Teriakan histeris orang-orang yang berkeliaran di rumah sakit seperti backsound pengantar bunyi gedebuk dari jatuhnya Jake ke lantai akibat bogem mentah dari Arjun yang berusaha ditahan rekan setimnya.
"ARJUN!" Sangkara yang terbiasa dengan wajah kocak pun mengeluarkan kodamnya.
"Lo mau bela teman lo, Ra?" Arjun dengan mata nyalang seperti ingin mengunyah kepala Sangkara saking kesalnya.
"Ini rumah sakit, Arjun!" Jelas Sangkara berusaha menenangkan situasi.
Jake tidak berkata apapun hanya rahangnya saja yang mengeras, dengan wajah datar menyapu darah di sudut bibirnya dengan ibu jari.
"Liat si brengsek ini bahkan ga nyesal!"
Arjun sudah berusaha positive thinking selama ini. Lagi pula mengingat Jake adalah bintang lapangan, pentolan blockbuster. Dari datang telat saat latihan, pergi seenaknya, Arjun masih mencoba memahami, bahkan saat rekan yang lain ngedumel, Arjun masih membela Jake.
Tapi, Arjun tidak tau kalau Jake segila itu hingga meninggalkan lapangan saat babak final tanpa memikirkan rekan satu timnya yang telah berusaha keras sedikit pun.
"Gue minta maaf." Ujar Jake pasrah, tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya karena tindakannya tadi spontan meninggalkan permainan saat mengetahui Chaya pingsan.
"Mudah buat lo ngomong gitu, anjing! Tapi, lo ga mikir tim sama sekali!" Kini, giliran Haruto yang mencerca Jake.
"Kebanyakan ngurus ceweknya yang penyakitan sih." Sena menimpali.
"Jaga mulut lo ya, Sena." Jake paling tidak bisa kalau soal Chaya diungkit. Biar ia saja dihujat.
"Guys, gimana kalau kita selesaikan semua ini di rooftop aja, terserah kalian mau baku hantam di sana, gue sih jadi tim hore aja, asal jangan di sini karena mengganggu, ini rumah sakit loh!" Sangkara berusaha lagi untuk bersikap netral.
"Awas kalau lo berani menunjukkan wajah di lapangan futsal lagi ya, Jake! Cuih!" Arjun menunjuk muka Jake dan meludah ke samping untuk menghina Jake, kemudian ia berbalik diikuti rekan yang lain cabut dari rumah sakit.
"Gue kecewa sama lo!" Giliran Sangkara menjadi orang paling terakhir meninggalkan Jake yang mematung. Pikirannya kacau, Jake hanya bisa mengacak rambutnya frustasi.
Diam-diam Chaya menangis di dalam ruang perawatan.
Memang, manusia penyakitan sepertinya tidak pantas dikasihani.
Bahkan, orang yang bersinar seperti Jake bisa tercemar gelapnya.
Mungkin semua ini pertanda bahwa Chaya memang harus sadar diri jika kehadirannya hanya akan membawa petaka di sekitar Jake.
"Chaya, lo kenapa? Gue panggilin dokter ya?" Jay yang baru balik dari toilet tidak tau menahu tentang drama yang baru saja terjadi hanya bisa panik melihat Chaya menangis tanpa suara.
Chaya menahan ujung baju Jay membuatnya menghentikan langkah dan menatap Chaya.
"Gue mau pulang, Jay."
Dahi Jay berkerut. "Lo baru siuman, Chaya."
"Tolong Jay, gue mau pulang." Pinta Chaya terdengar memohon dengan sangat.
Jay bimbang, mengigit bibir sejenak hingga berakhir menuruti keinginan Chaya.
"Mau kemana?" Jake yang baru saja kembali dari mencuci wajah di wastafel bertemu Chaya dan Jay yang berjalan bersama.
"Chaya mau pulang." Jelas Jay singkat.
"Gak. Cha, gue rasa lo perlu cek kepala lo juga deh. Soalnya tadi pasti kebentur pas lo pingsan." Ujar Jake tulus karena mengkhawatirkan Chaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintke
ContoTentang mengubah tanda tanya menjadi tanda titik.