Setelah pembagian kamar, mereka segera merapikan barang-barang di ruang masing-masing. Kamar pertama ditempati oleh Arumi dan Amora, kamar kedua oleh Ashel dan Cesha, kamar ketiga oleh Pamela dan Ambar, sementara kamar keempat hanya ditempati oleh Denaya.
Saat nama Denaya keluar terakhir, ia otomatis menjadi penghuni kamar terakhir sendirian. Ia segera mengambil kopernya dan masuk ke kamar. Merasa senang karena tidak perlu berbagi kamar dengan yang lainnya, sama seperti tahun sebelumnya.
Pada tahun sebelumnya, kehidupan asramanya benar-benar tenang. Tidak ada yang berani menegurnya dan bersikap menyebalkan seperti temannya saat ini. Apalagi sekarang ia harus tinggal dalam satu asrama dengan Arumi, ketua asrama yang suka memarahi dan membuatnya kesal. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan asramanya kedepannya.
Selesai membereskan barang dan membersihkan diri, Denaya segera membuka laptop miliknya untuk mengecek laporan modul yang temannya kirimkan. Ia mencari ponselnya dan segera menelepon temannya itu.
"Halo, Dena?"
"Gue rasa isinya terlalu bertele-tele. Tadi kan udah gue kasih poin-poinnya, masih banyak yang belum tercantum."
"Ohhh....iyakahh..? Tapi kayaknya tadi udah gue masukin semua deh..."
Denaya mendengus kesal mendengar jawaban itu.
"Ya buktinya waktu gue cek belum lengkap?"
"Terus ini gue kerjain ulang kah..?"
Denaya rasanya ingin membanting ponselnya saat ini, kesabarannya benar-benar diambang batas. Apalagi moodnya tidak terlalu baik.
"Kalau bukan lo siapa lagi? Gue tunggu setelah makan malam."
Setelah itu Denaya segera menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban temannya itu. Tau begitu tadi ia selesaikan sendiri, mungkin saat ini sudah selesai. Tetapi jika begitu, teman asramanya akan menunggunya terlalu lama dan ia juga tidak yakin jika Arumi akan membiarkannya begitu saja.
-
Di kamar lainnya, kamar milik Arumi dan Amora masih terlihat berantakan, terutama barang milik Amora. Arumi yang baru selesai mandi itu terlihat kesal, ingin sekali melempar handuk ke gadis yang saat ini asyik berbaring di kasurnya bermain ponsel.
"Lo kalau gak mau beresin ini barang-barang, gak usah tidur di kamar ini! Sana lo tidur di sofa atau kamar Denaya!"
Amora yang mendengar teriakan Arumi itu segera bangkit dari kasurnya dan mulai membereskan barang miliknya sambil mengomel. Mengapa ia harus satu asrama dengan orang yang suka marah-marah.
"Gak usah ngomel!"
Setelah itu, Arumi duduk di meja rias dan mengeringkan rambutnya. Sementara itu, Amora masih setia membereskan pakaiannya yang akan ia simpan di samping lemari milik Arumi.
"Lo udah baca semua aturan asrama kan? Jam-jam di mana lo harus ada di asrama buat absen kehadiran dan jam malam?"
Belum sempat Amora menjawab, Arumi kembali melanjutkan, "Bagusnya lo sebagai murid baru itu print aturan itu, biar lo gak dapet punishment di akhir bulan. Tau kan punishment-nya apa?"
Amora terlihat mengangguk dari pantulan kaca rias yang dilihat Arumi. "Lo bisa print aturan asrama pake printer di dekat ruang tamu itu. Ajak Chesa juga, ngerti?"
"Iya kak ngerti," jawab Amora.
Arumi memang cerewet soal ketertiban di asrama ini. Ia akan memastikan teman satu asramanya selalu tertib dan tidak pernah mendapat punishment, walaupun ia harus menerima julukan tukang marah. Terbukti, selama dua tahun, teman satu asramanya dulu tidak ada yang mendapat punishment, termasuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024