

"Kita bahkan sudah sampai didepan kediaman mereka, tentu eomma yakin".

"Baiklah, kita turun".

Meskipun jimin sendiri juga merasa gugup akan berhadapan dengan keluarga kakak iparnya, tetapi ia tak boleh terlihat demikian. Keduanya berjalan menuju pintu utama yang tertutup rapat, jimin mencoba menekan tombol agar penghuni rumah besar itu tahu bahwa diluar ada tamu yang datang. Tak berselang lama pintu besar berwarna putih terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya.

"Bi, apakah tuan nam dan nyonya nam ada ?".

"Nyonya ahn, tuan muda ahn, silahkan masuk. Kebetulan tuan dan nyonya baru akan makan malam".

"Baiklah, saya akan menunggu saja diruang tamu".

Bibi park sebagai kepala pelayan keluarga nam merasa sedikit heran dengan besan dari tuannya. Tak biasanya bersikap sangat sungkan dan penuh kehati-hatian. Tak mau memiliki prasangka yang tidak seharusnya, bibi park segera memberitahu pemilik rumah bahwa ada tamu.

"Baiklah, saya akan memberitahu tuan dan nyonya terlebih dahulu".

Jimin serta ibunya hanya tersenyum mengangguk setelah bibi park berpamitan untuk kembali, keduanya kini mendudukkan diri diruang tamu milik keluarga nam.

Sedangkan diruang makan hanya terdapat dua orang paruh baya yang akan segera menikmati hidangan makan malam. Namun kegiatan yang belum mereka mulai terhenti kala bibi park datang memberitahu bahwa ada nyonya ahn dan putra bungsunya diruang tamu.
Segera keduanya meninggalkan ruang makan untuk segera menemui tamu tak diundang mereka. Tidak bisa dipungkiri bahwa tuan nam masih memiliki amarah kepada hoseok, mendengar ibunya datang berkunjung setelah satu minggu yang lalu terjadi kerusuhan tentu ada perasaan terkejut.

Netra jimin menangkap kedua orang tua rosse berjalan menuju tempat ia terduduk bersama ibunya segera berdiri dan membungkuk untuk memberikan hormat. Bahkan rasa canggung dan tidak enak hati yang ia tenangkan beberapa saat lalu kembali menyerang hatinya.

"Selamat malam, paman, bibi. Maaf kedatangan kami pasti mengganggu waktu kalian".

"Tidak apa-apa, jimin. Eonni ayo masuk, sekalian makan malam bersama".

"Tidak perlu, soora. Maaf malah mengganggu kalian, aku akan disini dengan putraku sampai kalian selesai makan malam".

"Jangan seperti itu, noona. Aku tahu kedatangan kalian ada hal penting yang ingin dibicarakan. Kita makan malam dulu baru setelah itu kita berbicara, jimin ajak eommamu masuk ke ruang makan. Kau juga harus makan malam, jim".

Merasa tak enak jika harus ikut menolak seperti ibunya, dengan canggung jimin mengiyakan ajakan tuan nam.

"Ne, paman".

Keempatnya menikmati makan malam dengan keheningan, hanya denting alat makan yang mengisi ruangan luas itu.
Kedatangan mereka secara tiba-tiba tentu sudah dapat ditebak oleh nam seo jin, masalah kedua anak mereka tentu saja. Walaupun ia sangat marah, tetapi seo jin bukanlah orang yang egois mengikut sertakan mereka berdua pada amarahnya. Biarlah itu menjadi urusan hati seo jin kepada hoseok yang telah menyakiti putri satu-satunya milik mereka. Ia sendiri tentu mengerti dan sangat faham bahwa hana tidak pernah tahu perselingkuhan putra sulungnya. Dan pasti sangat kecewa dan marah seperti apa yang ia rasakan terhadap hoseok.

A Fragile House of Cards (Jung Hoseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang