Part 10

1.8K 204 27
                                    

Happy Reading!

"Yes. Akhirnya selesai juga."teriak Meylisa lalu segera menyalakan mesin printernya. Ia tidak mau membuang waktu dan bahkan akan memamerkannya nanti kalau tugas yang diberikan pak Andra telah selesai ia kerjakan.

Terima kasih untuk pak Andra yang memberikan penjelasan ulang hingga ia bisa menyelesaikan tugas ini dengan tenang. Meski tak yakin hasilnya sempurna tapi setidaknya Meylisa tidak mengerjakannya dengan asal-asalan. Ia menuruti semua penjelasan yang pak Andra berikan.

"Berarti dua minggu sebelum final test, gue bisa santai dong."gumam Meylisa lalu segera mengambil ponselnya. Ia akan mengajak Tasya jalan-jalan. Anggap saja liburan sebelum ujian akhir.

"Hm"

"Dih cuek banget. Kenapa lo?"

"Gue lagi pusing. Tugas pak Andra belum selesai. Mana waktunya tinggal dua minggu lagi."

"Lah belum? Gue udah nih." ucap Meylisa sombong.

"Siyalan lo, Mey. Bagi contekan kek."

Meylisa terkekeh."Kan kita beda tema."

"Ck! Iya juga. Ini gimana dong, Mey. Gue beneran buntu banget."

"Makanya dikerjain dari awal. Kalau mulainya sekarang ya keteteran."

"Lah lo pikir gua dari bangun tidur sampai tidur lagi, itu ngapain?"

"Ngerjain tugas?"

"Kagak. Rebahan gue sambil ngedrakor."

"Pantes."cibir Meylisa lalu mengumpulkan kertas hasil print nya.

"Gue hampir sekarat gara-gara mikirin nih tugas. Gue tidur nggak nyenyak. Makan nggak kenyang. Berak nggak keluar. Lo paham kan penderitaan gue, Mey?"

"Iya. Iya. Ya udah besok gue bantuin deh. Kita ke perpus aja."ucap Meylisa perhatian.

"Benar ya? Nanti gue traktir gado-gado deh."

Meylisa tertawa."Iya. Sama satenya ya?"

"Iya, Mey. Lo mau minta gunung juga gue jabanin yang penting nih tugas selesai."

"Haha.. Ya udah, kita ketemu besok di kampus."

"Iya."

Tutt

"Kenapa, mah?"tanya Meylisa saat mamanya tiba-tiba saja masuk ke kamarnya.

"Tugasnya sudah selesai?"

Meylisa mengangguk lalu merapikan semua tugasnya yang sudah di print lalu mematikan printernya. Ia juga merapikan seluruh meja belajarnya.

"Gini, Mey. Mama mau ngomong serius."ucap Hasti lalu duduk di atas tempat tidur putrinya.

Meylisa mengangguk lalu ikut duduk di samping mamanya."Tumben banget. Emang mama mau ngomongin tentang apa?"

Hasti menyentuh pundak putrinya."Mama mau tanya, apa kamu punya pacar?"

Meylisa mengernyit."Pacar?"

"Iya atau mungkin teman dekat seorang pria?"

Meylisa diam berpikir lalu menggeleng."Kenapa mama tiba-tiba nanya ini?"tanya Meylisa bingung.

"Ya mama cuma mau tahu. Kamu kan sudah mau skripsi lalu tidak lama setelah itu wisuda. Apa tidak ada teman pria yang ngajak serius?"

"Tidak ada, mah. Meylisa kan mau fokus kuliah, apalagi semester depan harus ngerjain skripsi."ucap Meylisa jujur.

Hasti mengangguk. "Kalau yang deketin kamu, ada?"

"Nggak ada juga, mah. Sepertinya nggak ada cwo yang suka sama Meylisa."

"Yang benar aja, Mey. Kamu kan cantik."ucap Hasti tak terima bahwa tidak ada pria yang mendekati putrinya.

"Ya, Mey kan fokus kuliah. Mana sempat urusin masalah pria. Nanti lah kalau setelah wisuda, Mey akan fokus nyari jodoh."

"Oo begitu. Ya sudahlah. Mama cuma mau tahu itu."ucap Hasti akhirnya.

"Tapi aneh banget tiba-tiba mama nanyain ini terus suaranya lembut banget lagi. Nggak kaya biasa."ucap Meylisa memasang wajah curiga.

"Perasaan kamu aja itu. Kan wajar mama mau tahu tentang ini. Apalagi kamu kan anak kami satu-satunya."ucap Hasti lalu segera berdiri lalu melangkah keluar dari kamar.

Meylisa hanya menggeleng pelan. Tidak mungkin mamanya bertanya tanpa alasan.

Sedang Hasti yang sudah kembali ke kamar langsung saja mengeluarkan ponselnya.

"Iya. Katanya sih tidak punya pacar."ucap Hasti sambil duduk di kursi.

"Kalau yang deketin pasti ada dong?"

Hasti diam. Kalau ia bilang tidak ada, kesannya Meylisa nggak laku. Masa pacar tak punya yang deketin juga tidak ada.

"Ada sih beberapa. Cuma Meylisa nya mau fokus kuliah dulu."

"Beberapa itu, teman kuliah nya Meylisa atau di luar kampus?"

Hasti diam. Pokoknya anaknya tidak boleh terlihat nakal tapi juga tidak boleh terkesan tak laku.

"Sepertinya anak kuliahan juga ya. Anaknya lumayan tampan."

"Kalau yang lain?"

"Waduh kurang tahu ya, soalnya Meylisa katanya mau fokus kuliah jadi cwo yang mau deketin juga rata-rata pada mundur karena dicuekin."

"Oo begitu.. Baguslah."

"Hah? Kok bagus?"tanya Hasti kaget. Dan kenapa Sasmita malah bertanya tentang pacar Meylisa.

"Jadi begini, ada cwo yang suka sama Meylisa, minta dibantuin. Tapi karena Meylisa mau fokus kuliah dulu ya kita tunda saja."

"Ada yang suka Meylisa, siapa?"tanya Hasti. Cocok sekali, Meylisa tidak punya pacar dan juga tidak ada yang mendekati. Akan bagus sekali jika ada pria mapan yang mau dengan putrinya.

"Ada. Orang dekat. Nanti kita bicara lagi ya."

"Ya sudah. Kalau pria nya memang baik, nanti kita coba saja."ucap Hasti tak membuang kesempatan.

"Iya. Pasti. Ini anak tampan dan mapan, pokoknya Meylisa pasti bahagia kalau nikah sama dia."

Hasti tersenyum senang lalu mengiyakan perkataan Sasmita. Tampan dan mapan, itu sudah berpaduan yang sempurna.

Bersambung

Prekuel : Oh_ My Lecture (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang