Tahun ajaran baru telah dimulai, dan SMA Bumantara dengan sistem asramanya secara rutin melakukan rolling di unit asrama setiap pergantian tahun ajaran. Pada setiap pergantian ini, mereka mengirimkan email kepada setiap siswa untuk memberitahu penempatan mereka di unit asrama bersama dengan kelompok baru.
Satu unit asrama dapat ditempati oleh tujuh sampai delapan orang. Dengan empat kamar tidur, balkon, ruang tamu, dapur beserta ruang makan, dan dua kamar mandi.
Salah satu siswa, yang menjabat sebagai ketua asrama, Arumi, baru menginjakkan kaki di asrama yang akan ia tempati pada pukul 5 sore. Setelah memastikan semua kebutuhan rolling asrama tidak ada kendala.
Unit asrama miliknya saat ini berada di lantai 3, nomor 1. Saat ia masuk ke dalam unit asrama miliknya, sudah ada lima orang lainnya yang duduk diam di ruang tamu. Dahinya mengernyit, seharusnya ada tujuh orang, dihitung bersama dirinya. Tetapi ada satu anak yang belum muncul di sini.
Sesuai aturan, pukul 5 sore seharusnya semua sudah harus berkumpul di unit masing-masing. Ketepatan atau keterlambatan mereka dapat terekam pada pintu unit masing-masing saat mereka menempelkan kartu akses.
Arumi lalu ikut bergabung di ruang tamu dengan yang lain tanpa berbasa-basi. Mereka tidak bisa masuk kamar masing-masing jika belum berkumpul lengkap.
Sekitar 40 menit kemudian, pintu asrama terbuka kembali, menampilkan seorang gadis yang memakai kaos putih dan bawahan rok hitam khas seragam SMA Bumantara, dengan menarik koper miliknya.
Arumi mendengus kesal saat melihat gadis yang baru datang itu. Dengan tangan di pinggang, ia melangkah mendekat.
"Dari mana aja lo? Harusnya udah kumpul dari jam 5 sore tadi," tegur Arumi dengan nada tegas.
Gadis itu-Denaya-menghela napas panjang, lalu membalas dengan nada tidak kalah tajam. "Gue harus ngurus modul dari Bu Sinda buat anak baru besok yang nggak selesai. Gue nggak bisa ninggalin gitu aja."
Arumi mengangkat alisnya, merasa tak puas dengan jawaban itu. "Itu bukan alasan buat ngelanggar aturan. Semua udah harus kumpul tepat waktu."
"Lo pikir gue nggak tahu itu? Tapi ada hal yang lebih penting, ngerti nggak?!" Denaya membalas dengan sewot. "Lagian yang telat juga gue."
Pamela, yang duduk di dekat mereka, mencoba melerai. "Hei, tenang dulu. Jangan ribut."
Denaya langsung menoleh ke arah Pamela dengan tatapan tajam. "Lo diem aja! Nggak usah ikut campur."
Pamela mundur sedikit, wajahnya terlihat kesal. "Cihh. Lagian, lo di sini yang salah, buat kita semua nunggu lo!"
Denaya menatap Pamela dengan pandangan tidak suka. "Gak ada yang nyuruh kalian nunggu gue!"
Pamela menggelengkan kepala, masih kesal. "Ay, lo selalu kayak gini! Udah tahu lo salah, ya minta maaf aja karena telat. Selesai, gak perlu ngotot."
Denaya balas menatap dengan tajam. "Kenapa jadi mojokin gue gini deh. Gue punya tanggung jawab lain, lagian temen gue juga ada yang telat. Tapi gue rasa gak seribet kalian ini!"
Pamela menghela napas, mencoba menahan amarah. "Lo nggak bisa selalu ngelak dari kesalahan, Ay. Kita semua di sini juga punya tanggung jawab, tapi kita juga harus ikut aturan. Kita gak telat kayak lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024