VII

290 60 9
                                    

[Jakarta, 2008]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jakarta, 2008]

SORE itu bukan sore yang istimewa bagi Ganesh. Layaknya sore-sore sebelumnya. Bedanya, Ganesh lupa ia ada tugas membuat poster yang seharusnya dikumpulkan besok. Alhasil anak itu kini membongkar-bongkar lemari bukunya untuk mencari pensil warna.

Tring!

Ponsel Ganesh yang berada di meja berbunyi. Ganesh yang sedang berjongkok di depan lemari, segera beranjak untuk meraih ponselnya. Ada pesan dari Mana.

-

b4n9 M4n4
di KmR aBG aD DEk,, cB kMu cEk aJa,,

-

Ganesh membaca pesan tersebut. Tanpa berniat membalas, anak itu langsung berpindah tempat ke ruangan di sebelah kamarnya.

Tadi Ganesh memang sempat tanya ke Bundanya apakah si Abang punya pensil warna untuk dia pinjam. Bunda Ira yang masih berkutat di dapur menyuruh Ganesh bertanya ke Mana, sehingga Ganesh pun mengirim pesan singkat untuk menanyakan keberadaan pensil warna itu.

Dan KETEMU!

Ganesh tersenyum puas setelah menemukan satu kotak pensil warna berada di pojokan rak  buku milik Mana. Sedikit berdebu, mungkin karena sudah lama tidak dipakai.

Tanpa berpikir panjang, Ganesh pun membuka kotaknya, berharap akan menemukan pensil dengan berbagai macam warna yang bisa ia gunakan untuk membuat poster nanti.

"Lah? Nggak ada isinya. Tinggal lima biji. Warna apa sih ini? Emas, abu-abu, krem, hitam, putih. Mana bisa dipakai?" gumam Ganesh seraya memandang kecewa kotak pensil warna di tangannya.

Ganesh pun memilih keluar dari kamar sang kakak, lalu beranjak mencari keberadaan bundanya.

"Bun, pensil warnanya Abang tinggal lima biji. Yang warna hitam juga tingginya sama kayak kelingking Ganesh," adu Ganesh pada sang Bunda yang sedang mengintip ke dalam oven yang menyala.

Bunda Ira menegakkan tubuhnya, lalu menoleh pada si bungsu. "Nggak bisa dipakai memangnya?" Tanya Bunda Ira.

Ganesh menggelengkan kepala. Sebenarnya ia juga tidak yakin bisa atau tidak. Namun dengan minimnya jiwa seni Ganesh, ia tidak yakin bisa membuat poster dengan lima warna yang bukan warna dasar atau umum.

"Ya sudah. Beli aja di warung fotokopi sana!" suruh Bunda Ira.

"Uangnya?"

"Pakai uang kamu dulu. Nanti Bunda ganti kalau udah selesai buat kue."

Ganesh merengut, tapi tidak bisa protes karena Bunda sudah bertitah. Akhirnya ia pun pergi ke warung fotokopi yang tidak jauh dari rumahnya setelah sempat mengambil selembar uang di kamarnya.

✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang