Chapter 6 - Dia Mencoba Menginjak Ekor Singa

7 1 0
                                    

Sejak Risa mendapatkan kemampuan unik itu, dia jadi lebih sering bersama Takumu untuk mempelajari beberapa kemampuan lain. Takumu juga sempat mengatakan kalau dia bisa mendapatkan kemampuan baru jika melakukan hal unik. Seperti halnya Takumu yang sering di buli dan kebetulan saat itu dia memiliki kemampuan unik itu, dia semakin di sakiti tubuhnya semakin tahan akan rasa sakit.

Sampai dimana Takumu di hajar menggunakan tongkat besi, dan hasilnya tongkat itu bengkok dan dia melakukan hal tabu setelahnya. Sejak saat itu dia bermimpi bertemu dua orang yang telah dia habisi waktu itu, namun kembali normal setelah kemampuan uniknya membenahi pikiran nya.

Suatu ketika, saat pulang sekolah, Risa dan Takumu berjalan bersama menuju gedung tua di pinggir kota yang mereka gunakan sebagai tempat latihan rahasia. Takumu memiliki rencana baru untuk meningkatkan kemampuan Risa.

"Kali ini, aku ingin kamu meningkatkan kecepatanmu," kata Takumu dengan tegas.

Risa terlihat sedikit ragu, "Eh, tapi..."

Takumu tersenyum meyakinkan, "Tak masalah, kemampuan berlarimu lebih hebat dari siapapun di akademi ini. Aku yakin kamu bisa melakukannya."

Risa menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir keraguannya. "Baiklah, akan kulakukan," katanya akhirnya, meski masih ada sedikit kekhawatiran di suaranya.

Takumu mengangguk, "Bagus. Aku akan berlari duluan, dan tugasmu adalah mengejarku hingga ke gedung tua itu. Anggap saja ini latihan untuk mengasah kecepatan dan ketahananmu."

Takumu mulai berlari, meninggalkan Risa di belakang. Risa melihat punggung Takumu yang semakin menjauh, dan dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang kepercayaan diri. Dia harus percaya pada kemampuan barunya.

Dengan tekad bulat, Risa mulai berlari, merasakan angin menerpa wajahnya dan jalanan yang terasa panjang di bawah kakinya. Dia membayangkan trampolin di bawah setiap langkahnya, seolah-olah setiap loncatan memberikan dorongan ekstra.

"Saya bisa melakukannya," bisiknya pada diri sendiri, mengingat latihan yang telah dia jalani.

Takumu, yang sudah cukup jauh di depan, sesekali menoleh ke belakang untuk melihat kemajuan Risa. "Ayo, Risa! Aku tahu kamu bisa lebih cepat lagi!" teriaknya memberikan semangat.

Risa meningkatkan kecepatannya, merasa tubuhnya semakin ringan dan lincah. Kecepatan anginnya meningkat, dan setiap langkah terasa lebih kuat. Dalam beberapa menit, dia bisa melihat gedung tua di kejauhan dan Takumu yang berlari menuju pintu masuk.

Dengan satu dorongan terakhir, Risa mempercepat larinya, mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya. Dia hampir bisa merasakan trampolin imajiner itu memberikan dorongan ekstra setiap kali kakinya menyentuh tanah.

Takumu akhirnya berhenti di depan gedung tua dan berbalik, melihat Risa yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Dia tersenyum puas saat Risa tiba di sampingnya, terengah-engah namun dengan mata yang berbinar-binar.

"Kau melakukannya, Risa! Kecepatanmu luar biasa!" puji Takumu.

Risa tersenyum, merasa lega dan bangga. "Terima kasih, Takumu. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa doronganmu."

Takumu menepuk bahunya dengan lembut. "Ini baru permulaan. Kita akan terus berlatih dan menjadi lebih kuat lagi."

Setelah itu mereka masuk kedalam gedung itu dan siap melatih kemampuan mereka. Takumu pun mempraktekan untuk berlari di tempat agar melihat seberapa cepat lari yang di hasilkan oleh Risa. Kemudian dia melakukannya dengan serius, kakinya tidak terlihat karena kecepatan Takumu yang luar biasa cepat.

"Ini setara dengan kecepatan motor melaju dengan speedometer 35km/h ... jika aku berlari maka aku akan jatuh dan membuat wajahku hancur karena ketidak seimbangan nya ..." ucap Takumu.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang