[Jakarta, 2005]
RAPAT guru adalah salah satu pengumuman paling menyenangkan bagi para siswa. Entah rapat apa, Ganesh tidak tahu dan tidak peduli. Yang ia tahu hanya dirinya bisa bermain bersama teman-teman karena sekolah tidak mengijinkan murid-murid untuk pulang. Jadilah anak-anak kelas empat memutuskan untuk menerima ajakan bertanding bola di lapangan sekolah.
Dari kelas empat, tentunya Nawang yang paling semangat karena dirinya jago main bola. Ganesh sendiri lumayan pintar bermain bola jadi tanpa banyak kata, Nawang langsung mengajak Ganesh. Satu orang lainnya adalah salah satu teman sekelas mereka, sedangkan sisanya dari kelas sebelah.
Jangan tanyakan Aresa dan Hema karena mereka langsung ditolak oleh Nawang karena dua anak itu tidak bisa bermain bola.
Pertandingan dadakan itu berlangsung begitu tim kelas empat dan tim kelas lima selesai menentukan pemain.
Ganesh tersenyum miring melihat kakak laki-lakinya masuk dalam jajaran. Entah mengapa sekarang dirinya lebih sensitif setiap melihat kakaknya itu. Bunda Ira bahkan sampai heran melihatnya karena biasanya Ganesh dan Mana selalu menempel satu sama lain.
Pertandingan dimulai tepat setelah peluit dibunyikan oleh wasit dadakan yang mereka tarik dari kumpulan anak kelas tiga yang tadinya hanya mau menonton saja.
Awalnya permainan berlangsung santai. Namun lama kelamaan, siswa kelas lima terlihat sedikit kewalahan menghadapi Ganesh dan Nawang yang sangat bersemangat. Berkali-kali anak kelas lima berusaha menggiring bola menuju gawang lawan, tapi selalu digagalkan Nawang.
Hingga pada menit ke tujuh, akhirnya Mana berhasil mencetak gol pertama untuk angkatannya.
Ganesh berdecak pelan. Ia melirik dua anak yang menonton dari pinggir lapangan sambil masing-masing membawa minuman pada tangan mereka. Ganesh semakin merengut tidak suka saat melihat Aresa bersorak untuk Mana.
"Apasih? Kan harusnya dia dukung kelas empat!" gerutu Ganesh pelan.
Gara-gara itu, sepertinya lumayan memancing Ganesh hingga membuatnya bermain seperti kesetanan. Anak kelas lima yang tadinya sedikit kewalahan, sekarang semakin kewalahan menghadapi keganasan Ganesh.
Berkali-kali Mana mencoba mencetak gol, tapi berkali-kali pula berhasil digagalkan. Hingga bola itu akhirnya berhasil didapatkan Ganesh. Matanya memicing memperhatikan depannya. Ia harus bisa mencetak gol.
Dengan semangat empat lima, Ganesh menggiring bola, berhasil mengamankan dari lawan. Bahkan saat Mana berusaha merebutnya, Ganesh berhasil berkelit. Hingga saat gawang sudah di depan mata, Ganesh dengan perhitungan dalam otaknya langsung menendang bola tersebut pada gawang lawan.
GOL!!!!
Ganesh tersenyum lebar. Ia berbalik lalu berlari menghampiri teman-temannya. Sempat ia melirik Aresa dan Hema yang kini tengah bertepuk tangan heboh, membuat Ganesh tidak bisa menahan senyumnya yang semakin melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)
أدب الهواةKata orang, cinta pertama tidak akan pernah tergantikan. Dan Aresa setuju. Baginya, cinta pertamanya datang saat dirinya masih bocah ingusan yang duduk di bangku SD. Terdengar seperti bualan cinta monyet remaja tapi begitulah kenyataannya. Aresa jat...